“Apapun yang terjadi hari ini, kita tetaplah musuh. Aku akan sangat membencimu jika kamu melupakan dendam tentang kematiangurumu!” mendengar ucapan Li Mei, pemuda itu menarik napas panjang. Tentu saja ia masih menaruh dendam terhadap Mo Ong dan kawan-kawannya, akan tetapi kepada Li Mei? Sejak pertemuan pertama gadis itu sudah membuatnya terpana.“Kenapa diam?” tanya Li Mei “Entahlah, aku masih bingung bagaimana caranya agar sumoi percaya!” Long Wan berusaha mengalihkan pembicaraan. “Menurutku, untuk sementara ini kamu jangan dulu menemuinya. Biarkan amarah dan dendam memicunya untuk berlatih ilmu silat yang lebih baik lagi, tadi aku melihatmu melemparkan sebuah kitab. Kalau boleh tahu, apa isinya?”“Isinya sebuah jurus yang diwariskan oleh mendiang guruku!” jawab Long Wan singkat, kalaulah bukan kepada Li Mei tentu ia tidak akan mengatakannya. “Hmm, pantas saja kamu juga memiliki perkembangan. Namun sayang tadi hampir mati konyol di tangan adik seperguruanmu!” Li Mei tersenyum kecil,
“JIka orang dinamakan Zhi Rui itu berkhianat dan lari ke dunia hitam, tentu aku mengenalnya!” ucap Li Mei, ia mengesampingkan rasa penasaran terhadap Long Wan. “Entahlah, suhu sendiri tidak menceritakan lebih jauh kemana perginya dia setelah berkhianat.“Begini saja, tunjukan padaku bagaimana kehebatan Jurus Menghalau Badai!. Jika suatu hari aku bertemu dengan orang yang menggunakan jurus tersebut, maka aku akan menyelidikinya siapa tahu dia adalah pelaku yang sudah membuat kehidupan adik seperguruanmu hancur. Dengan begitu namamu akan bersih kembali!”Long Wan tersenyum, gadis bengal yang seharusnya menjadi musuhnya itu ternyata memiliki perasaan yang lembut. Terbukti ia sudah menolongnya, rela terlibat difitnah dan sekarang dengan tangan terbuka ingin membantu memecahkan masalahnya.“Kenapa malah senyam-senyum sendiri?” Li Mei mengerutkan keningnya. “Mm, anu tidak. Cuma dalam kondisi seperti ini mana mungkin aku dapat memainkan jurus tersebut” Long Wan sedikit gelagapan. “Ya sudah,
“Wush!” tubuh Lin Lin meluncur dengan kecepatan tinggi. Siapapun akan menyangka gadis itu pasti tewas, sebab jurang tersebut sangat dalam dan curam. Saking dalamnya, dasar jurang tidak kelihatan karena tertutup kabut tipis yang sangat dingin.Dalam keadaan setengah sadar, satu-persatu wajah yang sangat ia kenal berkelebat dalam benaknya. Mula-mula wajah kedua orang tuanya yang terlihat sedih, kemudian wajah mendiang gurunya yaitu Pendeta To, kemudian wajah calon tunangannya, dan yang terakhir bayangan Long Wan dan Li Mei.Ketika membayangkan wajah Long Wan dan Limei, entah mengapa mereka berdua seperti menertawakan dirinya. “Kalian berdua harus mati di tanganku!” guman Lin Lin, amarah dan dendam terasa menyesakkan dadanya. “Jika aku yang mati, maka rohku akan terus menghantui kalian berdua!” air mata Lin Lin menetes, seperti cairan embun yang turun di saat pagi hari. Tidak lama kemudian pandangan mata Lin Lin terasa gelap, ia tidak sadar tubuhnya menembus kabut tebal di dasar jurang.
“Anakku, selama demam kamu mengigau dan menyebut-nyebut nama Long Wan, siapakah dia?” tanya si nenek sambil menatap tajam ke arah Lin Lin. Mendengar nama suhengnya disebut, kontan saja Lin Lin menangis tersedu-sedu. Bayangan kejadian terkutuk itu berkelebat lagi dalam benaknya. Bagimana hatinya tidak merasa sakit, malam itu Long Wan bergitu bergairah mempermainkannya hingga ia kehilangan mahkota yang paling berharga dalam hidupnya.Akan tetapi sungguh disesalkan, paginya pemuda itu menghilang dan ketika muncul lagi tidak mau mengakui perbuatannya. Dan yang paling membuatnya benar-benar kecewa, tiba-tiba datang Li Mei membantu Long Wan, bahkan di hadapan semua orang gadis itu mengaku telah hamil oleh bekas suhengnya itu.“Dia harus mati di tanganku!” suara Lin Lin terdengar menyeramkan “Hmm, katakan apa yang sebenarnya terjadi sehingga kamu nekad ingin bunuh diri?” tanya si nenek lagi, dia semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh keadaan Lin Lin.Dengan terisak, Lin Lin mencer
Walaupun hari masih siang, namun langit terlihat gelap. Berkali-kali kilat menyambar diikuti oleh suara guntur yang memekakan telinga. “Wush!” angin berhembus dengan kencang menerbangkan dedaunan kering yang berserakan di atas tanah.“Anak-anak ayo pulang, sebentar lagi akan turun hujan!” teriak seorang petani, ia segera meletakan gagang cangkul di pundaknya kemudian berlari ke arah anak-anaknya yang sedang mencari ikan di pinggir kali. Kedua anaknya saling pandang “Bagaimana kak, kita baru mendapatkan satu ekor?” “Tidak apa-apa, daripada dimarahin bapak!” jawab kakaknya, baru saja ia mengucapkan kata-kata barusan kilat kembali menyambar dan membuat keduanya berteriak ketakutan lalu berhamburan ke arah ayahnya.Dengan tergesa-gesa mereka bertiga segera pergi meninggalkan tempat itu. Di bawah pohon yang cukup rindang, Long Wan hanya tersenyum menyaksikan adegan ayah dan kedua anaknya tadi. batinnya tersenyuh, sebab ia sendiri tidak banyak merasakan kasih sayang dari orang tua. Mereka b
“Maaf paman, sebenarnya apa yang terjadi di kampung ini?” tanya Long Wan sambil menyerahkan beberapa keping uang perak untuk membayar makanannya. Si pelayan tadi mengerutkan keningnya, kemudian memperhatikan Long Wan dari ujung kepala hingga kaki. “Sepertinya tuan muda berasal dari tempat yang jauh” kata si pelayan, kemudian ia mendekati Long Wan. “Betul paman, saya sedang dalam perjalanan menuju utara. Siang ini sengaja mampir ke kampung ini untuk beristirahat serta mencari makan siang!” kata Long Wan sambil menunjukan buntalan berisi pakaian kotor, hal itu sengaja ia lakukan agar pelayan tadi mempercayainya. “Begini nak!” kata si pelayan, wajahnya menoleh ke arah kiri-kanan seperti takut ketahuan. “Kampung ini sedang diteror oleh perkumpulan Jiang Shi. Setiap bulan purnama mereka meminta tumbal gadis cantik. Kalau permintaannya ditolak, maka Jiang Shi akan membunuh kami dengan cara yang sangat kejam!” si pelayan tadi menarik napas panjang. “Konon, pemimpin mereka adalah iblis pen
Penculik yang memanggul gadis segera pergi ke tengah-tengah hutan, sedangkan kedua temannya segera menghadang belasan orang yang mengejar mereka. Walaupun jumlahnya tidak sebanding, namun dua orang misterius itu seperti tidak takut sama sekali.“Dasar biadab, ke mana kalian membawa putriku?” tanya salah seorang pengejar itu, dia adalah lelaki tua yang ditemui Long Wan di dalam rumah makan siang tadi “Putrimu? sudah dipersembahkan kepada Jiang Shi!” jawab salah satu bayangan hitam tadi.“Dasar iblis, serang mereka!” belasan orang bersenjata lengkap segera mengepung dua bayangan hitam yang tadi menculik putri kepala desa. Walaun jumlah mereka lebih besar, namun tidak bisa mendesak musuh. Padahal mereka sudah mendapatkan bantuan dari jago bayaran.“Wut, trang!” satu persatu para pengeroyok itu tumbang, mereka mendapatkan luka dalam yang cukup parah. Kalau diteruskan semuanya tentu akan binasa. “Kalian semua mundur!” teriak Long Wan sambil melompat ke tengah-tengah pertempuran, sejak tadi
“Bunuh saja, kami tidak takut sebab kalian semua akan mati di tangan Jiang Shi. Terutama kamu!” bentak salah seorang penjahat itu, matanya melotot tajam penuh amarah. Terutama kepada Long Wan yang sudah mengalahkan mereka.Long Wan mengerutkan kening, baru kali ini ia bertempu dengan kelompok aneh. Wajah kedua penculik itu sangat pucat seperti mayat, kelopak mata mata mereka memakai celak dan yang paling mengherankan bibirnya terlihat sangat merah. “Manusia-manusia aneh!” guman Long Wan, walaupun keduanya memiliki penampilan yang tidak wajar, akan tetapi ilmu silatnya sangat hebat. Tadi saja kalau hanya menggunakan jurus biasa, tentu tidak mudah bagi Long Wan untuk bisa merobohkannya.“Cepat katakan! Di mana kalian menyembunyikan para gadis?” tanya Long Wan, tangan kanannya membentuk cengkraman hendak memukul kepala salah satu dari mereka. Namun penjahat itu malah melotot, seperti menantang Long Wan. “Buk!” Long Wan menghantam tengkuknya, dan penjahat itu roboh tersungkur di atas tana
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan
“Aku tahu, di antara kalian tentunya ada permasalahan pribadi yang harus diselesaikan. Akan tetapi hal ini lumrah terjadi di antara sesama pendekar silat!” ucap Panglima Tung Hai.Semua orang yang hadir di ruangan tersebut saling lirik, mereka juga tahu di antara jagoan istana sering terjadi percekcokan, bahkan berakhir dengan pertarungan hidup dan mati seperti yang terjadi Dengan si Lengan Delapan dan suaminya Tin Hua beberapa tahun silam.“Kaisara memerintahkan agar kita mengesampingkan urusan pribadi, sebab ada hal penting yang harus diselesaikan, yaitu menumpas gerakan pemberontak dari wilayah Utara. Karena itulah Yang Mulia mengutus pendekar Hang untuk menyelesaikan benteng di perbatasan ini!”“Maaf panglima, bukannya urusan pemberontakan sudah berakhir tiga tahun silam saat markas Panji Merah dihancurkan oleh si Singa Gila?” Tanya salah seorang yang hadir, dia bernama Kao Shi salah seorang jagoan istana yang ditugaskan menjaga perbatasan Timur.“Itu memang benar, akan tetapi ham
“Ini rahasia, hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mengetahuinya!”“Kalau panglima merasa saya tidak berhak mengetahuinya, lalu untuk apa dibicarakan di sini?”“Bukan begitu, kamu termasuk orang-orang pilihan karena sudah terbukti setia terhadap kaisar semenjak beliau naik tahta sampai sekarang!”“Lalu?”“Besok lusa kita akan mengadakan pertemuan tertutup untuk membicarakan masalah ini, dan saya harap anda sudi menjadi tuan rumah di acara pertemuan nanti!”“Siapa saja orang-orang yang sudah anda undang?”“Semua jagoan istana, panglima pilihan dan beberapa pendekar, termasuk si Lengan Delapan!”“Kelompok Teratai Putih?”“Tentu saja, karena kelompok Teratai Putih merupakan benteng utama pertahanan kekaisaran Barat. Kesetiaan mereka sudah terbukti, apalagi kelompok tersebut dibentuk oleh mendiang ayahanda kaisar!”Mendengar ucapan Panglima Tung Hai, Hang memalingkan mukanya, dari sorot matanya terpancar rasa tidak suka terhadap Kelompok Teratai Putih yang ia anggap sudah usang tid
“Cepat!”“Tuan, tolong izinkan kami istirahat dulu”“Tidak bisa, siapa yang terus merengek dan minta istirahat harus dihukum!”“Tapi, tuan!”“Plak, plak!”Sebuah cemeti mendarat di laki-laki tua itu, akibatnya dia berteriak kesakitan dan tubuh ringkihnya tersungkur di atas tanah. Ia menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, melihat hal itu orang yang menyiksanya semakin bersemangat mencabukinya.“Tua, ampun!”“Lihat laki-laki tua bangka ini!”“Siapapun yang meminta istirahat akan menanggung hukuman!”Semua orang yang menyaksikan kejadian mengerikan tadi hanya dapat mengelus dada kemudian melanjutkan pekerjaan mereka menumbuk bongkahan batu di bukit yang gersang itu. cahaya matahari yang panas membuat mereka semakin tersiksa, apalagi saat keringat membasahi luka akibat cambukan.Laki-laki yang disiksa tadi akhirnya berkelojotan karena tidak tahan terhadap penderitaan yang dialaminya. Sejak pagi tadi, dia hanya diberi makan sebiji ubi rebus dan seteguk air, tidak sebanding dengan peke
Long Wan tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Su Liang.“Besok pagi saya akan melanjutkan perjalanan, kamu beristirahatlah sebentar di markas Teratai Putih, saya yakin mereka akan menerimamu. Bukan begitu nona?”“Eh, anu, ya tentu saja!” Tin Chi tampak gelagapan, buru-buru ia membuang mukanya untuk menyembunyikan rona merah di kedua pipinya, padahal saat itu menjelang tengah malam, walaupun ada api unggun suasana di tempat itu cukup gelap.“Jadi anda tidak kembali ke Selatan? Padahal Pangeran meminta anda kembali untuk menghadang pemberontakan yang dipimpin Rhu Zhi!”“Saya pasti kembali, namun harus menyelsaikan urusan pribadi dengan para penghuni Pulau Neraka!. Kamu tenang saja, kelompok Topeng tengkorak tidak akan gegabah bertindak sembarangan. Yang terpenting kamu harus mengamankan pangeran terlebih dahulu, saya akan memberitahu siapa saja orang-orang yang dapat dipercaya untuk melindungi pangeran”Long Wan menyebutkan beberapa nama untuk dipinta bantuan, termasuk pendeta Kun Lun, dan
“Saya dan Tang Zhi, atau yang dikenal dengan Rhu Zhi memang masih satu darah. Kami berdua cucu mendiang kaisar, namun dari istri yang berbeda!”“Long Wan, jadi kamu keturunan kerajaan Hua?”“Eh tidak sopan memanggil nama, seharusnya memanggil pangeran!” celoteh Tin Chi.“Ah kalian ini ada-ada saja, kekaisaran Hua sudah lama tumbang jadi tidak perlu ada embel-embel pangeran segala!” bantah Long Wan.“Tapi tetap saja kamu memiliki darah kaisar, pantas saja semenjak bertemu merasakan sesuatu yang berbeda, sedikit segan dan ada perasaan aneh” Tin Chi memang polos, dia tidak sungkan untuk mengutarakan isi hatinya.“Sudahlah itu tidak penting, yang jelas aku dan Tang Zhi sudah ditakdirkan saling bermusuhan, dan ada kemungkinan suatu hari nanti akan saling bunuh seperti yang dilakukan orang tua kamu dahulu!”“Ia, aku pernah mendnegar bahwa ayah kalian bermusuhan karena memperebutkan tahta kaisar. Namun sayang, hal tersebut dimanfaatkan fihak ke tiga dan akhirnya kekaisaran Hua tumbang. Yang
“Kalau anda tidak berkenan mengatakannya tidak apa-apa, barangkali hanya akan menjadi bebas saja!”“Tidak sama sekali, nyonya!”“Lalu?”“Saya memiliki dua urusan yang sangat penting dengan si Iblis Pencabut Nyawa”“Apakah berkaitan dengan pemilihan jago nomor satu, yang disebut si Jago Tanpa Tanding?”“Tidak sama sekali, sebenarnya saya tidak tertarik dengan pemilihan jagoan nomor satu. Dahulu saya bertarung di puncak gunung Kun Lun karena memang ada urusan dengan pimpinan Topeng Tengkorak. Dia sangat licik, semua permasalahan di wilayah Selatan atas ulahnya. Bahkan,”Untuk beberapa saat lamanya Long Wan termenung, kemudian ia menghela napas panjang karena teringat kejadian memilukan yang menimpa sumoinya.“Pantas saja Pangeran memintamu pulang ke Selatan, sebab kelompok Topeng Tengkorak kembali berulah, bahkan mereka semakin kuat karena berhasil para bandit untuk merebut kekaisaran Beng!” sela Su Liang.“Selicik itukah kelompok Topeng Tengkorak?” tanya Tin HuaGadis itu memang belum
“Ayahku bernama Kang Kui, dahulu dia seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab!”Suara Tin Chi terdengar parau karena menahan kesedihan yang mendalam. Bagaimana tidak, ayahnya sendiri memaksanya untuk jadi ‘tumbal’ demi mendapatkan ilmu kesaktian yang sangat tinggi.“Saat aku berusia sepuluh tahun, dia dikalahkan oleh seorang jago silat yang terkenal dengan julukan si Lengan Delapan!”Long Wan yang sejak tadi tampak acuh dan fokus memanggang ayam di atas bara api kini meruncingkan pendengarannya. Nama si Lengan Delapan disebut-sebut tentu membuatnya tertarik, sebab orang itu datang ke pemilihan si Jago Tanpa Tanding di puncak Gunung Kun Lun, juga pernah bentrok dengan Klan Bintang Utara saat hendak menzarah harta peninggalan mendiang ayahnya.Menurut ceita Namra, si Lengan Delapan sangat sakti dan mengakibatkan anggota Klan Bintang Utara tewas. Kendati demikian, si Lengan Delapan belum berhasil memasuki Istana Giok Naga karena dikelilingi oleh jebakan.“Mengapa ayahmu bisa ben
“Long Wan!”“Kamu tidak apa-apa, nona?”“Aku baik-baik saja, oh ya mengapa kamu ada di sini, di mana ibu?”Tin Chi celingukan mencari sosok ibunya, akan tetapi dia tidak melihat kehadiran Tin Hua.“Ibumu ada di markas, beliau mengutusku untuk mencarimu, namun aku keduluan sebab ada pemuda gagah yang terlebih dahulu menolongmu!”“Ah kamu, bisa saja!”Tin Chi menundukan wajahnya untuk menyembunyikan kedua pipinya yang merah merona, tidak lama kemudian ia menggerlingkan matanya ke arah Su Liang yang sedang bertarung menghadapi Bao Bao.Malam tadi ia termenung di pinggir hutan, batinnya sangat berduka saat begitu mengetahui kenyataan bahwa Long Wan sudah memiliki tunangan. Tin Chi seorang gadis yang polos, selama hidupnya dia tidak pernah jatuh cinta sebab kesehariannya bersama dengan ibunya di markas Teratai Putih.Tin Hua juga membatasi pergaulan putrinya, sebab ia traumata terhadap sikap suaminya yang berubah setelah berkenalan dengan para penghuni Pulau Neraka. Begitu Tin Chi melihat