Share

101. Jalan Cinta

Penulis: Iro Magenta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-29 16:57:25

Genjo Li bergeming. Tanpa sengaja dia telah membuat Wang Shixian semakin meyakini dugaan bahwa dirinya memang Pendekar Bertopeng. Padahal beberapa saat sebelum Genjo Li berbicara, sang putri sudah sempat berpikir dirinya terlalu berharap saja.

"Aku dan Tuan Liu mungkin tidak akan pernah selamat dalam peristiwa penyerangan itu jika Pendekar Bertopeng tidak datang. Dialah yang telah menyelamatkan kami." Wang Shixian menatap tajam Genjo Li. Dia memegang pipi kekasihnya itu supaya tidak berusaha menghindari tatapannya. "Kaulah yang telah menyelamatkan kami."

Genjo Li yang semula tertunduk, langsung mengangkat pandangannya. Dia memandang wajah Wang Shixian yang penuh dengan keyakinan. "A-apa maksudmu? A-aku tidak mengerti."

Sang putri menggeleng. Masih dengan tatapan mantap dia membalas, "Kau tahu benar apa yang aku maksud ... Kakak Li."

Genjo Li menggertakan gigi-giginya. Hal itu membuat rahangnya tampak mengeras. Namun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya lagi.

"Kenapa ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Banin SN
Lanjut thooor.......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   102. Perubahan Wang Shixian 

    Chen Wuji tampak tak tenang. Jari jemarinya secara bergantian mengetuk meja selagi matanya melihat ke arah di mana sang putri tadi menghilang. Pemuda itu jelas khawatir sebab Wang Shixian berpamitan untuk buang air kecil, tetapi hingga detik ini tidak kunjung kembali."Sudah cukup lama dari waktu teh ini disajikan. Aku akan ke belakang untuk melihat Nona Wang agar segera kembali sebelum tehnya dingin," ucap sang jenderal akhirnya karena tidak kuat lagi untuk menahan diri agar tetap duduk diam. Nam"Jangan!" sergap Mingyue setengah berteriak hingga membuat beberapa pengunjung yang ada di dekat mejanya menoleh. Chen Wuji yang baru saja berdiri, kini kembali duduk setelah melihat orang-orang di sekitarnya. "Ada apa, Nona? Kenapa aku tidak boleh menyusul Nona Wang?""Bukan seperti itu maksudku. Sebaiknya, Tuan Chen duduk saja di sini. Biar aku saja yang melihat Nona Wang. Aku tidak ingin Tuan terkena masalah lagi."Kedua alis Chen Wuji bertaut. "Masalah?" Pasalnya, jika terjadi sesuatu y

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   103. Sayembara

    "Kau terlihat ... senang. Apa sesuatu yang baik terjadi?""Ayah, sudah aku katakan, Shui Dong adalah tempat yang bagus untuk menemukan kebahagiaan.""Benarkah? Ayah belum pernah mendengarmu mengatakannya. Apa ini semua karena Jenderal Chen?" Wang Weo menatap ke arah Chen Wuji yang berdiri di belakang putrinyaSecepat kilat Wang Shixian memberikan tatapan mematikan pada pemuda itu supaya tidak mengatakan hal yang tidak sepatutnya diucapkan. Sudah barang tentu tindakan tersebut membuat senyum yang sempat terkembang di wajah Chen Wuji berubah menjadi ekspresi bingung dan terintimidasi."Tidak Yang Mulia, saya hanya melakukan tugas, mengawal dan menjaga Putri Wang."Tawa keras Wang Weo terdengar. Itu merupakan hal langka karena lelaki tersebut nyaris tidak pernah terbahak. Adapun penyebab Wang Weo demikian tentu saja karena tindakan putrinya yang sangat galak pada Chen Wuji. Dia tidak bisa membayangkan betapa putrinya telah merepotkan pemuda itu. 'Aku berutang banyak pada Tuan Liu,' desi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   104. Jawaban Jujur

    "Ayah, mengapa Ayah diam saja? Apa Ayah bisa membuatkan sayembara itu untukku?""Bi-bisa, tentu saja." Wang Weo tersenyum lebar. "Itu adalah kabar yang sangat baik. Kau tenang saja, Ayah pasti akan mengadakan sayembara yang kau inginkan.""Untuk siapa pun?"Wang Weo terdiam sesaat. Biar bagaimanapun, dia tidak ingin putri semata wayangnya menikah dengan lelaki sembarangan. Namun, melihat binar di mata Wang Shixian, apa bisa dia menolak? Selain itu, belum tentu juga putrinya mau membuka kesempatan untuk menikah. Oleh sebab itu, Wang Weo hanya bisa mengangguk dengan senyum seperti biasanya. Lagipula, lelaki lemah pasti akan gugur dengan sendirinya."Bolehkah aku menentukan bagaimana sayembara itu akan dilakukan?""Tentu saja. Kau boleh menentukan apa saja hal yang harus dilewati oleh para peserta sayembara. Dan sebagai puncaknya ayah akan memberikan satu ujian akhir yang hanya bisa dilewati oleh seorang ksatria pemberani dengan kemampuan bertarung yang luar biasa."Chen Wuji tersenyum l

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   105. Siasat Mengejutkan 

    "Dia terlihat senang dan berterima kasih. Katanya, dia sudah memiliki cara supaya aku bisa menikah dengannya.""Benarkah? Itu bagus sekali!" Wajah Junsi seketika berseri mendengar kabar baik dari temannya. Namun hal itu tidak bertahan lama. Dia merasa sangat berdosa saat menggeser pandangannya ke arah Mingmei. 'Bagaimana mungkin aku lupa jika Mingmei berharap bisa menjadi mempelai Genjo Li?'Sesaat suasana terasa canggung. Baik Mingmei maupun Junsi sama-sama kikuk untuk melakukan atau mengatakan apa pun. Hanya Genjo Li yang tampak biasa lantaran dia tidak mengerti perasaan Mingmei padanya selama ini."Em ... Genjo Li."Genjo Li menghentikan tangannya yang bermain-main dengan cangkir kosong. Lantas, dia mencondongkan tubuhnya ke depan hingga wajahnya menjadi lebih dekat dengan wajah Mingmei. "Ya," ucapnya singkat sambil menopang dagunya dengan tangan kiri.Sudah barang tentu hal itu membuat kedua pipi Mingmei memerah. Sumpah demi langit, wajah Genjo Li tampak lebih rupawan dengan jarak

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   106. Kebimbangan

    Genjo Li menceritakan semuanya pada kedua rekannya bahwa dialah yang telah mengirimkan pesan melalui burung gagak. Dia tahu, Liu Xingshen pasti akan langsung bertolak ke Shui Dong untuk menyusul Wang Shixian setelah membaca pesan itu. Dia juga mengirimkan pesan pada seseorang yang membenci Wang Weo bahwa Wang Shixian dan pengawalnya akan melintasi rumpun bambu di tengah malam. "Jadi ...." "Benar. Aku tahu dia dalam bahaya karena tahu orang yang membenci Wang Weo tidak akan membuang kesempatan untuk memberi pelajaran pada kaisar itu." Jantung Junsi dan Mingmei seperti terhenti. Lagi-lagi mereka saling menatap satu sama lain, seperti saling bertanya apakah benar lelaki yang ada dalam satu meja dengan mereka adalah Genjo Li yang mereka kenal. Meskipun Junsi merasa terkejut dengan sisi lain Genjo Li ketika berperan sebagai Pendekar Bertopeng, ia sungguh tidak mengira jika temannya itu bisa melakukan hal yang baru saja diceritakan. Sementara itu, Mingmei hampir tak percaya dengan penga

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   107. Kabar Menggemparkan

    Mingmei sendiri tidak tahu jawaban seperti apa yang ingin dia dengar. Nuraninya sebagai teman Wang Shixian, ingin Genjo Li mengatakan bahwa lelaki itu tulus mencintai sang putri tanpa bermaksud untuk memanfaatkannya. Namun nuraninya sebagai perempuan yang egois, dia masih berharap jika Genjo Li bisa mencintainya.Namun, setelah beberapa saat menunggu, sangat mengecewakan karena Genjo Li hanya menjawab, "Aku tidak tahu." Wajah lelaki itu terlihat rumit dengan pandangan turun ke cangkirnya.Lantas Junsi yang merasa penasaran kembali mendesak. "Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Genjo Li, katakan saja semuanya pada kami. Sebagai tim pemberontak, bukankah semestinya kau mempercayai kami?"Sebuah napas kabur dari mulut Genjo Li. Dia bahkan meletakkan kepalanya pasrah di atas meja seperti kehilangan daya. "Bukan maksudku tidak percaya pada kalian, tapi ini terlalu sulit untuk dijelaskan. Juga sulit untuk dimengerti."***Berita diadakannya sayembara pencarian calon suami untuk Tuan Putri H

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   108. Merancang Tantangan

    Di paviliunnya, Wang Shixian membuat rancangan dari sayembara yang akan dilakukan istana. Dia berpikir untuk membuat serangkaian tahapan bagi para peserta. Jadi jika seseorang mungkin lolos di tahap pertama mungkin saja akan tersingkir di tahap berikutnya."Baiklah aku akan membuat rangkaian sayembara ini menjadi empat tahapan." Wang Shixian berbicara pada diri sendiri."Apa? Tuan Putri, tidakkah itu terlalu banyak? Biasanya dalam sayembara-sayembara yang pernah aku baca dalam sejarah Haidong, hanya ada satu tantangan yang harus ditakhlukkan oleh para peserta. Misalnya mereka diminta untuk memecahkan batu besar yang sangat kuat. Atau ... diminta untuk berduel dan peserta yang mampu mengalahkan seluruh peserta lainnya adalah pemenangnya. Atau jika Tuan Putri menginginkan cara lain bisa dengan meminta mereka untuk mendaki hingga sampai di puncak gunung yang sangat tinggi."Pelipis Wang Shixian berdenyut. "Mingyue, sayembara ini untukku atau untukmu?"Mingyue meringis menunjukkan barisan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   109. Sia-sia 

    Tiga hari telah berlalu dari saat sayembara pencarian 'pangeran' untuk sang putri diumumkan. Sejak pagi buta istana terlihat sangat ramai lebih dari biasanya.Ada banyak lelaki yang mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri mengikuti sayembara tersebut. Padahal, mereka masih belum tahu, tantangan apa yang diberikan Wang Shixian dalam proses seleksi.Biar bagaimanapun, mereka tidak ingin membuang kesempatan emas begitu saja. Lebih baik gagal daripada tidak mencoba sama sekali. Begitulah keyakinan para lelaki yang turut mengantre untuk menjadi peserta sayembara.Pendaftaran peserta sendiri hanya dibuka hingga matahari berada di atas kepala. Sesudahnya, sayembara akan langsung dimulai."Lihatlah, enak sekali menjadi anak pejabat, bangsawan, ataupun saudagar kaya di negeri ini. Mereka bisa langsung mendaftar tanpa perlu lelah mengantre panjang seperti kita," kata seorang calon peserta sayembara.Memang, antara rakyat biasa dengan mereka yang berasal dari keluarga terpandang memiliki ja

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   119. Kekuatan Cinta atau Dendam?

    Saat Chen Wuji mendapat gilirannya, Wang Shixian kian rajin merapal doa supaya pemuda itu gagal. Dia bahkan sampai memejamkan mata sebab terlalu takut untuk menyaksikan kebenaran.Wang Weo pun tersenyum melihat putrinya demikian. Sayangnya, apa yang dia pikirkan tentang Wang Shixian justru berbanding terbalik dengan yang sebenarnya.Tepat sekali, sang kaisar tersenyum lantaran berpikir kalau gadis itu menyimpan perasaan istimewa untuk Chen Wuji. Hal itu membuat Wang Weo memberikan penilaian lebih pada pengawal baru putrinya itu."Berhasil!"Seketika itu pula Wang Weo bertepuk tangan selagi kerutan memenuhi dahi putrinya. Dia tampak sangat senang melihat 'jagoannya' mampu menyelesaikan tantangan kedua dengan sempurna."Dia benar-benar pemuda yang unggul. Tidak hanya ahli panah, tetapi juga sangat kuat. Bukankah dia lelaki yang sempurna untuk menikah denganmu, Putri?"Wang Shixian menoleh pada sang ayah untuk memberikan tatapan mengintimidasi. Dengan suara rendah saja dia berkata, "Yang

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   118. Firasat Ayah

    Semua orang menatap batu Yangtze dengan mata terbuka lebar. Benak mereka pasti sibuk membayangkan, apakah mampu mengangkat batu sebesar itu?Jangankan mengangkat, menggesernya saja tampak sulit.Beberapa di antara peserta itu juga tampak sangat tegang. Mereka mungkin membayangkan, apa jadinya jika mereka mampu mengangkat tetapi tidak kuat menahan batu dengan kedua tangan?Mereka bisa mati konyol tertimba batu!"Baiklah, supaya aturan dari ujian kedua ini lebih jelas, aku sampaikan hal yang perlu kalian perhatikan. Pertama, kalian harus mengangkat Yangtze dengan tangan kosong, seperti yang telah aku katakan di awal tadi. Kedua, kalian harus mengangkat batu setelah hitungan ketiga. Ketiga, batu harus terangkat di atas kepala dengan kedua tangan selama lima ketukan."Pernyataan ketiga dari Wang Shixian membuat para peserta dengan refleks menelan ludah. Lima ketukan jelas akan terasa sangat berat untuk dilakukan. Jangankan lima ketukan, satu ketukan saja perlu usaha yang sangat keras."Ji

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   117. Tantangan Kedua

    Tidak seperti hari kemarin, pagi ini wajah Wang Shixian tampak berseri. Senyumnya tidak turun sedikit pun akibat kebahagiaan yang tidak terkalimatkan. "Xian'er, sepertinya kau terlihat sangat senang hari ini." Wang Weo tersenyum lebar melihat sang putri begitu bersemangat."Tentu saja, Ayah. Aku tidak mengira jika mengadakan sayembara akan terasa sesenang ini. Rasanya sudah tidak sabar ingin menyampaikan tantangan berikutnya pada mereka." Wang Shixian menyesap tehnya dengan penuh kenikmatan. Padahal, apa yang dia sampaikan pada sang ayah tidak sepenuhnya benar. Faktanya, dia menjadi sangat senang setelah mendengar jawaban Genjo Li atas pertanyaan yang dikirimkan melalui Mingyue. Jawaban manis itu membuatnya menjadi begitu ingin bertemu dengan Genjo Li. Jika saja hubungan keduanya telah diketahui khalayak ramai, Wang Shixian bahkan tidak akan berpikir dua kali untuk memeluk sang kekasih di depan semua orang.Sayang sekali karena dia masih harus bersabar."Jadi, apa tantangan berikutn

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   116. Curang?

    "Benarkah Tuan Putri?!"Wang Shixian mengangguk tanpa menoleh pada pelayannya. Dia tampak sibuk dengan kuas di tangannya, menulis karakter demi karakter di atas kertas putih. "Ta-tapi ... bagaimana caranya Tuan Li bisa tiba di istana secepat itu, Tuan Putri? Maksudku, itu sangat ... ajaib. Sangat mengejutkan." Meski Mingyue merasa sangat senang sekaligus lega karena lelaki yang dicintai majikannya tidak terlambat untuk mengikuti sayembara dan bahkan mampu lolos di tahap pertama, dia tetap merasa sulit untuk percaya. Pasalnya, secepat apa pun Genjo Li berlari, bahkan meski menunggangi kuda sekalipun, tidak akan bisa mengejar keterlambatan."Mulai sekarang, persiapkan dirimu untuk terkejut. Percayalah, lelaki yang aku cintai itu bukan sembarang." Wang Shixian tersenyum lebar sambil melipat kertas dan memasukkannya ke dalam amplop cokelat."Si-siapa dia sebenarnya Tuan Putri?""Waktu akan menjawabnya. Kau pasti akan sangat terkejut. Sudah, sekali juga antarkan surat ini pada Kakak Li. P

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   115. Peringatan

    Genjo Li hanya diam dan tersenyum tipis, tetapi daripada membalas tatapan lelaki yang mengejeknya, dia lebih memilih untuk membuang pandangan ke tanah, seolah tanah yang dia injak bahkan lebih layak untuk dipandang. Sebagai seorang yang sepertinya berasal dari kalangan terpelajar, lelaki di hadapan Genjo Li pun mendengkus kesal lantaran lawan bicaranya tidak mau melihatnya. "Karena persik itu belum tentu jatuh karena panahmu, menepilah. Kau masih bisa melihat sayembara ini.""Tunggu!"'Chen Wuji? Untuk apa dia ikut campur?!' desis Wang Shixian curiga. Tentu saja sudah sejak tadi dia ingin membela kekasihnya. Tidak peduli persik itu jatuh karena panah Genjo Li ataupun karena telah masak, yang dia pikirkan hanyalah, sang kekasih harus bisa lolos dalam tantang pertama itu.Melihat Chen Wuji angkat bicara, sudah pasti membuat hati Wang Shixian kian panas saja. Dia sangat yakin jika lelaki itu akan mendukung peserta yang ingin menyingkirkan Genjo Li. Tentu saja dengan cara yang sangat mem

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   114. Putusan

    "Semua gagal!" teriak prajurit yang memimpin jalannya sayembara.Seketika itu pula Wang Shixian berusaha keras untuk tidak pingsan. 'Apa katanya? Semua gagal? Kakak Li gagal? Kekasihku gagal?!' batin perempuan itu tidak berhenti bertanya karena tidak percaya selagi kedua matanya masih terkatup, kian rapat.Wang Shixian tidak berani membuka matanya untuk melihat kenyataan yang terjadi. Dia bahkan tidak berhenti menyalahkan diri sendiri karena memilih tantangan sesulit itu di tahap awal hingga membuat kekasihnya gugur begitu saja.Mulanya dia berpikir pelayan kedai itu adalah seorang ahli panah karena Genjo Li mampu memanah para pembunuh bayaran itu dengan tepat dari jarak yang jauh dalam keadaan gelap ketika menyamar menjadi Pendekar Bertopeng. Namun, ternyata ...Sungguh, jika bukan karena ingin menjaga perasaan sang ayah, perempuan itu akan nekat memanah dirinya sendiri. 'Lebih baik mati daripada menikah dengan orang yang tidak dicintai!' Begitulah yang ada di dalam benak Wang Shixia

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   113. Persik untuk Putri Wang 

    Tantangan memanah yang harus dilakukan para peserta lomba bukanlah sekadar memanah biasa, melainkan memanah yang akan memerlukan kemampuan tingkat tinggi. Peserta dengan kemampuan memanah pas-pasan atau biasa saja, akan sulit untuk lolos dalam tantangan pertama ini. "Kalian harus memanah dari jarak 10 meter." Beberapa lelaki tersenyum mendengar ucapan sang putri. Mereka merasa cukup mampu untuk melewatinya. "Sekarang, berbaliklah," perintah Wang Shixian. Para peserta sayembara serentak balik badan. Di hadapan mereka kini terlihat pohon-pohon persik yang tingginya sekitar 8-10 meter. Banyaknya pohon persik di lahan itu membuatnya tampak seperti kebun buah persik. "Aku suka sekali buah persik. Oleh sebab itu, aku meminta kalian memetiknya untukku. Bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan memanahnya." Sontak saja para peserta terkejut hingga tanpa sadar mulut mereka terbuka dengan sendirinya. Tadi Putri Wang mengatakan bahwa mereka harus memanah dari jarak 10 meter. Dan sekarang

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   112. Sayembara Dimulai

    Para peserta sayembara telah berkumpul di halaman belakang istana. Bisa dilihat betapa besar antusiasme masyarakat atas kompetisi untuk mencari lelaki terbaik yang akan menjadi suami untuk sang putri itu. Lapangan yang luas bahkan terlihat penuh oleh mereka.Pada mulanya para lelaki itu saling berbicara dengan orang-orang yang berada di sekitar hingga kemudian kedatangan Wang Weo dan putrinya membuat mereka diam seketika. Sebagai pihak yang mengadakan sayembara, Wang Weo memang sengaja hadir untuk membuka kompetisi itu. Dia memberikan kalimat penyemangat sekaligus peringatan bahwa sayembara itu tidak akan mudah."Aku pastikan hanya lelaki terpilih yang bisa lolos dan menjadi menantuku."Mendengar kalimat terakhir sang kaisar ada perbedaan yang dirasakan para peserta. Banyak di antara mereka yang menjadi lebih bersemangat untuk memenangkan perlombaan. Namun tidak sedikit pula yang merasa takut. Tentu mereka tidak akan lupa, biar bagaimanapun lelaki yang menjadi ayah dari 'hadiah' peme

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   111. Deretan Pria Tak Beruntung 

    Pintu gerbang depan istana Haidong telah ditutup rapat ketika matahari berada di atas kepala. Tidak sedikit lelaki yang harus gigit jari karena datang terlambat untuk mendaftarkan diri dalam sayembara. Seperti belum rela dengan kenyataan pahit itu, mereka bahkan masih berdiri dengan tubuh menempel pada gerbang demi melihat para lelaki yang mendaftar di detik-detik terakhir tetapi tidak memiliki nasib seburuk mereka.Meski seandainya mereka berhasil terdaftar sebagai peserta sayembara, belum tentu juga berhasil memenangkannya, setidak-tidaknya mereka telah mencoba. Dan sekarang, apa boleh buat? Bahkan kesempatan untuk menjadi peserta saja sudah tidak mereka miliki.Seorang lelaki yang berada di barisan paling akhir tampak menatap lekat ke arah gerbang. Sepertinya dia sedang mengamati orang-orang yang telah gugur bahkan sebelum mereka terjun ke arena pertempuran.'Jika saja Junsi tidak mengingatkanku, pasti kini aku berada di antara lelaki itu.'Tepat sekali, pria yang memandang ke arah

DMCA.com Protection Status