Dengan percaya diri yang tinggi, Malaki sengaja datang tak sembunyi-sembunyi, tapi terang-terangan. Dia menjalankan kudanya dengan santai naik ke lereng bukit itu. Ulahnya itu tentu saja sudah diketahui anak buah Jambrong yang berjaga-jaga di bawah lembah, lalu dengan bunyi rahasia memberi tahu ke atas lembah, kalau ada ‘musuh’ yang datang.
Jambrong yang saat itu sedang berkumpul dengan puluhan anak buahnya kaget saat menerima laporan dari penjaganya, kalau Pendekar Tampan Berhati Iblis alias Pendekar Romantis sedang menuju tempat mereka, Jambrong langsung tak enak hati.
Sebagai kepala rampok yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia persilatan, dia tentu saja mendengar kemunculan seorang pendekar muda, yang dikatakan sangat kejam terhadap para penjahat baru-baru ini.
Anak buahnya sudah menjelaskan secara detil, ciri-ciri orang yang sedang menuju ke perkampungan mereka yang tersembunyi ini.
“Sudah pasti, ini pendekar muda yang m
“Diam kamu Jerangkong dan kamu Gambol, kamu tidak tau dia selain berguru padaku juga telah berguru pada Pendekar Sapu Jagat!” cetus Ki Sunu, si Kurus ini langsung kaget, termasuk kawannya yang berperawakan gendut.“Apaaaa…pantesss…!” sahut Jerangkong, sahabat Ki Sunu ini kaget.“Wahhh yang benar Ki Sunu, hmmmm lawan tangguh ini!” sahut kawan Ki Sunu dan berperawakan gendut serta berbaju mirip pertapa dan di panggil Gambol ini, namun dia terlihat tak gentar malah suka.Malaki menatap ketiga orang ini, dia mulai waspada, sebab dia tahu Ki Sunu sendiri sangat tangguh, dia belum tau seberapa tangguh dua kawan si Jubah Tengkorak ini.Kini empat orang ini mulai saling berhadapan, seluruh anak buah Ki Jambrong sudah menyingkir, sebagian ada yang mengangkat rekan-rekannya yang tewas.“Ki Sunu, tunggu apa lagi, kamu langsung lawan muridmu ini, jangan sampai kamu kalah, bikin malu saja!” kata si k
Pertarungan sudah berlangsung sangat lama, yakni lebih dari 2 jam, belum ada kelihatan tanda-tanda siapa yang kalah.Malaki mulai mengeluh dalam hati, tenaganya mulai terkuras banyak, sementara ke tiga musuhnya juga tak terlihat kelelahan.Tiga pentolan golongan hitam ini sangat cerdik, kalau mereka maju satu satu, sama saja dengan bunuh diri. Kini mereka bahkan saling melengkapi, bila Ki Sunu menyerang, maka Ki gambol dan Jerangkong akan melindungi tubuh Ki Sunu dari serangan balasan Malaki. Begitu juga sebaliknya, kalau Ki Gambol dan Jerangkong bergantian menyerang, dua lainnya melindungi rekannya.Malaki tak mungkin dapat menghindarkan diri dari serangan yang bertubi-tubi itu, dia hanya dapat mengelak dan menangkis, melindungi dirinya di bagian-bagian yang berbahaya dan membiarkan bagian-bagian yang dapat menahan pukulan untuk menerima pukulan-pukulan dahsyat dari ketiga lawannya ini.Keadaan Malaki sudah sangat berbahaya, agaknya dalam hitungan menit
Soal hidup mati merupakan hak prioregatif Tuhan, kalau belum saatnya mati, apapun yang menimpa seseorang, nyawanya tetap bertahan di raganya. Sebaliknya, kalau kontraknya di dunia sudah habis, apapun langkah untuk menghindari kematian, tak akan bisa, malaikat maut tetap akan mengambil nyawa siapapun manusia yang masih hidup, dimanapun manusia itu berada.Saat melayang itu, Malaki yang masih sadar langsung mengejar tubuh Rani yang ikut melayang, begitu dia dapat menangkap tubuh saudara seperguruannya saat masih berstatus murid Ki Sunu, dia mendekapnya dengan erat menggunakan tangan kirinya.Saat melayang deras kebawah itu, Malaki kini menatap tajam akar-akar yang berseleweran di dinding tebing jurang. Luncuran tubuh keduanya sangat deras menuju dasar jurang, tapi Malaki tak gugup sama sekali, walaupun badannya masih sakit-sakit akibat pukulan tiga musuhnya, namun kesadarannya masih terjaga.Dia melihat ada akar yang bisa dia jangkau, dengan menggunakan sisa tenag
Sampai malam keduanya kini terpaksa menahan lapar, Malaki kasian melihat Rani yang mulai kelaparan, sementara dirinya juga tak bisa semedhi, karena iba melihat Rani yang hanya berbaring- baring saja di gua itu dengan alas dedaunan yang tadi di petiknya di depan gua, sehingga pakaiannya tidak kotor kena tanah dan debu gua.Malaki ingat saat dulu mereka terjebak di dalam gua ketika masih anak-anak, keduanya menemukan sarang burung walet dan memakan telornya. Tapi saat ini tidak ada sarang walet sehingga Malaki bingung harus makan apa di saat lapar begini.Ketika menatap ke dalam gua yang gelap, Malaki kaget ketika melihat ada daun yang berwarna kekuningan, Malaki menowel tangan Rani dan menunjuk daun kecil berwarna kuning itu.Malaki lalu mendekati daun itu, saat dia mencium, daun itu berbau harum, Malaki memetik satu daun dan coba memakannya.“Enak rasanya…coba deh!” kata Malaki tanpa ragu sambil menyodorkan daun itu ke Rani.&ldq
Mereka berdua melakukan perbuatan itu tanpa sadar, di tambah lagi memang dari dulu sudah sama-sama menyukai dan selama bertahun-tahun saling merindukan, maka kloplah!Berjam-jam keduanya terus saling diam. Rani duduk termangu di bibir gua, Malaki yang bingung harus berkata apa, kini berjalan-jalan hilir mudik di dalam gua, ada rasa sesal dalam hatinya, karena perbuatannya tadi malam terhadap Rani.Rani tentu paham, tadi malam dia telah kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi seorang wanita dan orang yang telah mengambilnya Malaki, kakak seperguruannya, yang diam-diam sejak dulu memang dia sukai.Ada rasa sesal, tapi di sisi lain ada rasa bahagia, ketika dia melirik ke arah Malaki yang terlihat mondar-mandir di depan gua, kadang masuk lagi ke dalam, tapi tak berani mendekatinya, Rani tersenyum sendiri, tapi saat Malaki menoleh kepadanya, Rani cepat-cepat melengus…malu!Diam-diam rasa cintanya pada kakak seperguruannya ini makin membuncah, kini
Bukan hal yang sulit bagi sepasang kekasih yang memiliki kesaktian tinggi ini berpegangan pada akar-akar yang menonjol di dinding tebing.Awalnya Rani ragu menuruni tebing jurang yang sangat tinggi ini, Malaki sampai tertawa menyakinkan kekasihnya ini, kalau kini mereka berdua bukan Malaki dan Rani 7 atau 8 tahun yang lalu.“Sayang, ikuti aku yaa…!” tiba-tiba Malaki meloncat ke bawah, Rani sampai terpekik kaget melihat ulah Malaki, dipikirnya Malaki akan jatuh ke bawa.Namun sejurus kemudian, Rani geleng-geleng kepala melihat Malaki kadang bersalto lalu melesat dengan kecepatan luar biasa meluncur ke bawah.“Ayooo sayangggg…cepat turun, emank kamu mau jadi penghuni gua selamanya…!” terdengar suara melengking Malaki yang sudah jauh di bawah meluncur.Rani akhirnya nekat, ia pun terjun seperti gaya Malaki tadi, Rani ternyata tak mau kalah, semangatnya bangkit, diapun mengikuti gaya kekasihnya, tapi tentu s
Ketika Malaki kembali secara ajaib dapat petunjuk untuk memainkan jurus Elang Mematuk Mangsa, tubuhnya langsung berputar sangat cepat seperti gasing, sampai-sampai Rani tidak bisa melihat lagi tubuh Malaki, saking cepatnya tubuh kekasihnya ini berputar.Jurus inilah yang dulu membuat Ki Sunu, Ki Jerangkong dan Ki Gambol hampir kalah, karena saat tubuh Malaki berpusing begitu, semua pukulan mereka mental, tapi pukulan balasan Malaki juga lebih dahsyat, sayangnya saat itu Malaki belum berpengalaman.Kini jurus itu di sempurnakan Malaki berkat petunjuk kakek aneh yang sakti ini, sehingga andaikata saat ini ia bertarung kembali, sudah pasti 3 pendekar golongan hitam itu itu akan keok.“Sekarang kamu gunakan jurus harimau menerkam mangsa, fokuskan kekuatan pada kedua lengan kamu, lepaskan pedang itu dan gunakan cakar-cakar lengan kamu!” Malaki kembali patuh, dia menancapkan pedang bengkok ke tanah.Lalu dengan pengerahan tenaga dalam dia memukul da
Kini setelah berpakaian yang lumayan mewah, Rani memandang takjub pada kekasihnya ini, yang ketampananya naik berlipat-lipat. Malaki juga sama, dia sampai melongo melihat Rani menjelma bak gadis putri bangsawan saking cantiknya. Rambutnya yang panjang dan harum kini sangggul lalu diikat pita berwarna merah muda, sesuai warna kesukaan Rani. Pakaian Rani yang bak putri bangsawan juga terlihat sangat pas ditubuhnya yang tinggi semampai. Warnanya biru muda, Rani memang sangat menyukai warna ini, sedangkan Malaki tetap setia dengan warna abu-abu, termasuk jubahnya. Setelah saling memandang dan saling memuji, keduanya akhirnya tertawa dan saling memeluk dan berpagutan lama, lalu kembali ke kota itu bergandengan tangan, tujuan mereka adalah sebuah rumah makan paling besar di kota itu. Tentu saja kehadiran Malaki dan Rani jadi pusat perhatian semua orang, selain sangat tampan, Rani juga terlihat sangat cantik. Benar-benar pasangan yang sangat serasi dan menimbu
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma