“Hrrkkhh … keluaaarrr!” teriak Yao Chen sambil terus memompa keluar energi aura emasnya.Tak berapa lama, pergerakan dari pedangnya semakin jelas. Pelan … pelan … dan pelan, pedang itu bergerak naik … naik … dan naik ….“Hraaakkhh!” geram keras Yao Chen.Pedang Keseimbangan pun dicerabut keluar dari benaman tanah dasar palung danau.Itu memang sebuah pedang yang besar dengan bilah selebar sekitar setengah meter dan panjang bilahnya tak kurang dari 1,5 meter. Terlihat gagah.“Hanya saja, ini tertutup kotoran karat—“Baru saja Yao Chen mengatakan itu sambil mengamati pedangnya, tiba-tiba energi aura emas di tangannya menyalur ke pedang besar tersebut.Tass! Tass! Trass!Secara ajaib, semua karat yang menempel pada tubuh Pedang Keseimbangan terkikis habis lalu menghilang bersama air tenang danau, hanya menyisakan sebuah pedang besar yang berkilat di antara ketenangan air danau.“Hyakh!” Yao Chen menyeru sambil mengangkat pedang besar dan berat tersebut.Sebagai seorang penempa senjata se
“Dewa naga legendaris ….” Sosok keperakan itu masih takjub melihat siapa saja yang kini berada di hadapannya. “Batu semesta ….”Secara bergantian, dia menatap Gao Long dan Tasbih Semesta.“Kau, bocah Kaisar Manusia, tidak aku sangka kau mendiami sebuah pedang.” Gao Long menatap tajam sosok keperakan.“Ketika aku mati saat bertempur dengan Pedang Keseimbangan pada era itu, aku memutuskan membenamkan jiwaku ke dalam pedang agar aku bisa tetap mengawasi penerusku dari era ke era.” Siluet Kaisar Manusia menjawab.Gao Long berkelebat pelan di atas sosok Kaisar Manusia sambil terus mengawasinya.“Sebaiknya kau berlaku baik di sini atau bola arogan itu akan menghajarmu.” Gao Long melirik Tasbih Semesta, mengingatkan siluet Kaisar Manusia.Meski masih heran, kenapa pusaka dewa yang sangat kuat seperti Tasbih Semesta bisa mengikuti seorang bocah yang hanya ada di Tingkat 8, siluet Kaisar Manusia masih diam tak ingin menunjukkan keheranannya.“Apa? Kau heran kenapa kami mengikuti bocah bau itu?
“Pedang?” Sima Honglian berlagak tak tau apa-apa atas pertanyaan Zhuge Yang.Sementara, Yao Chen menarik napas panjang.Ada kekehan keluar dari Zhuge Yang saat kemudian dia berkata, “Apakah kalian mengira aku keledai tolol yang tak mengerti kenapa kalian datang ke puncakku secara diam-diam? Kalian sudah mencuri kipas kuno di ruanganku. Dan itu ada kaitannya dengan pedang warisan leluhur sekte, bukan?”Yao Chen dan semua rekannya hanya bisa terdiam, masing-masing dari mereka tidak menemukan jawaban untuk berkelit.“Maka dari itu, lebih baik serahkan saja padaku daripada aku harus menggunakan cara keras untuk mengambilnya dari kalian.” Zhuge Yang menyambung.“Anda yakin menginginkan itu?” tanya Yao Chen pada akhirnya.Rasanya sia-sia saja kalau mereka masih berlagak inosens dalam perkara ini.“Tentu.” Zhuge Yang sambil menaikkan dagunya dengan sikap jumawa.Kesal dengan tingkah Zhuge Yang, Bai Lixue berkomentar sengit, “Kau! Untuk apa pedang itu bersamamu? Tak akan ada gunanya! Apalagi
“Ketua Zhuge?” Yao Chen bersuara karena Zhuge Yang diam sejak tadi.Zhuge Yang masih terheran-heran dan tenggelam dalam alam pikirnya sendiri. Dia masih tak percaya Pedang Keseimbangan yang merupakan simbol tertinggi untuk ketua Sekte Bilah Langit ternyata lebih memilih Yao Chen ketimbang dirinya.Mata Zhuge Yang melirik Yao Chen sambil masih membatin, ‘Tidak, dia tak boleh tau bahwa Pedang Keseimbangan merupakan simbol tertinggi ketua sekte ini. Dia dan siapa pun tak boleh mengetahuinya!’Beruntung sekali orang-orang yang mengetahui mengenai keterkaitan Pedang Kesimbangan dengan ketua Sekte Bilah Langit hanyalah ketua sekte itu sendiri dan beberapa tetua dengan tingkatan yang paling senior.‘Mungkin … lebih baik aku membiarkan saja bocah sialan itu pergi dengan pedang ini.’ Zhuge Yang sudah membuat keputusan.“Ketua Zhuge, Anda baik-baik saja?” tanya Yao Chen, hanya sekedar memastikan.Semenjak tadi, yang dilakukan Zhuge Yang hanya menatap kosong lalu melirik ke Pedang Keseimbangan d
“Siapa?!” teriak Yao Chen sambil mulai waspada.Sima Honglian di sampingnya juga mendadak bersiap jika memang harus bertempur.Sosok misterius itu tertawa keras, suaranya menggema. “Ha ha ha!”Kemudian, dari kejauhan, mulailah terlihat 2 sosok. Salah satu dari mereka dikenali Yao Chen dan Sima Honglian.“Bayangan Merah!” Yao Chen dan Sima Honglian serempak bersamaan menyeru.Tentu saja mereka mengenali Bayangan Merah. Sosok itu sudah beberapa kali bertarung dengan mereka.Terakhir kali mereka bertemu Bayangan Merah ketika diadang ketika hendak masuk ke gua tempat patung-patung dewa elemen dengan jiwa leluhur Sekte Bilah Langit berada.“Sungguh menarik bisa bertemu kalian di sini.” Sedangkan sosok lainnya memakai pakaian serba putih dengan rambut panjangnya seluruhnya berwarna putih dan dia memakai topeng hantu.Kedua sosok itu bergerak cepat, berpindah maju dari satu spot ke spot lain dalam kedipan mata, bagaikan hantu. Bahkan Yao Chen curiga bahwa mereka bisa menguasai kemampuan huku
“Aku ingin tau, apa saja yang kamu sembunyikan, khe he he ….” Iblis Putih terus menjulurkan tangannya ke perut Yao Chen sembari terkekeh. "Ayo, patuhlah dan perlihatkan padaku ...."Dia bermaksud memeriksa area dantian Yao Chen terlebih dahulu dan nantinya akan mendobrak ruang jiwa pula.“Tidak! Jangan!” Sima Honglian berteriak.Wanita itu sudah terluka sebelumnya dan kini masih harus berjuang melawan Bayangan Merah yang gigih menghalanginya ke Yao Chen.Iblis Putih, sosok legendaris yang ditakuti di dunia kultivasi, kini berdiri di hadapan Yao Chen dengan tatapan dingin dan seringaian mengerikan. Sungguh sesuai dengan namanya. Iblis.“Krkhh! Khhkk!” Yao Chen meronta, berusaha melepaskan diri, tapi kekuatannya tak sebanding.Napasnya tercekat, pandangannya mulai kabur. Tasbih Semesta dan Gao Long sama-sama menyembunyikan diri agar tidak terdeteksi oleh Iblis Putih.Namun, sebelum Iblis Putih sempat menusukkan tangannya ke perut Yao Chen, sebuah kilatan merah-emas melesat cepat, membel
“Anjing budak yang sombong!” seru Iblis Putih.Dia terus mengobarkan angin ganasnya untuk melawan dominasi api milik Murong Xuan.“Apakah iblis tua sepertimu sudah kepanasan?” ejek Murong Xuan.Dia merangkai segel tangan rumit, dan tiba-tiba, api emas membentuk naga raksasa di belakangnya."Naga Api Surgawi!" teriak Murong Xuan, mengarahkan naga apinya ke Iblis Putih.Iblis Putih terkesiap, namun dengan cepat membentuk perisai angin berlapis. "Kau pikir hanya kau yang punya teknik rahasia? Badai Kegelapan Abadi!"Angin hitam pekat menyelimuti Iblis Putih, membentuk tornado raksasa yang bertabrakan dengan naga api Murong Xuan.Ledakan energi yang luar biasa mengguncang area itu, menciptakan kawah besar di tanah.Kedua kultivator itu terpental ke belakang, tapi dengan cepat bangkit kembali. Napas mereka terengah-engah, tapi mata mereka masih menyala penuh tekad."Tidak buruk, Murong Xuan!" Iblis Putih mengusap darah di sudut bibirnya. "Tapi ini belum berakhir!""Kau benar," balas Murong
“Haanghh!” Yao Chen akhirnya terbangun dan mendapati Sima Honglian tertidur telungkup dalam posisi duduk di sebelahnya.Dia terharu. Istrinya selalu menjadi orang yang sangat peduli padanya.“Lian ….” Yao Chen berkata pelan sambil menyentuh puncak kepala Sima Honglian.Segera saja sentuhan ringan itu menyadarkan Sima Honglian dari lelapnya.“Chen! Kamu sudah bangun.” Sima Honglian lekas membuka mata dan senyumnya merekah.Namun, ada genangan air di pelupuk mata Sima Honglian usai dia tersenyum lebar. Wanita itu mulai menangis.“Lian, jangan menangis. Aku … baik-baik saja, tak usah khawatir.” Yao Chen mengusap pipi Sima Honglian.Dia masih cukup lemah sehingga tak sanggup bangun untuk duduk. Teringat bahwa saat itu lehernya dipatahkan oleh Iblis Putih dan masih terasa agak nyeri di bagian itu.“Aku … hiks … aku sangat takut, Chen. Aku … aku takut kamu … kamu ….” Sima Honglian tak sanggup melanjutkan kalimatnya karena tangisnya semakin menjadi-jadi.Memaksakan dirinya untuk bangun, Yao
Langit masih bergetar akibat bentrokan energi sebelumnya. Kota Seribu Dewa, yang biasanya dipenuhi cahaya lentera dan hiruk-pikuk pedagang, kini porak-poranda. Puing-puing bangunan berserakan, beberapa area pasar telah menjadi kawah akibat pertarungan dahsyat tadi.Yao Chen terduduk dengan napas memburu, sisa aura hitam dari Asura Gelap masih samar-samar berpendar di sekeliling tubuhnya.Sima Honglian tetap di sampingnya, kedua tangannya masih bersinar dengan Api Phoenix, menenangkan gejolak energi di dalam tubuhnya.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri tidak jauh, masih dalam posisi siaga. Mereka belum berani lengah."Chen'er," suara Gongsun Huojun akhirnya memecah kesunyian. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau pikir bisa berkeliaran begitu saja setelah apa yang terjadi di Sekte Langit Kudus?"Yao Chen mendongak, matanya kembali tajam. "Aku tidak peduli dengan sektemu."Gongsun Weiyan mengepalkan tinjunya. "Tidak peduli?! Kau hampir membunuh banyak orang tak bersalah!"
"Bersiap saja kalian berpindah alam!" Senyum seringaian Yao Chen semakin lebar. Angin kencang bertiup liar saat aura gelap yang menguar dari tubuh Yao Chen semakin menggila. Tanah di sekitarnya merekah, retakan hitam menyebar bagaikan jaring laba-laba. Tubuhnya masih dikelilingi energi hitam pekat dari mode Asura Gelap, dan matanya bersinar merah darah, penuh kegilaan.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri di udara, jubah emas mereka berkibar.“Kau benar-benar sudah melewati batas, Yao Chen,” ujar Gongsun Huojun, ekspresinya tetap tenang, tapi auranya membumbung tinggi, menekan seluruh area.“Kalian pikir bisa menghentikanku?” Yao Chen menyeringai, lalu mengangkat tangan kanannya ke langit. Petir hitam menggelegar di atasnya, berkumpul membentuk pusaran energi yang mencekam.Dalam sekejap, dia mengayunkan tangannya ke bawah.BRUUUUM!!!Gelombang petir hitam menghantam tanah, menciptakan ledakan dahsyat! Puluhan bangunan pasar malam hancur berkeping-keping, dan tanah bergetar heb
Pria itu menyeringai. “Di dunia ini, kekuatan yang menentukan segalanya, bukan tempat atau keadaan.”Tanpa aba-aba, salah satu anggota sekte melesat dengan kecepatan tinggi, tinjunya mengarah langsung ke wajah Yao Chen!Dhaarrr!Yao Chen mengangkat lengannya dengan santai dan menahan pukulan itu. Angin ledakan dari benturan itu menghancurkan kios-kios di sekitar mereka. Lalu, dengan gerakan cepat, dia memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras ke perut lawannya.Bruakk!Pria itu terpental menghantam tembok batu, retakan besar terbentuk di sekelilingnya sebelum dia jatuh tersungkur.“Kurang ajar!”Dua orang lainnya langsung menyerang bersamaan. Yang satu menggunakan pedang panjang berwarna ungu, sementara yang lain menghunus tombak dengan ujung berkilauan energi petir.Klang!Pedang itu berkelebat dengan kecepatan luar biasa, tetapi Yao Chen menghindarinya dengan langkah gesit.Tombak petir menyambar ke arahnya, tapi dengan telapak tangan kosong, Yao Chen menghantam tombak itu de
Gongsun Huojun menggeram, urat-urat di lehernya menegang. “Kau pikir masalah ini bisa diselesaikan hanya dengan ancamanmu? Kau tak mengerti betapa rumitnya politik antar sekte!”Yao Chen tertawa dingin. “Aku tak peduli dengan politik kalian. Aku hanya ingin hidup dengan orang yang kucintai. Jika itu masalah bagi kalian, maka aku akan pergi. Aku tak berutang apa pun pada Tanah Suci!”Mata Gongsun Huojun berkedip tajam, tetapi sebelum dia bisa berbicara lagi, suara berat bergema dari luar aula.“Keberanianmu patut dipuji, bocah.”Semua mata beralih ke pintu. Seorang pria paruh baya dengan jubah biru gelap yang dihiasi pola emas memasuki ruangan dengan langkah mantap. Di belakangnya, beberapa tetua Sekte Langit Kudus mengikutinya dengan ekspresi dingin.Tuan Besar Sheng telah tiba. Dia diantar dua penjaga menuju ke aula.Tatapannya mengunci pada Yao Chen dengan intensitas yang membuat udara seolah bergetar. “Jadi, kau yang menolak perjodohan dengan putriku?”Yao Chen tak mundur selangkah
"Jadi ...." Kalimat Yao Chen menggantung sambil dia menatap ayahnya. Gongsun Huojun menatap Yao Chen dengan penuh pertimbangan. Wajahnya serius, tetapi tidak ada tanda kemarahan seperti sebelumnya.Setelah beberapa saat hening yang menegangkan, akhirnya dia menghela napas berat. "Baiklah. Jika kau menginginkan Sima Honglian sebagai istri pertamamu, maka aku tidak akan menghalangi."Yao Chen terkejut sesaat, tidak menyangka Gongsun Huojun akan mengalah secepat itu. Namun, sebelum dia bisa berbicara, suara Gongsun Huojun kembali menggema di ruangan."Tapi dengarkan baik-baik, Chen’er. Kau bukan lagi seorang kultivator biasa. Kau adalah pemilik Tubuh Asura. Itu berarti kau akan membawa nama besar Sekte Istana Suci ke puncak kejayaan. Karena itu, ada tanggung jawab yang harus kau emban." Nada suaranya tajam, menekan seperti petir yang menggelegar."Putri Suci akan menjadi istri keduamu, dan Nona Besar Sheng akan menjadi istri ketigamu. Ini sudah kuputuskan. Tidak ada perubahan!" Mata Gon
“Tentu saja kalian tidak bisa memutuskan hal yang sudah menjadi ketentuan dariku!” Suara Gongsun Huojun muncul seiring dia melangkah masuk ke kamar Yao Chen.Secara otomatis, perhatian Yao Chen dan dua wanita di dekatnya beralih ke pintu. Ada Gongsun Huojun beserta Gongsun Weiyan, diikuti Bai Yuan dan Mei’er yang menunduk patuh di belakang.“Salam teruntuk Tuan Besar Gongsun dan Tuan Tua Gongsun.” Putri Suci menekuk lututnya sedikit sambil menunduk anggun ketika menyapa duo Gongsun.Ayah dan anak Gongsun mengangguk ke Putri Suci.“Tidak ada yang boleh mengubah apa yang sudah aku tetapkan.” Gongsun Huojun menatap tajam ke Yao Chen dan dua wanita itu.Namun, mana mungkin Yao Chen tidak memberikan perdebatan. Baginya, Gongsun Huojun hanyalah orang asing.“Kau terlalu banyak mengaturku!” desis keras Yao Chen sembari membalas tatapan ayahnya dengan tatapan yang sama.Mata Gongsun Huojun menyala dalam amarah.“Kau!” Tapi justru Gongsun Weiyan yang menghardik.Si kakek segera dihentikan oleh
Yao Chen masih dalam pelukan Sima Honglian ketika pintu kamarnya diketuk dengan sopan. Sebelum sempat merespons, pintu terbuka, dan masuklah Putri Suci dengan langkah tenang dan penuh wibawa.Gaun putihnya yang panjang melambai lembut, dan aura kalemnya langsung memenuhi ruangan. Matanya yang jernih memandang Yao Chen dengan tatapan penuh makna, seolah-olah dia sudah menunggu momen ini sejak lama.Sima Honglian, yang masih memeluk Yao Chen, segera melepaskan pelukannya dan menatap Putri Suci dengan tatapan yang sedikit berbahaya.“Nah, Chen, lihat! Calon istrimu sudah datang,” ujarnya dengan nada yang terdengar manis, tetapi ada sedikit sengatan di baliknya. Matanya berkilat, seolah-olah sedang menguji reaksi Yao Chen.Yao Chen, yang masih lemah, mencoba duduk tegak. Dia memandang Putri Suci, lalu menoleh ke Sima Honglian. “Lian Lian, ini…” ujarnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat.Dia merasa bahwa situasi ini bisa menjadi sangat rumit.Putri Suci dengan sikap tenangnya, memberi
“Pedang itu ….”Suasana pertempuran yang kacau balau tiba-tiba berhenti sejenak. Semua mata tertuju pada Yao Chen, yang kini berdiri tegak di tengah medan perang.Di tangannya, sebuah pedang raksasa berwarna perak kehitaman bersinar dengan cahaya misterius. Hawa menindas yang keluar dari pedang itu membuat udara di sekitarnya terasa berat, seolah-olah dunia sedang menahan napas.Pedang Keseimbangan telah muncul.“Itu … itu mustahil!” Raja Phoenix, yang sebelumnya begitu angkuh, kini terkesiap. Matanya membelalak, mengenali pedang yang hanya pernah dia dengar dari legenda leluhurnya ribuan tahun silam. “Pedang Keseimbangan … pedang yang digunakan Kaisar Manusia untuk menyeimbangkan dunia manusia dan siluman. Bagaimana bisa ada di tangan bocah ini?!”Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan, ayah dan kakek Yao Chen, juga terpaku. Keduanya saling memandang, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.“Chen’er … kau … kau memiliki Pedang Keseimbangan?” Gongsun Huojun berbisik, suaranya gemetar anta
“Chen’er! Hentikan!” Gongsun Huojun berteriak membawa kecemasan saat melihat kondisi putranya.Saat ini, kulit Yao Chen sudah hitam legam. Ada banyak retakan di sekujur kulitnya sehingga warna merah darahnya terlihat kontras dan mengerikan, ditambah putih tulang yang terlihat di beberapa bagian lengannya.Itu masih ditambah dengan mencuatnya beberapa tulang hitam di lengan dan punggungnya. Saat ini, Yao Chen memang terlihat mengerikan sekaligus menyedihkan ketika dagingnya mulai meleleh.“Hmph! Mau apa kalian, manusia picik?!” seru Yao Chen ke ayah dan kakeknya yang mendekat.Raja Phoenix melayang dan termangu di udara melihat dua dedengkot Gongsun membawa pasukan Tanah Sucinya. Apakah memang harus terjadi peperangan antara mereka?“Chen’er! Ayah meminta maaf jika Ayah kurang melindungi istrimu. Tolong berhenti dan kita pulang bersama istrimu juga.” Gongsun Huojun mengiba ke putra kebanggaannya.Dia tak ingin bibit hebat tubuh Asura menjadi sia-sia jika Yao Chen mati. Yao Chen harus t