Home / Pendekar / Pendekar Tengil / Bab 181: Musuh Didalam Selimut

Share

Bab 181: Musuh Didalam Selimut

Author: Jajaka
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di tengah suara hujan yang deras, ditambah tidak ada sedikitpun yang curiga dengan Angkara membuat mereka berdua tidak terlalu mengkhawatirkan musuhnya yang lain kecuali Arcayuda dan Wirarasa. Tidak heran memang jika Pratiwi bisa ditikam dengan mudah dari belakang oleh orang yang tadinya turun ke medan perang dari pihak mereka sendiri.

“Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Kenapa sejak awal Angkara memilih bertarung melawan musuh yang ada di dekat Wirarasa. Masuk akal juga mengapa tidak ada pendekar atau prajurit tangguh Kerajaan Panjalu lainnya yang mendekat kemari. Ini semua pasti sudah mereka rencanakan dengan matang,” batin Maung Lodra sambil membuka kedua matanya.

“Setidaknya pengorbananmu tidak akan sia-sia, Pratiwi,” ucap Maung Lodra.

“Hahaha.. bagaimana rasanya Maung Lodra? Apakah kau sudah pasrah sekarang?” ejek Wirarasa.

“Asal kau tahu semua prajurit yang ada di sini semuanya ber
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Tengil   Bab 182: Maung Lodra Dalam Bahaya (part 1)

    ‘Bbbhhhrrr’“Arrrggghh!” jerit prajurit yang terkena ajian tribaya milik Wirarasa. Tubuhnya seketika itu juga langsung terbakar hingga hangus dan melebur menjadi abu.Maung Lodra sendiri segera mundur menjauh, tapi prajurit musuh dan prajurit yang berkhianat tidak tinggal diam. Tiga prajurit kembali menebaskan pedanngya, kali ini Maung Lodra masih menggunakan pedang untuk menangkisnya. Tapi saat dari belakangnya juga muncul prajurit yang menyerang, Maung Lodra menahan pergerakan mereka dengan tendangan kaki kanannya sampai mereka kembali terjungkal ke belakang.Suara dentingan senjata yang beradu terdengar begitu nyaring saat pedang yang dipakai oleh Maung Lodra menghantam pedang-pedang milik musuhnya. Terlihat jelas ketangkasan Maung Lodra, meski di sekelilingnya hanya ada musuh yang menyerang tapi dia masih bisa memberikan perlawanan sengit.Angkara mencoba untuk menyerang Maung Lodra dari belakang dengan

  • Pendekar Tengil   Bab 183: Maung Lodra Dalam Bahaya (part 2)

    “Ya, sisanya cepat kepung tua bangka itu dan habisi!” jawab Angkara sambil memberikan perintah kepada prajuritnya yang masih ada di sana.“Apa yang mereka rencanakan?” gumam Maung Lodra dengan penuh kewaspadaan. Nafasnya mulai memburu karena sejak tadi dia terus diserang secara terus menerus oleh lawannya.“Apapun yang mereka rencanakan, aku harus fokus mengincar Wirarasa. Dialah yang paling berbahaya diantara mereka,” batin Maung Lodra sambil menatap Wirarasa yang masih berdiri dengan kuda-kuda gerakan sahasrabala andalannya.Prajurit Angkara kini melesat lebih dahulu, tujuh orang langsung menyerang Maung Lodra dengan senjata mereka. Tapi dengan lihai Maung Lodra berhasil menghindari semua serangan mereka dan membalas hingga beberapa orang diantaranya terpental karena serangan Maung Lodra. Di saat ada celah diantara pasukannya, Angkara langsung masuk sambil mengayunkan pedangnya mengincar leher Maung L

  • Pendekar Tengil   Bab 184: Maung Lodra Dalam Bahaya (part 3)

    ‘Beukh’Suara benturan keras terdengar saat tumit kaki kanan Wirarasa dengan telak menghantam kepala Maung Lodra yang masih berlutut hendak bangkit. Darah mulai mengalir dari kepalanya pertanda luka karena terkena hantaman keras kaki kanan Wirarasa. Tapi Maung Lodra tidak bergeming sedikitpun, dia malah menggerakan bola matanya menatap Wirarasa dengan tajam.“Pergilah ke alam baka!” bentak Wirarasa sembari menekan kaki kanannya. Darah mulai mengalir lagi ke wajah Maung Lodra, tapi dia tetap tidak bergeming. Malah dengan perlahan Maung Lodra bangkit berdiri sambil mencengkram kaki kanan Wirarasa.“Aku memang akan mati, tapi aku akan membawamu Wirarasa!” bentak Maung Lodra sembari mengangkat tangan kanannya ke udara, saat itu juga sambaran petir langsung menyambar tangan kanannya itu sementara tangan kirinya masih mencengkram erat kaki kanan Wirarasa.“Ajian tinju gelap?” batin Wirarasa

  • Pendekar Tengil   Bab 185: Indra vs Angkara dan Wirarasa (part 1)

    Suara dentuman hebat terdengar saat ajian ekabaya yang digunakan oleh Wirarasa dihalau oleh ajian bayubaraja yang digunakan oleh orang yang datang dan berdiri tepat di antara Maung Lodra dan Wirarasa. Riuh angin langsung bergemuruh membuat air hujan juga ikut tertiup karenanya, tanah yang dipijak mereka juga berhamburan saking kuatnya benturan yang terjadi.“Cukup sampai di sini, Wirarasa,” ucap orang yang menghalau ajian ekabaya Wirarasa. Tak lain dia adalah Indra. Sementara itu Wirarasa hanya menyeringai saja seolah sudah menduga Indra akan datang ke sana.“Aku pikir kau akan menyerangku dari belakang,” tukas Wirarasa sambil melompat mundur menjauhi Indra yang langsung menahan jasad Maung Lodra agar tidak langsung jatuh membentur tanah.“Aku bukanlah pengecut sepertimu. Lagipula dengan tubuhmu yang sudah babak belur seperti itu, tidak ada yang perlu aku khawatirkan,” kata Indra sambil mengusap wajah Maung L

  • Pendekar Tengil   Bab 186: Indra vs Angkara dan Wirarasa (part 2)

    Di tempat lain. Rima, Elin, Astriani dan Mira sudah berhasil melumpuhkan banyak pasukan musuh dengan rencana yang disusun oleh Mira sebelumnya. Tapi sepandai-pandainya mereka bersandiwara pada akhirnya tindakan mereka tetap diketahui oleh pasukan musuh. Tapi sejak awal Mira sudah menyiapkan rencana cadangan jika memang taktik mereka diketahui oleh lawan.Setelah mereka diketahui. Mereka berempat langsung menjalankan rencana cadangannya, mereka terus bertarung dengan musuh sambil bergerak mendekati barisan pasukan Kerajaan Panjalu, dengan begitu mereka dengan mudah mendapatkan bantuan dari prajurit yang dipimpin oleh Saktiwaja. Mira terlihat terus menatap sekelilingnya mencari sosok Senopati Saktiwaja. Setelah cukup lama akhirnya dia melihat keberadaan Saktiwaja yang sedang bertarung sengit dengan pendekar aliran hitam.Tanpa pikir panjang lagi Mira melompat ke arah Saktiwaja dan membuat Saktiwaja serta lawannya terkejut. Mereka berdua mulai bertarung mengha

  • Pendekar Tengil   Bab 187: Indra vs Angkara dan Wirarasa (part 3)

    Sementara itu Indra berniat membalas serangan dengan pukulan tangan kanannya, namun Angkara segera menundukan kepalanya. Dari arah belakang Indra tampak melompat seorang prajurit dengan pedangn ditebaskan dari atas, sementara itu empat prajurit lainnya datang menusukan tombak di tangannya mengincar tubuh Indra.Dalam rentang waktu yang begitu cepat, Indra segera membungkukan tubuhnya ke tanah dan bertumpu kepada dua tangannya. Kedua kakinya secepat kilat menghantam tubuh prajurit yang melompat ke atasnya hingga pedang di tangannya jatuh, Indra langsung menarik tubuh prajurit tersebut dengan kedua kakinya dan dilemparkan menuju empat tombak yang datang. Di saat yang bersamaan Angkara tidak membuang kesempatan, dia langsung menebaskan pedangnya secara diagonal mengincar kepala Indra yang ada di bawah.‘Bres’‘Tap’‘Trang’Tubuh prajurit yang dilemparkan oleh Indra langsung tertusuk emp

  • Pendekar Tengil   Bab 188: Benturan Dua Ajian Terlarang (part 1)

    Mendengar teriakan Wirarasa itu membuat semua pasukannya dan pendekar aliran hitam mendadak kebingungan. Padahal mereka sudah bisa mendesak pasukan Kerajaan Panjalu dan para pendekar aliran putih, mereka bingung lantaran di saat sudah bisa memukul mundur lawannya tiba-tiba saja pemimpin mereka memerintahkan untuk segera mundur.“Pasukan, mundur! Mereka terlalu kuat! Selamatkan diri kalian!” teriak Saktiwaja dengan suara menggema di medan perang.“Tahan mereka di tepi cekungan tanah!” sambung Saktiwaja sambil terus berusaha mundur mendekati tepi cekungan tanah. Itu adalah jarak aman dari ajian terlarang yang tadi Wirarasa gunakan. Jika mereka bisa sampai di tepi cekungan tanah dan menahan pasukan musuh agar tetap di bawah cekungan tanah, maka bisa dipastikan hanya musuh saja yang akan terkena dampak ajian terlarang.“Indra, aku percayakan sisanya kepadamu,” batin Mira yang juga terus menahan pasukan musuh yang

  • Pendekar Tengil   Bab 189: Benturan Dua Ajian Terlarang (part 2)

    “Sekarang! Mundur!” teriak Saktiwaja dengan suara yang kencang hingga menggema di medan perang di tengah derunya suara angin dan derasnya bunyi hujan yang turun.‘Dddhhhhoooommmmrrrrrrr’‘Gggggggrrrrrrrrr’Suara dentuman keras bagaikan gunung yang meletus terdengar menggelegar nyaring. Riuh angin yang menderu membawa hujan langsung bertiup amat kencang bersamaan dengan tanah yang berguncang dahsyat. Jeritan semua orang yang ada di medan perang terdengar bersahutan mengerikan, pekikan ketakutan terdengar jelas bersamaan dengan bongkahan-bongkahan tanah medan perang yang terangkat ke atas lalu hancur berkeping-keping di udara.Suasana di medan perang benar-benar mencekam, ratusan kilat terlihat jelas menyambar ke tanah medan perang hingga keadaan yang semula gelap menjadi terang benderang. Tapi berkat arahan Saktiwaja, semua pasukan kerajaan beserta para pendekar aliran putih berhasil selamat karen

Latest chapter

  • Pendekar Tengil   Penutup

    Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:

  • Pendekar Tengil   Bab 137: Sampai di Kampung Halaman

    Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,

  • Pendekar Tengil   Bab 136: Kejanggalan di Perguruan Jatibuana

    Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.“Silahkan temui Mahaguru di sana,” tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d

  • Pendekar Tengil   Bab 135: Sampai di Jatibuana Dalam Sekejap

    “Itu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,” potong Laila.“Itu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,” kata Purnakala.“Eh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?” tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.‘Set’‘Tap’Tiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.“Ada apa ini?” tanya Indra dengan waspada.“Cih, gesit juga,” gerutu Laila.‘Beukh’“Heukh..” pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.“Maafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,” terdengar suara Purnakala pelan.“Kenapa?” batin Indra

  • Pendekar Tengil   Bab 134: Pamit dari Pancabuana

    Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.“Aku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung

  • Pendekar Tengil   Bab 133: Akhir Masa Perjanjian (part 2)

    “Saya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,” ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.“Padahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,” batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn

  • Pendekar Tengil   Bab 132: Akhir Masa Perjanjian (part 1)

    Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du

  • Pendekar Tengil   Bab 131: Akhir Ujian Pancabuana (part 2)

    “Apakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?” tanya Jaka dengan raut wajah serius.“Tidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,” tegas Adiyaksa.“Yahuuu! Huaaaahh!” tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.“Apakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?” batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke

  • Pendekar Tengil   Bab 130: Akhir Ujian Pancabuana (part 1)

    “Mira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?” batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.“Hmmh..” Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari

DMCA.com Protection Status