Nino sempat terkejut dan waspada saat Zero meraih lehernya secara tiba-tiba yang ternyata memperhatikan bentuk tato yang ada di lehernya. "A-ada apa ini, Raja?" tanya Nino yang sedikit berwaspada.Namun untuk sejenak, Zero tidak menjawab apapun. Setelah Zero melihat sebuah tanda di leher Nino, raut wajahnya menjadi terlihat lebih serius. Hal ini membuat Nino menjadi semakin gugup."Apakah kau anggota klan Kupu-kupu surga?" akhirnya beberapa saat kemudian Zero membuka suara."Hah?! Ja-jadi..., jadi Raja tahu tentang tanda kutukan Klan di leherku ini?" Nino tak menyangka kalau ternyata Zero mengetahui tentang tanda kutukan miliknya itu. Padahal, tanda itu sudah disamarkan dengan cara memodifikasi dengan menambah gambar tato lain agar tidak terlihat mencolok dengan susah payah oleh Nino."Sudah kuduga. Nino, kau harus ikut denganku nanti. Kau akan lebih aman jika berada bersama Nana di Istana kami." Sepertinya Zero juga tertarik dengan Nino ini. Sebab, tadi Tigreal sempat berbicara bahwa
Wajah Nino langsung terlihat sangat bersemangat saat mendengar Zero mengajaknya untuk menyerang orang-orang itu di malam hari ini. Yang membuat Nino semakin bersemangat sebenarnya karena ia juga ingin menguji sejauh mana kemampuan bela diri yang telah ia asah selama ini. Sebab, Nino memang belum pernah ikut dalam pertempuran melawan musuh sebanyak ini. Jika dihitung kembali, musuh mereka jumlahnya saat ini mencapai ratusan. Awalnya Nino juga sempat merasa sedikit ragu, apakah hanya dengan mereka berdua saja mampu mengalahkan orang-orang ini? Tapi keraguan itu menghilang setelah ia diperlihatkan oleh Zero kekuatan pedang aura naga milik Zero."Oh iya, Nino. Aku juga akan mengatakan satu tugas untukmu. Nanti, kau bantu aku untuk membebaskan para prajurit Kerajaan yang dijadikan tawanan oleh mereka. Kau tahu gedung yang di sebelah sana itu? Iya, gedung itu adalah tempat mereka mengurung prajurit Kerajaan kita. Aku harap, kau bisa dengan cepat membebaskan mereka ketika aku mengamuk di dep
Dan ketika Zero sedang menikmati pertarungannya, Zero tiba-tiba saja merasakan adanya lima aura orang kuat yang sedang menatapnya dari suatu arah. Zero sangat yakin kalau merekalah yang berhasil mengalahkan bawahan yang diutus oleh Limdong mengatasi masalah di desa ini.'Kenapa mereka hanya diam saja? Apakah mereka sedang mengamati gaya bertarungku? Kalau begitu baiklah, aku hanya akan sebatas menggunakan jurus kedua saja. Kalau mereka tahu jurusku yang lain, aku rasa itu akan cukup membuatku kesulitan nantinya,' gumam Zero.Zero masih terus menjutkan untuk melumpuhkan semua anggota Atsuko dengan mudahnya. Dan ketika sepuluh menit kemudian, barulah ia dihampiri oleh kedua orang yang disebut Bos oleh para anggota Atsuko ini. Ternyata Zutse dan Hadin lah yang datang untuk menyerang Zero.Boom...!Tanpa basa-basi Zutse langsung menembakkan kekuatan tenaga dalamnya. Untungnya serangan kejutan itu sudah diantisipasi oleh Zero."Lumayan...," ucap Zutse menyeringai.Siuw, siuw, siuw...!Sete
Karena merasa direndahkan oleh Zero yang menyebutnya seorang pengecut, emosional Zutse akhirnya terpancing. Sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh Zutse, ketika Zero sengaja memprovokasinya sedikit saja, saat itulah Zero tahu bahwa Zutse sudah termakan jebakannya."Apanya yang seorang pengecut?! Hah?!" Zutse akhirnya kembali menampakkan tubuhnya yang semula bersembunyi di dalam bayang-bayang pepohonan.Kemudian Zero menyuruh Tigreal kembali masuk ke dalam pedangnya. Zero berniat ingin bertarung melawan Zutse satu lawan satu secara jantan, bukan secara sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukan Zutse tadi."Nah, kalau begini kan jadi lebih enak. Ayo kita buktikan, siapa yang lebih hebat diantara kita berdua," ujar Zero."Cih! Kau jangan pernah menyesali perbuatanmu yang telah membuatku sangat marah! Aku pastikan, kau akan menyesalinya setelah berada di Neraka nanti!" Zutse pun kali ini langsung maju menyerang Zero dengan penuh rasa amarah. Zutse sangat tidak mau menerima jika ada oran
Zero dan Zutse bertarung dalam pertarungan yang sengit dan berlarut-larut. Zutse, dengan kecepatan dan kekuatannya, memberikan Zero tantangan yang belum pernah dia hadapi sebelumnya.Namun, Zero tidak menyerah. Dia ingat pelajaran yang diajarkan gurunya tentang tenang dalam menghadapi tekanan dan menggunakan kelemahan musuh sebagai kekuatan. Dia mulai mempelajari pola serangan Zutse dan menemukan celah dalam gerakannya.Pertarungan mencapai puncaknya ketika Zero mampu menangkap Zutse dalam serangan balik yang cepat dan mematikan. Dengan satu gerakan pedang yang cepat dan tepat, Zero berhasil melukai Zutse dan memaksa dia untuk mundur.Meski begitu, Zero tidak membunuh Zutse. Sebagai seorang pendekar, Zero percaya bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan menjadi lebih baik. Dia membiarkan Zutse pergi dengan harapan bahwa dia akan mempertimbangkan ulang jalan hidupnya.Dengan demikian, pertarungan antara Zero dan Zutse berakhir. Zero, sekali lagi, membuktikan bahwa dia ad
Di tempat lain, ternyata Kisema, Kukuza, dan Diedara sedang menyusun strategi baru mereka. Kemarin, mereka bertiga justru pergi meninggalkan anak buah yang ada di desa terpencil dan juga kedua rekannya yang dikalahkan oleh Zero."Orang itu akan menjadi masalah besar bagi kita. Bahkan aku sempat menyelidiki, bahwa orang itu saat ini tengah mencari keberadaan benda Legendaris juga. Dan jika ia mendapatkannya, itu bisa menjadi ancaman lebih serius lagi bagi kita." Kisema mencoba angkat bicara."Kamu benar, Kisema. Kita harus menyusun strategi baru untuk menghadapi mereka. Mungkin kita bisa mengganggu pencarian mereka atau bahkan mencuri bagian tubuh naga itu sebelum mereka menemukannya,"ucap Diedara."Ide yang bagus, Diedara. Tapi kita juga harus berhati-hati. Orang itu bukanlah pendekar biasa, dia telah mengalahkan Zutse dan bisa menjadi lawan yang tangguh." Kukuza menambahinya."Diedara benar. Kita harus mempelajari lebih lanjut tentang kekuatan dan kelemahan orang itu. Dengan pengetah
Saat Zero pergi ke ruang utama isatana, Zero melihat ada pendekar misterius yang tinggal di istana, yang selama ini hidup dalam pengekangan, tetapi memutuskan untuk beraksi saat istana diserang. Dia bisa menjadi sekutu yang berharga bagi Zero dan Nino.Kemudian Zero juga melihat ada penduduk istana yang telah dilatih dalam seni bela diri dan siap untuk membela rumah mereka. Mereka mungkin bukan pendekar profesional, tetapi mereka memiliki semangat dan keberanian yang akan membantu dalam pertempuran.Melihat adanya bantuan mendadak, membuat Zero memutuskan untuk melanjutkan perjalannya menuju ruang inti Istana. Namun saat ia tiba di sana, Zero melihat lagi ada sekutu dari luar istana yang datang untuk membantu. Mungkin ada kelompok pendekar lain yang telah mendengar tentang serangan dan datang untuk membantu, atau mungkin ada penduduk desa sekitar yang ingin membantu melindungi kerajaan mereka."Vivi...! Apakah kau baik-baik saja?" Zero langsung bergegas menghampiri Vivi. Untungnya, Vi
Hasil pertempuran antara Zero dan pemimpin pasukan bayaran menjadi sangat menegangkan dan dramatis. Keduanya berjuang dengan gigih, menunjukkan keahlian dan keberanian yang luar biasa. Mereka saling menyerang dan bertahan, mencoba untuk menemukan celah dalam pertahanan satu sama lain.Namun, pada akhirnya, Zero berhasil memanfaatkan kecepatan dan keterampilan pedangnya untuk mendapatkan keunggulan dalam pertempuran. Dalam satu gerakan cepat, Zero mengejutkan pemimpin pasukan bayaran dengan serangan yang mengejutkan, melukai dan mengejutkannya.Pemimpin pasukan bayaran, terluka dan terjatuh, menyadari bahwa dia sudah kalah. Zero, meskipun menang, tidak membunuhnya. Sebagai seorang pendekar yang penuh kasih, Zero memberi pemimpin pasukan bayaran kesempatan untuk menyerah dan menghentikan serangan. "Kamu telah kalah, tetapi aku tidak akan membunuhmu. Aku harap kamu memikirkan kembali pilihanmu dan mempertimbangkan apa yang benar-benar penting dalam hidup."Pemimpin pasukan bayaran, terke