Mendengar ucapan dari Hayabusa, rasa khawatir langsung menyelimuti hati Vivi."Hah?! Apakah yang kau katakan itu benar?!" ucap Vivi."Iya, benar apa yang dikatakannya. Aku juga pernah mendengarnya." Hanabi menimpalinya."Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Vivi yang mulai terlihat panik."Sayang, tenanglah." Lalu Zero mengelus kepala Vivi guna menenangkannya."Tapi..., aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Kita harus segera mengobati lukamu ini." Dan Kedua mata Vivi mulai berkaca-kaca."Kalau begitu, apakah kalian berdua tahu bagaimana cara menyembuhkan lukaku ini?" tanya Zero pada Hayabusa dan Hanabi."Jujur saja, kalau tentang cara menyembuhkannya aku tidak tahu," jawab Hanabi seraya menunduk."Iya benar, aku juga tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya. Tapi, aku tahu siapa orang yang dapat menyembuhkannya. Ada Tabib hebat di desa kami," ujar Hayabusa."Kalau begitu, ayo kita cepat menemuinya." Vivi benar-benar semakin panik.Mereka bertiga kemudian bergegas pergi dari sana
Kenapa keberadaan tanaman surga itu dikatakan seperti berada di neraka? Jawabannya adalah karena tanaman surga hanya akan tumbuh di sarang harimau gunung. Dan sesuai namanya, sarang harimau, tentu saja di tempat itu terdapat banyak sekali harimau buas. Harimau gunung memiliki kebiasaan yang berbeda dengan harimau hutan. Biasanya, harimau hutan akan lebih senang menyendiri baik itu berburu ataupun tidur, kecuali harimau betina yang memiliki bayi. Harimau hutan yang memiliki bayi tidak akan tidur meninggalkan bayinya. Sedangkan harimau gunung, mereka justru hidup secara kelompok setiap harinya. Mau itu di siang hari, maupun pada malam hari mereka akan selalu berkelompok untuk tujuan saling melindungi.Di dalam perjalannya, Vivi dan Hayabusa berjalan sambil membahas strategi apa yang akan mereka lakukan nantinya saat menghadapi kawanan harimau nantinya. Hayabusa juga memberitahu kepada Vivi tentang harimau gunung lebih rinci. Kebetulan Hayabusa pernah mendengar cerita pengalaman ayahnya
Setelah beristirahat, Vivi dan Hayabusa melanjutkan perjalanan mereka. Dan tak terasa akhirnya mereka berdua sampai di dekat sarang harimau gunung.Baru saja Vivi dan Hayabusa sedang akan membaca situasi, mereka sudah dikejutkan dengan kemunculan beberapa ekor harimau hutan yang muncul dari semak-semak. Rupanya, sejak tadi mereka berdua memang sudah diintai. Namun ada kejadian aneh yang terjadi.Hayabusa pernah mendengar dari cerita seniornya tentang harimau hutan. Biasanya, para harimau hutan ini akan langsung menerkam saat ada manusia yang masuk ke dalam wilayah mereka. Karena bagi mereka, manusia adalah ancaman terbesar. Akan tetapi, kenapa kali ini Vivi dan Hayabusa tidak langsung diserang oleh para harimau ini? Harimau ini jumlahnya ada puluhan ekor. Mereka semua hanya keluar dari semak-semak dan menatap lekat-lekat pada Vivi dan juga Hayabusa. Para kawanan harimau ini berjalan kesana kemari untuk bersiaga."Tunggu, Hayabusa! Masukkan kembali pedangmu! Sepertinya mereka tidak ada
"Ada apa ini? Apakah di sini ada binatang buas lainnya selain kalian?" Vivi bertanya pada Tigre yang membelakanginya."Hergh...! Hergh...! Roar...! Haum...?" Terdengarlah suara auman harimau yang jauh lebih kuat dari Tigre.Brak!Tigre melompat untuk menyerang.Ternyata ada satu ekor harimau yang ukurannya jauh lebih besar dari Tigre. Namun ada keanehan, ternyata warna harimau itu berbeda dari yang lainnya. Harimau ini memiliki warna putih. Vivi dan Hayabusa sangat terkejut dan juga merasa takut saat melihat pertarungan kedua harimau yang sedang berlangsung saat ini. Kedua harimau itu saling mencakar dan menggigit satu sama lain."Tigre! Siapa dia? Apakah dia yang menjaga wilayah ini?" tanya Vivi berteriak.Dan ketika mendengar suara Vivi yang berteriak, Harimau putih itu menghentikan serangannya. Untuk beberapa saat. Lalu Tigre dan harimau putih itu berhenti bertarung. Sepertinya mereka ingin mendengarkan terlebih dahulu apa yang akan Vivi ucapkan."Hey, kau! Harimau putih! Jangan s
Vivi baru tahu kalau ternyata ia harus membuat kontrak terhadap harimau yang kini berwujud manusia itu. "Bagaimana caranya? Apakah itu sulit?" Kemudian Vivi bertanya kepada Tigre karena merasa penasaran.Vivi penasaran dengan bagaimana sensasi dan rasanya jika ia menyatu dengan bangsa manusia harimau ini.Sedangkan Hayabusa, entah kenapa sejak tadi ia terlihat menjadi orang yang tidak banyak bicara."Tidak, Tuan Putri. Untuk membuat kontrak ini sangat mudah. Cukup hanya dengan kita menyatukan satu tetes darah kita berdua, maka kontrak akan terjalin. Kalau begitu baiklah, aku akan memulainya sekarang." Kemudian Tigre menyayat tipis ujung jari telunjuknya menggunakan pedang milik Vivi kemudian ia melakukan hal yang sama terhadap ujung jari telunjuk Vivi. Lalu tercampurlah antara darah milik Vivi dan darah milik Tigre.Setelah kedua tetes darah itu bercampur, tubuh Vivi sempat terasa bergetar. Vivi merasakan adanya getaran aneh pada dirinya. Getaran itu terasa seperti ingin melemparkan d
Padahal Vivi tahu kalau sejak tadi di sepanjang perjalanan ini banyak warga yang membicarakannya. Bahkan Vivi juga sempat mendengar ada beberapa orang warga yang mengira ia hanya berpura-pura baik saja di desa ini karena niat yang sebenarnya adalah untuk menguasai desa ini sama seperti kelompok bandit. Itulah yang sempat menjadi topik pembicaraan warga desa. Namun tentu saja Vivi tidak akan menghiraukannya sedikitpun. Ia terus melangkahkan kakinya menuju kediaman tabib Walden."Lihatlah mereka semua. Ini semua pasti gara-gara harimau putih ini, huft!" Hayabusa berbisik pada Vivi. Ia merasa grogi saat diperhatikan oleh khalayak ramai seperti ini."Tidak usah dipedulikan. Aku sudah terbiasa berada di posisi seperti ini. Kalau kau mempermasalahkannya, aku jamin kau sendirilah yang nantinya akan merasa stres," ucap Vivi dengan santainya."I-iya, aku akan mencoba cuek saja dengan kejadian ini," jawab Hayabusa.Lalu beberapa saat kemudian akhirnya mereka bertiga tiba di kediaman tabib Walde
Zero menjawab semua pertanyaan Vivi dengan lembut. Zero juga membisikkan sesuatu ke telinga Vivi tentang rahasia menarik yang baru saja ia dapatkan."Terima kasih, Tabib Walden. Aku berhutang Budi kepadamu. Aku berjanji, bahwa kelak, suatu hari nanti aku akan membalas Budi baikmu ini." Martis menangkupkan kedua tangannya lalu menunduk ke arah Tabib Walden."Ya, ya, ya..., terserah kau saja. Jangan terlalu dipermasalahkan. Lagi pula, aku rasa semua ini adalah hal yang memang harus aku lakukan. Kau juga terluka karena melindungi desa kami ini, bukan? Jadi, anggap saja kita impas," jawab Tabib Walden.Zero dan Vivi setelah itu pergi kembali ke tempat tinggal mereka yang sementara. Dan ketika sudah berada di sekitar kediaman sementaranya itu, Zero mengatakan besok akan mengajak Vivi berlatih. Vivi pun dengan senang hati menerima ajakan suaminya itu.***Keesokan harinya, Zero dan Vivi mencari tempat yang nyaman untuk berlatih sesuai kesepakatan mereka kemarin. Vivi juga semakin penasaran
"Apakah suaraku dapat kau dengar dengan jelas? Hahaha...! Dasar kau, Manusia penakut! Hahaha...! Baiklah, akan aku beritahu siapa aku. Aku adalah harimau putih," jawab Harimau putih itu melalui telepati."Hah?! Harimau Putih?! Bagaimana bisa?! Di mana kau berada?! Jangan bercanda!" Zero terlihat seperti orang yang berbicara sendiri.Namun, tentu saja Vivi mengetahui bahwa Zero tidaklah berbicara sendiri. "Zero, tenangkanlah dirimu.""Bagaimana aku bisa tenang?! Haish! Sebenarnya apa yang terjadi padaku?!" Wajah Zero masih terlihat kebingungan.Kemudian Vivi menjelaskan lagi tentang yang dialaminya setelah menjalin kontrak dengan Tigre. Lalu, setelah Zero mendengarnya dengan jelas, akhirnya ia percaya bahwa saat ini harimau putih telah menyatu dengan pedang aura harimau miliknya."Oh..., jadi begitu. Tapi, siapa namamu?" tanya Zero."Terserah kau saja mau memanggilku apa," jawab Harimau Putih."Hem..., bagaimana kalau aku memberikanmu nama? Tigreal! Yah, Tigreal! Apakah kau suka dengan