Sampai malam keduanya kini terpaksa menahan lapar, Malaki kasian melihat Rani yang mulai kelaparan, sementara dirinya juga tak bisa semedhi, karena iba melihat Rani yang hanya berbaring- baring saja di gua itu dengan alas dedaunan yang tadi di petiknya di depan gua, sehingga pakaiannya tidak kotor kena tanah dan debu gua.
Malaki ingat saat dulu mereka terjebak di dalam gua ketika masih anak-anak, keduanya menemukan sarang burung walet dan memakan telornya. Tapi saat ini tidak ada sarang walet sehingga Malaki bingung harus makan apa di saat lapar begini.
Ketika menatap ke dalam gua yang gelap, Malaki kaget ketika melihat ada daun yang berwarna kekuningan, Malaki menowel tangan Rani dan menunjuk daun kecil berwarna kuning itu.
Malaki lalu mendekati daun itu, saat dia mencium, daun itu berbau harum, Malaki memetik satu daun dan coba memakannya.
“Enak rasanya…coba deh!” kata Malaki tanpa ragu sambil menyodorkan daun itu ke Rani.
&ldq
Mereka berdua melakukan perbuatan itu tanpa sadar, di tambah lagi memang dari dulu sudah sama-sama menyukai dan selama bertahun-tahun saling merindukan, maka kloplah!Berjam-jam keduanya terus saling diam. Rani duduk termangu di bibir gua, Malaki yang bingung harus berkata apa, kini berjalan-jalan hilir mudik di dalam gua, ada rasa sesal dalam hatinya, karena perbuatannya tadi malam terhadap Rani.Rani tentu paham, tadi malam dia telah kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi seorang wanita dan orang yang telah mengambilnya Malaki, kakak seperguruannya, yang diam-diam sejak dulu memang dia sukai.Ada rasa sesal, tapi di sisi lain ada rasa bahagia, ketika dia melirik ke arah Malaki yang terlihat mondar-mandir di depan gua, kadang masuk lagi ke dalam, tapi tak berani mendekatinya, Rani tersenyum sendiri, tapi saat Malaki menoleh kepadanya, Rani cepat-cepat melengus…malu!Diam-diam rasa cintanya pada kakak seperguruannya ini makin membuncah, kini
Bukan hal yang sulit bagi sepasang kekasih yang memiliki kesaktian tinggi ini berpegangan pada akar-akar yang menonjol di dinding tebing.Awalnya Rani ragu menuruni tebing jurang yang sangat tinggi ini, Malaki sampai tertawa menyakinkan kekasihnya ini, kalau kini mereka berdua bukan Malaki dan Rani 7 atau 8 tahun yang lalu.“Sayang, ikuti aku yaa…!” tiba-tiba Malaki meloncat ke bawah, Rani sampai terpekik kaget melihat ulah Malaki, dipikirnya Malaki akan jatuh ke bawa.Namun sejurus kemudian, Rani geleng-geleng kepala melihat Malaki kadang bersalto lalu melesat dengan kecepatan luar biasa meluncur ke bawah.“Ayooo sayangggg…cepat turun, emank kamu mau jadi penghuni gua selamanya…!” terdengar suara melengking Malaki yang sudah jauh di bawah meluncur.Rani akhirnya nekat, ia pun terjun seperti gaya Malaki tadi, Rani ternyata tak mau kalah, semangatnya bangkit, diapun mengikuti gaya kekasihnya, tapi tentu s
Ketika Malaki kembali secara ajaib dapat petunjuk untuk memainkan jurus Elang Mematuk Mangsa, tubuhnya langsung berputar sangat cepat seperti gasing, sampai-sampai Rani tidak bisa melihat lagi tubuh Malaki, saking cepatnya tubuh kekasihnya ini berputar.Jurus inilah yang dulu membuat Ki Sunu, Ki Jerangkong dan Ki Gambol hampir kalah, karena saat tubuh Malaki berpusing begitu, semua pukulan mereka mental, tapi pukulan balasan Malaki juga lebih dahsyat, sayangnya saat itu Malaki belum berpengalaman.Kini jurus itu di sempurnakan Malaki berkat petunjuk kakek aneh yang sakti ini, sehingga andaikata saat ini ia bertarung kembali, sudah pasti 3 pendekar golongan hitam itu itu akan keok.“Sekarang kamu gunakan jurus harimau menerkam mangsa, fokuskan kekuatan pada kedua lengan kamu, lepaskan pedang itu dan gunakan cakar-cakar lengan kamu!” Malaki kembali patuh, dia menancapkan pedang bengkok ke tanah.Lalu dengan pengerahan tenaga dalam dia memukul da
Kini setelah berpakaian yang lumayan mewah, Rani memandang takjub pada kekasihnya ini, yang ketampananya naik berlipat-lipat. Malaki juga sama, dia sampai melongo melihat Rani menjelma bak gadis putri bangsawan saking cantiknya. Rambutnya yang panjang dan harum kini sangggul lalu diikat pita berwarna merah muda, sesuai warna kesukaan Rani. Pakaian Rani yang bak putri bangsawan juga terlihat sangat pas ditubuhnya yang tinggi semampai. Warnanya biru muda, Rani memang sangat menyukai warna ini, sedangkan Malaki tetap setia dengan warna abu-abu, termasuk jubahnya. Setelah saling memandang dan saling memuji, keduanya akhirnya tertawa dan saling memeluk dan berpagutan lama, lalu kembali ke kota itu bergandengan tangan, tujuan mereka adalah sebuah rumah makan paling besar di kota itu. Tentu saja kehadiran Malaki dan Rani jadi pusat perhatian semua orang, selain sangat tampan, Rani juga terlihat sangat cantik. Benar-benar pasangan yang sangat serasi dan menimbu
“Hmmm…pemuda angkuh ini cari penyakit!” bisik Rani, Malaki kembali tersenyum, dia sudah hapal gaya kekasihnya ini, yang kadang bersikap apa adanya dan tak di buat-buat, bahkan cenderung kasar.Karena Rani memang banyak bergaul dengan para perampok, anak buah Ki Jambrong, yang tata krama tak diperlukan.“Weww…dua sejoli ini baru jalan-jalan rupanya, mungkin di kampung mereka hanya ada perahu dan gerobak sapi, sehingga pas ke kota, jadi celingak-celinguk kayak kerbau ke sasar ke lubang buaya!” ejek Palasi yang langsung di sambut tawa 5 orang yang ternyata anak buahnya.“Heiii Palasi songong, apa maksud kamu menghadang kami!” sentak Rani kesal, karena tadi di ejek Palasi.“Wahhh bosss, yang cewek cantiknya kayak bidadari ini kasar banget, pasti aseek tuhh ntar malam, kalau udah bos jinakan akan menjadi kucing yang meongggg….auchhhh!” tiba-tiba mulutnya langsung berdarah dan pria ini menjeri
“Hmmm cara-cara licik kaum dunia hitam mereka pakai!” pikir Malaki, kini dia mulai marah dan timbullah niatnya untuk memberi pelajaran keras pada orang-orang ini. Selain itu dengan kesaktiannya yang sangat tinggi, Malaki ingin memamerkan ilmunya pada orang-orang jahat itu.Sebagai pemuda yang masih berdarah panas, tentunya sikap Malaki tak bisa di salahkan. Terlebih ia merasa tak punya salah dengan orang-orang itu.Dengan kesaktiannya yang tinggi, Malaki malah membalik asap tadi dengan tiupan dari mulutnya, kamar tidur mereka yang dari tadi sengaja Malaki padamkan lampunya membuat gerakan Malaki tak terlihat, apalagi Malaki melakukannya dengan kecepatan yang tak terlihat oleh mata orang biasa.Tiba-tiba terdengar suara seperti orang jatuh dari atap, suara berdebuk nyaring, rupanya si peniup asap tadi tak menyangka asap yang dia kirim malah berbalik ke dia. Akibatnya dia malah yang tercium asap bius itu dan langsung mengantuk, tak ayal lagi saat menga
Malaki mengikuti saja tanpa banyak bertanya, wanita cantik ini kadang melirik Malaki, tapi Malaki tetap cuek dan terkesan dingin-dingin saja.Andai tak ingat dengan kekasihnya, tentu pemandangan si gadis utusan Nyai Mawar ini akan sangat indah buat di pandang.Malaki sengaja bersikap dingin, agar ia jangan dipandang sebelah mata oleh utusan komplotan yang tidak ia kenal ini.Begitu sampai di ujung dermaga, wanita meminta Malaki naik ke sebuah perahu yang lumayan besar, di dalam perahu itu terdapat beberapa tempat duduk yang di desain sedemikian rupa. Seperti perahu yang biasa membawa para pelancong.Wanita duduk dengan gaya yang anggun, saat dia melihat mata Malaki melirik pahanya yang terbuka, wanita ini tersenyum manis. Malaki mau tak mau ikut tersenyum dan perahu itupun kini jalan perlahan, makin cepat ke tengah telaga saat layar mulai di turunkan.Tiga orang laki-laki yang bertugas mengendalikan perahu ini dengan sigap terus melajukan perahu in
“Siapa kalian, dan kenapa tahu namaku!” kata Rani memandang curiga tiga wanita ini.Wanita ini tersenyum. “Rani…aku Nomi, aku orang nomor tiga di Padepokan Mawar Merah!” sahut Nomi, memperkenalkan diri.Nomi lalu melanjutkan, mereka kenal dengan Rani bahkan orang tuanya yang merupakan pentolan perampok di daerah pesisir utara pegunungan meratus atau di Lembah Bangkirai.“Kami punya sebuah rencana besar Rani, bahkan ayah Rani, Ki Jambrong bulan ke tiga di depan akan kami undang ke padepokan kami. Kami ingin bersahabat dengan seluruh pendekar-pendekar semua golongan di manapun berada, termasuk maaf para perampok seperti Ki Jambrong,” kata Nomi hati-hati.“Hmmm…rencana besar apa dan apa sih padepokan mawar merah itu?” sahut Rani penasaran.“Sebaiknya Rani ikuti kami, nanti di sana Rani akan tahu semuanya, jangan khawatir kami tidak bermaksud jelek, malah nanti Rani akan mendapatkan an