Mata para pasien di balai pengobatan penjara Quzhou tampak bergerak ke kanan dan ke kiri, mengikuti langkah kaki seorang perempuan yang tampak mondar-mandir. Mereka lantas saling menatap satu sama lain, berharap tahu apa yang membuat sang tabib begitu gelisah.Namun tentu saja para pasien tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Mereka membiarkan rasa ingin tahu menyangkut di tenggorokan, lalu terpaksa menelannya kembali."Tabib Jia, apa terjadi sesuatu? Anda terlihat khawatir," tanya seorang perawat mewakili batin para pasien."Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya merasa ... kurang sehat." Tabib Jia menyunggingkan senyum paksa."Kalau begitu, sebaiknya Anda beristirahat saja. Wajah Anda tampak pucat.""Tidak usah hiraukan aku! Kembalilah bekerja. Aku tahu apa yang harus aku lakukan."Tidak hanya si perawat, para pasien yang sejak tadi mengamati Tabib Jia pun sampai berjingkat mendengar nada bicaranya yang begitu kasar. Memang selama ini tabib itu tidak begitu ramah. Namun, dia lebih cend
"Mohon maaf Tuan Chen, sebenarnya hari ini Tabib Jia sedang kurang sehat."Kening Tabib Jia berkerut mendengar anak buahnya dengan lancang menjawab tanpa diminta. "Kau, lancang sekali! Apa kau kira sedang berbicara dengan pasien?! Kembali ke tempatmu!"Perawat itu hanya bisa menelan ludah sebelum pergi dengan dada sesak. Hari ini Tabib Jia sudah membentaknya tiga kali. Beberapa detik lalu, wajah pucat Tabib Jia terlihat sangat kesulitan. Perawat itu mengira dengan membantu sang atasan menjawab pertanyaan kepala penjaga akan membuatnya senang. Namun ternyata ... jauh panggang dari api.Sepertinya Tabib Jia sudah lupa cara berterima kasih.Menariknya, tidak hanya dahi Tabib Jia saja yang mengernyit, tetapi dahi Chen Long pun demikian. Tidak, tidak, dia sama sekali tidak keberatan dengan tindakan sang perawat. Chen Long justru menatap lekat Tabib Jia yang tampak sangat berbeda.Ada apa ini? Mengapa Tabib Jia tidak tenang seperti biasanya. Dia terlihat cemas. Tidak, Tabib Jia ketakutan.
Silir angin di senja hari membuat dedaunan di pohon rindang itu tak berhenti menari. Suara daun bergesekan mesra menjadi melodi menenangkan pemudar letih usai menunaikan rutinitas monoton seharian. Belum lagi jika menghirup aroma khas pohon yang berbeda dari wewangian lainnya. Namun, tampaknya semua itu tidak berefek apa pun pada perempuan yang sedang mondar-mandir di bawahnya.Wajah perempuan di bawah pohon gaharu itu begitu rumit. Kedua alisnya bahkan bersikukuh tak mau dipisahkan. Sejak tadi mulutnya pun komat-kamit seperti merapal mantra."Jia Li.""Yang Zhi! Apa yang membuatmu begitu lama? Aku hampir mati menunggumu datang. Bukankah di kertas itu aku memintamu datang sore hari? Mengapa baru datang setelah matahari tenggelam?"Yang Zhi bergeming. Setumpuk tanya yang memenuhi kepalanya terkait maksud Tabib Jia memberikan pesan tadi pagi hanya berakhir dengan kepeningan saja. Memangnya apa yang bisa diucapkan laki-laki jika perempuan sudah memborong segala kata?"Yang Zhi! Mengapa k
Yang Zhi terdiam. Kepalanya berpikir keras. Apa yang dikatakan Tabib Jia menjadi semakin masuk akal. Semua penjaga membicarakan Xiu Zhangjian yang sekarat diseret ke ruangan Chen Long, lalu diselamatkan Chen Yufei dan dibawa ke balai pengobatan tahanan.Yang Zhi masih sangat ingat dirinya membentak rekannya sendiri yang mengatakan Nona Chen mulai tertular kebodohan budak lemah itu."Yang Zhi, ketika Nona Chen membawanya ke balai pengobatan, dia baik-baik saja. Aku bersumpah tidak melakukan kesalahan saat memeriksanya. Buktinya, di malam hari dia bisa mengancamku dengan racun itu."Yang Zhi memegang lengan Tabib Jia. "Kau pasti sudah mengalami waktu-waktu yang sulit. Sekarang katakan, bagaimana kondisimu? Apa racun itu ...."Tabib Jia menggeleng. "Dia sudah memberikan penawarnya karena aku telah memberikan laporan palsu pada kepala penjaga.""Syukurlah kalau begitu. Aku tidak akan mengampuni diriku sendiri jika kau sampai terbunuh oleh budak itu.""Yang Zhi, aku mohon, katakan semua in
Di bawah remang bulan, ada sesosok misterius berdiri di depan pintu. Sosok tersebut mencoba menyamarkan diri dengan pakaian serba hitam. Tampak pula sebuah pedang terhunus di samping pinggangnya.Budak itu mungkin memang licik akalnya, tapi tentu tidak dengan kemampuan bertarungnya. Lihat saja, aku akan memenggal kepalanya. Dia pikir, dia siapa? Berani-beraninya meracuni Jia Li!Tepat sekali. Sosok yang mengoceh dalam diam itu memang Yang Zhi. Kini dengan kunci yang diberikan Tabib Jia, dia hendak membuka pintu utama balai pengobatan."Tidak perlu merepotkan diri."Sudah barang tentu sebuah suara yang mendadak terdengar itu membuat jantung Yang Zhi lepas sesaat. Dia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu meski kunci telah dimasukkan. Matanya kini menatap tajam pada sosok yang berpakaian sama persis dengannya."Siapa kau?!" Yang Zhi meningkatkan kewaspadaan. Tangannya mengenggam erat gagang pedang.Lelaki misterius berjalan pelan saja menghampiri Yang Zhi. Tidak tampak ketakutan dari
Mengapa Yang Zhi tidak kunjung menemuiku? Apa dia tidak jadi ke mari?! Dia tidak jadi membunuh budak itu?! Tidak, tidak, Yang Zhi sudah berjanji padaku. Dia pasti akan datang! Tapi ... kenapa begitu lama?Tabib Jia duduk lagi setelah sebelumnya berjalan mondar-mandir di kamar. Dia mengigit bibirnya sendiri akibat cemas yang sudah memenuhi batin.Selama Xiu Zhangjian masih hidup, Tabib Jia tidak akan pernah bisa tenang. Jangankan tidur nyenyak di malam hari, merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur saja tidak.Bagaimana mungkin dia bisa bersantai di bawah atap yang sama dengan orang yang nyaris membunuhnya? Bahkan meski Xiu Zhangjian tidur seperti orang mati, Tabib Jia tidak akan bisa untuk sekadar memejamkan matanya."Apa sebaiknya aku melihat ke depan saja? Mungkin saja Yang Zhi sudah melumpuhkan budak sialan itu. Ya, sebaiknya aku lihat saja!"Tabib Jia berdiri dengan asa seadanya. Akan tetapi, belum sampai perempuan itu melangkah, sebuah keganjilan terlintas di kepalanya.Tidak. Ji
Tabib Jia menelan ludah. Jelas-jelas telinganya mendengar suara ketukan pintu, tetapi setelah pintu dibuka, tidak ada satu pun orang di depan kamarnya.Tabib Jia memberanikan diri untuk melangkah ke depan satu kali, berdiri di ambang pintu untuk menengok keluar. Namun, pandangan langsung beralih ke bawah setelah merasakan kakinya menabrak sesuatu.Apa ini?Tabib Jia menatap lekat buntelan kain hitam yang ada di depan pintu kamarnya. Lagi-lagi kengerian membuatnya menelan ludah.Perempuan itu kembali menengok keluar, melihat ke kanan dan kiri, kalau-kalau tampak bayangan seseorang yang mungkin meninggalkan buntelan hitam itu. Namun, tetap tak ada.Tabib Jia membungkuk dan menyipitkan mata demi melihat secarik kertas kecil yang ada di atas buntelan tersebut. Dengan ragu-ragu dia memungutnya."Hadiah dariku untukmu?" Dahi Tabib Jia berkerut ketika membaca karakter yang tertulis pada kertas. Perlahan kerutan di keningnya memudar dan seulas senyum tipis terkembang.Mungkinkah ini dari Yang
"Mengerikan! Bulu kudukku langsung berdiri saat pintu terbuka. Aku melihat kepala Yang Zhi di atas tempat tidur, di atas kain hitam. Kondisinya ...." Seorang penjaga menggelengkan kepala seolah tak sanggup untuk melanjutkan ceritanya.Terang saja hal itu membuat para penjaga lainnya yang telah duduk bergeming mendengarkan ceritanya turut begidik ngeri. Namun semua sudah kepalang tanggung, mereka telah mendengar bagian dari cerita itu dan sudah sangat ingin mendengarkan kelanjutannya hingga tuntas. Oleh sebab itu, mereka pun mendesak dengan kompak. "Bagaimana kondisinya?""Bayangkan, mata Yang Zhi berwarna merah, menyembul seperti mau keluar. Selain itu, mulutnya juga terbuka seperti sedang mengeluarkan suara yang sangat kesakitan sebelum tewas. Belum lagi kalau kalian mencium bau anyir darah dari lehernya yang terbebas itu. Sungguh .... Jika Tabib Jia yang biasa menangani orang sekarat karena terluka saja sampai tak sadarkan diri, jelas sudah seberapa mengenaskan mayat Yang Zhi."Heni
Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe
Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m
Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-
Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya
Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S
"Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k
Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung
Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d
Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b