“Harghh!” Suara Danang terdengar seperti dia baru saja berhasil mendapatkan oksigen setelah terkungkung lama di ruangan kedap udara. ‘Sebentar, di mana aku sekarang? Kenapa aku di sini?’ Danang seperti orang kebingungan ketika mendapati dirinya berada di lingkungan asing dengan sekeliling ruangan yang tak biasa. Danang teringat bahwa dia baru saja bermimpi aneh dan kini terbangun. Namun, alangkah terkejutnya dia ketika menyadari bahwa dia bangun bukan di tempat tidurnya, melainkan di ranjang yang sangat berbeda. ‘Ini … kasur apa? Kenapa kasar dan keras sekali? Bukan ranjang busa?’ Tangan Danang menelusuri tempat tidur yang terasa kasar dan tidak biasa baginya. Danang semakin terkejut luar biasa ketika dia mengamati ruangan cukup kecil berukuran 3 x 4 meter persegi. ‘Tunggu dulu! Ini bahkan bukan kamarku! Mana mungkin kamarku bisa berubah interior dan dekorasinya?’ Danang termangu menatap sekelilingnya. Matanya menyusuri dinding anyaman rotan dan terkesan kumuh serta lawas. Dia seb
‘Wu— Wu Zaochen? Kenapa dia memanggilku dengan nama itu?’ Danang masih belum paham.“Apa kau merasakan sakit? Sini, biar kulihat!” Pria itu mendekat dan menjauhkan tangan Wu Zaochen yang hendak menghalangi. “Lain kali, jangan seenaknya memegang wajahmu yang sedang kurawat ini. Aku tak bisa menanggung kalau sampai itu mengeluarkan nanah dan akan berlubang di sana dan sini. Kau mau punya wajah berlubang-lubang, heh?”Mendengar pertanyaan semacam itu, mana mungkin Danang tidak takut? Dia lekas menggeleng cepat. Ternyata wajahnya dipenuhi balutan perban, membuatnya berpikiran dirinya pasti mirip mumi.Dia teringat akan malam itu ketika wajah Wu Zaochen disayat-sayat oleh Di Yuxian. Wajah tampan itu menjadi rusak sepenuhnya!“Saat kau tak sadarkan diri, aku rutin meminumkan obat padamu dan merawat lukamu. Lihat, bahkan otot-otot di tangan dan kakimu sudah lebih kuat dari sebelumnya, ‘kan? Aku sudah menyambung urat nadi meridianmu yang sempat terpotong sehingga otot-otot di sana sudah mula
‘Bi—Bisa tumbuh kembali? Lidah dan … pusaka masa depanku?’ Mata Wu Zaochen masih membelalak ketika merenungkan itu di hatinya. ‘Dan kuncinya adalah … aku harus menaikkan tingkat kultivasi?’Apa yang disampaikan Ouyang Hetian tiba-tiba saja menggugah semangat Wu Zaochen.‘Aku sudah dipaksa menerima nasib sebagai Wu Zaochen. Percuma juga andaikan aku ingin mengakhiri hidup karena tak tahu apa yang akan kujalani di kehidupan mendatang. Aku tak mau mempertaruhkan sesuatu yang belum pasti. Bagaimana kalau ternyata diberi takdir berikutnya menjadi babi? Ugh, tak mau!’ Wu Zaochen memikirkannya dengan cermat.Oleh karena itu, dia memperbarui tekadnya, tak perlu lagi menyesali yang dia terima saat ini.‘Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menjalani semaksimal mungkin hidupku dan kalau perlu … balaskan dendam orang tua pemilik tubuh ini dan juga … Di Yuxian! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!’ tekadnya membara di dada.Melihat perubahan tatapan mata yang sekarang lebih bersinar dan ta
Dalam beberapa minggu ini, Yao Chen terus berjuang memulihkan dirinya.“Huek! Ugh!” Meski ingin muntah karena aroma obat dan rasanya yang sangat tidak enak, tapi dia tetap menenggak sampai habis.Api bara balas dendam sering membantunya melewati hari-hari perjuangan dia.Bahkan ketika dia harus belajar berjalan, dia sudah ingin lekas berlari. Alhasil, dia justru jatuh terjerembab.“Yao Chen, tak perlu terburu-buru begitu jalanmu. Apa kau ingin langsung berlari? Itu harus bertahap. Urat-uratmu baru saja pulih dan masih butuh waktu agar ototmu terbiasa.” Ouyang Hetian sabar menasehati Yao Chen yang gegabah.Setelah masa pemulihan yang menyakitkan dalam 2 bulan, Yao Chen kini bisa melihat sendiri wajahnya tanpa perban. Tangannya gemetar ketika menyentuh permukaan wajahnya.Bibirnya gemetar dengan mata basah hendak menangis ketika Ouyang Hetian menyodorkan cermin kuningan padanya. ‘Rusak! Wajahku begini rusak! Wajah tampan ini sudah kacau dan mengerikan seperti monster!’ Hatinya meraung t
Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di sala
Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya
‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya
“Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.
Setelah kejadian di Dunia Seribu, hubungan Yao Chen dan Putri Suci kian erat. Gongsun Huojun memanfaatkan setiap kesempatan untuk mempertemukan keduanya dalam berbagai acara resmi di Istana Dewa.Entah itu perjamuan kecil di taman istana atau latihan bersama di aula utama, Gongsun Huojun selalu memastikan Yao Chen dan Putri Suci berada dalam satu lingkaran yang sama.“Ayo, Chen’er! Jaga Putri Suci! Jangan sampai dia terluka!” Gongsun Huojun terus memberikan kesempatan pada Yao Chen.Pada suatu malam, Yao Chen duduk di bawah pohon sakura di taman belakang istana. Udara dingin membuat daun-daun berguguran pelan. Cahaya bulan menerangi wajahnya yang tenang, topeng emas tetap menutupi sebagian besar ekspresinya.“Putra Suci,” suara lembut memecah kesunyian. Putri Suci mendekat, mengenakan jubah putih yang berkilauan di bawah sinar bulan.Yao Chen menoleh. “Putri Suci, ini sudah malam. Mengapa kau di sini?”“Saya … saya ingin berterima kasih atas apa yang terjadi di Dunia Seribu. Jika buka
Craasss!“Mati!” seru Yao Chen sembari tangannya menebaskan Pedang Keseimbangan ke iblis jiwa.“Haarrrkkhhh!” Iblis jiwa menjerit, melengkingkan suara kesakitan bercampur tak rela. “Manusia … sampaahh ….”Kemudian, sosok kabut asap iblis jiwa pun tercerai-berai. Dia musnah.“Sudah berhasil?” tanya Yao Chen secara telepati pada sosok Kaisar Manusia yang sedang berada di dalam pedangnya.“Ya, bocah Yao. Kau sudah berhasil memusnahkan iblis jiwa Putri Suci.” Kaisar Manusia menyahut.Yao Chen lega, pengalamannya bertambah. Namun, apa itu iblis jiwa?Dari dalam ruang dimensi jiwa, Gao Long yang terhubung dengan Yao Chen menjelaskan, “Iblis jiwa merupakan kumpulan godaan dan rintangan yang dimiliki semua pendekar kultivator. Apabila iblis jiwa tidak lekas dibasmi, maka masa depan kultivasi akan cukup terhambat.”Kini Yao Chen paham. Lalu, apakah dia juga nantinya memiliki iblis jiwa?“Sepertinya alam lain ini memicu keluarnya iblis jiwa seseorang.” Kaisar Manusia berpikir demikian.Yao Chen
“Tusuk? Dengan Pedang Keseimbangan?” Yao Chen terkejut dengan perintah sosok Kaisar Manusia.Sudah tentu ini menyebabkan Yao Chen membelalakkan mata lebar-lebar. Dia harus menusuk Putri Suci di bagian depan dantian?“Ya, tusuk dia dengan pedangku beserta energi pusakamu.” Suara Kaisar Manusia bergema di kepala Yao Chen.Ini cukup membuat Yao Chen gamang.“Ta-tapi, Tuan Kaisar, bukankah dia keturunanmu sendiri? Kenapa harus ditusuk?” Yao Chen masih tak percaya dengan perintah yang diberikan padanya.“Bocah, sudahlah! Kalau dia menyuruhmu menusuk, ya tusuk saja!” Gao Long menyeru dari ruang dimensi jiwa dengan suara tak sabarannya.Kalau dua entitas besar seperti Kaisar Manusia dan Naga Kuno Gao Long sudah sama-sama berucap akan satu hal yang kompak, maka apa yang perlu diragukan Yao Chen.Hanya saja … menusuk?“Baiklah!” Menyingkirkan semua keraguannya, Yao Chen berseru sambil semakin menyalurkan energi emas Tasbih Mutiara untuk melingkupi seluruh badan Pedang Keseimbangan dari pangkal
“Anda yakin aku harus menggunakan Pedang Keseimbangan?” tanya Yao Chen secara telepati ke sosok Kaisar Manusia.“Ya, gunakan saja Pedang Keseimbangan untuk melawannya.” Sosok Kaisar Manusia terus mendorong Yao Chen untuk menurutinya.Karena sudah seperti itu, maka Yao Chen tidak lagi perlu ragu. Lagi pula, dia ada di alam lain yang tak ada orang bisa melihat kecuali Putri Suci saja. Itu pun Putri Suci seperti bukan dirinya sendiri.‘Pedang Keseimbangan!’ Yao Chen berseru di benaknya.Kemudian, dari perutnya, keluarlah pedang besar berwarna keperakan. Yao Chen harus menggunakan kedua tangannya untuk bisa memegangnya dengan benar dan stabil.Ada energi dari Gulungan Takdir dan Cermin Jiwa yang melingkupi Pedang Keseimbangan. Energi itu memancarkan cahaya keperakan yang cukup menyilaukan.“Bagus! Memang begitu seharusnya, bocah!” Gao Long ikut bicara, menyemangati Yao Chen.Yao Chen segera saja menyalurkan energi emas dari Tasbih Semesta yang sudah terintegrasi dengan Pedang Keseimbangan
“Hah? Kau ini apa-apaan? Apa maksudmu kau adalah Dewi Huan?” Yao Chen menangkis serangan Putri Suci menggunakan kekuatan lima elemennya.Dia terkejut bukan kepalang melihat perbedaan yang terlalu gila di dalam diri Putri Suci yang awalnya lembut, santun, dan tenang. Kini, Putri Suci terlihat sangat aneh.'Apakah dia kerasukan?' Yao Chen malah menyimpulkan demikian, sesuai yang biasa terjadi di Bumi tempatnya berada, ketika terjadi anomali pada seseorang di sekitarnya, maka itu diasumsikan sedang mengalami kerasukan makhluk jahat.Namun, apakah di Planet Qi ini ada terminologi kerasukan?"Tutup mulutmu saja, manusia rendah! Kau tidak layak mempertanyakan Yang Mulia ini!" geram Putri Suci dengan raut wajah beringas.Pertempuran sengit pun terjadi antara Yao Chen dan Putri Suci. Keduanya saling bertukar serangan dengan kekuatan penuh. Yao Chen berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Putri Suci, namun kekuatan lawannya terlalu besar."Aku tidak akan menyerah!" seru Yao Chen.Dengan sisa
‘Ini … ke mana ini?’ Yao Chen bertanya dalam hatinya.Dia seperti meluncur di air terjun, tapi mendaratnya bukanlah di tempat awal dia dibawa Bai Yuan.“Oh tidak! Apakah ini adalah Dunia Seribu?” Putri Suci bergumam lirih ketika kakinya sudah menapak di tanah di tempat antah berantah.Lingkungan di sana memang sama asri dan hijaunya seperti yang ada di alam Istana Dewa, hanya saja terasa berbeda.Yao Chen menoleh ke samping. “Dunia Seribu?” Dia belum mengetahui seluk-beluk di Istana Dewa.Bahkan dia tidak mengira akan ‘tergelincir’ ke dunia yang berbeda hanya karena terbang di dekat air terjun.Putri Suci mengangguk. “Konon jika kita tidak sengaja masuk ke alam yang serupa seperti Istana Dewa, itu artinya kita sedang berada di Dunia Seribu.”Meski manggut-manggut, Yao Chen masih bingung dan dia tetap mempertanyakan apa yang dia belum paham, “Lalu, Dunia Seribu, itu dunia macam apa?”Sambil mengobrol, mereka berjalan menyusuri tempat di sekitar.“Dunia Seribu merupakan dunia khusus, du
“Dia … ada garis keturunan di Kaisar Manusia?” Yao Chen kini mulai pening memikirkannya.Kenapa cobaan cinta begitu berat untuknya yang seorang amatir asmara? Dia ingin setia saja pada Sima Honglian, tapi kenapa banyak pihak yang tak ingin dia setia?“Bocah! Kalau memang dia memiliki darah keturunan bocah Kaisar Manusia ini, maka dia memang layak kamu perjuangkan!” Ditambah Gao Long yang ikut memanasi suasana.Yao Chen memijit pelipis, berpikir keras mengenai itu.Karena enggan memikirkan hal Putri Suci, maka Yao Chen memilih untuk berbicara mengenai hal lainnya.“Gao Long, kamu kenapa menginginkan pedang bobrok yang kemarin itu?” tanyanya.Gao Long terbang berputar di atas Yao Chen sambil dia berkata, “Bocah, kamu tidak tau apa-apa mengenai itu. Pedang yang kau katakan bobrok itu sebenarnya memiliki jiwa pedang.”Usai mengatakan demikian, Gao Long terkekeh dengan wajah mencurigakan.Yao Chen langsung saja curiga. “Jangan katakan jiwa pedangnya … seekor naga?”Setelah itu, Gao Long te
‘Jadi dia adalah Putri Suci?’ Yao Chen memekik di hatinya.Matanya memindai Putri Suci dari atas hingga bawah. Wanita muda berpenampilan ala gadis 17 tahun.Putri Suci Istana Dewa bagaikan lukisan yang dilahirkan oleh kuas para dewa. Sosoknya yang anggun terlihat bagai bunga lotus yang mekar di atas kolam suci - begitu murni dan mempesona tanpa setitik noda.“Salam untuk Tuan Muda,” ucap Putri Suci sambil menatap sekejap pada Yao Chen sambil menekuk lututnya sedikit dengan gaya anggun seraya menundukkan pandangan.Sepasang matanya yang jernih mengingatkan Yao Chen pada bintang-bintang di langit malam musim gugur, berkilau dengan cahaya lembut yang menenangkan jiwa. Alisnya melengkung bagai bulan sabit tipis, menyempurnakan wajahnya yang oval bagai jade putih.“Ah! Salam untuk Putri Suci!” Yao Chen tersadar dan segera membalas salam itu sambil memberikan salam sojanya.Kulit Putri Suci seputih salju pertama di musim dingin, dengan rona merah alami di pipi yang mengingatkan pada kelopak
“Sudah, cepat serahkan barangnya ke Tuan Muda kami!” Bai Yuan berkata dengan suara rendah dan terkesan tak sabar.Wajar jika dia merasakan hatinya berdarah-darah, karena keluarga besarnya di rumah membutuhkan uang itu untuk kebutuhan mereka.Hanya karena memandang Yao Chen adalah anak paling dinantikan Gongsun Huojun, maka Bai Yuan menahan rasa pedih di hatinya.“Terima kasih, Tuan Muda! Anda sungguh cerdas dengan berbelanja di kios ini.” Manajer kios menyambar kantong kulit dari Bai Yuan dan malah menoleh ke Yao Chen untuk bicara. “Barang-barang kami bermutu tinggi dan tidak akan mengecewakan. Anda bisa melihat-lihat dulu barang lainnya.”“Tidak perlu!” Bai Yuan terpaksa mengatakan demikian. Uang yang dibawanya terbatas, tak boleh sampai malu di kios seperti ini hanya karena tidak sanggup membayar. “Tidak perlu, terima kasih.”Yao Chen melirik Bai Yuan. Dia bisa berempati dengan apa yang dirasakan Bai Yuan. Tergambar jelas keengganan pengawalnya itu ketika menyodorkan batu kristal ya