Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Naga / Sepuluh Ribu Keping Emas

Share

Sepuluh Ribu Keping Emas

Penulis: Moore
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pangeran Kamandanu menoleh ke bangku penonton dan melihat begitu banyak pendekar dari berbagai sekte dan perguruan berkumpul di satu tempat.

Menurut perkiraan Asoka dan Bayu, kurang lebih ada delapan ribu pendekar di arena. Seluruhnya berasal dari berbagai sekte aliran putih dan netral. Terhitung ada belasan orang perwakilan aliran hitam, namun keberadaan mereka seolah tidak dianggap ada.

Abah Suradira tersenyum melihat antusiasme para pendekar, terutama saat Empu Ganda Wirakerti datang bersama Datuk Lembu Sora menunggangi bangau putih raksasa.

“Sebentar, jangan turun dulu!” Datuk Lembu Sora merasakan kehadiran seseorang yang selalu terngiang di pikirannya. “Jangan katakan orang di ujung podium istimewa itu Yung Chen!”

“Aku juga tidak yakin, tapi aura kekuatannya yang unik mengingatkanku pada kejadian 60 tahun silam.” Empu Ganda Wirakerti meminta bangau putih itu turun tepat di tengah lapangan.

“Bukankah it

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Naga   Kandidat Juara

    “Bukankah hadiahnya begitu menarik? Sekarang tunjukkan kemampuan terbaik kalian dalam turnamen ini. Tahun lalu hadiahnya hanya untuk peserta yang bisa tembus babak semifinal, namun tahun ini, 16 orang terpilih akan menerimanya. Kesempatan kalian empat kali lipat lebih besar.”Abah Suradira kembali duduk dan pertandingan dipandu oleh Empu Nara bersama Ki Mangun Tapari.Banitura memimpin pasukan pengaman di bagian laki-laki, sementara Rara ditugaskan mengawasi bangku perempuan jika saja ada peserta yang bertengkar di bangku penonton. Semua pendekar lencana giok disebar di seluruh penjuru.Hari ini adalah babak penyisihan.Setiap peserta akan dipertandingkan satu sama lain. Dari total sembilan ribu penonton, dua ribu di antaranya merupakan peserta resmi yang didaftarkan langsung dari perguruan dan sekte-sekte yang namanya sudah diakui oleh Ikatan Pendekar Nusantara, sementara sisanya, merupakan peserta seorangan yang baru mendaftar di hari H turn

  • Pendekar Pedang Naga   Fraksi Paling Mengerikan

    “Ketua Suradira tidak salah mendaftarkan Asoka dalam Turnamen Neraka Bumi? Jika dia ikut, akan terjadi pembantaian besar di atas arena, bukan lagi pertandingan satu lawan satu. Mereka semua tidak cocok berduel dengan Asoka.”Eyang Abimanyu baru saja datang setelah menyelesaikan urusan penting di Kastil Menara Cakra, dia tahu seberapa mengerikannya kekuatan Asoka yang bisa mementalkan lima pendekar naga hanya dengan satu auman.“Jika dipikir lagi, memang terlalu berbahaya, terlebih jika Iblis Yasa yang ada di dalam tubuhnya tiba-tiba bangkit.” Abah Suradira coba menghela nafas, tapi tidak jadi karena harus berdiri untuk menyambut utusan pendekar dari Segoro Kidul.Semua peserta maupun tamu undangan berharap Pangeran Kundalini hadir di tengah-tengah mereka, tapi sepertinya harapan itu tidak terwujud begitu mereka melihat Pangeran Ananta masuk melalui gerbang utama.“Aku mohon maaf atas keterlambatanku. Ada masalah kecil yang me

  • Pendekar Pedang Naga   Fraksi Paling Mengerikan 2

    Asoka berdiri di antara Yu Han dan Kilat Merah seolah menantang mereka beradu, siapa yang akan bertahan paling lama di dalam lingkaran. Ki Damawangsa memanggil beberapa nama lagi, hingga tibalah dua nama terakhir yang kehadirannya ditunggu semua tamu istimewa.“Aku sekarang tahu kenapa fraksi ini disebut fraksi paling mengerikan di antara semua fraksi babak penyisihan. Hampir semua anggota fraksi merupakan pendekar muda yang sudah memiliki nama besar di Nusantara.” Ki Damawangsa diam sejenak hingga berdiri lah dua orang lelaki kembar berambut ikal sebahu.Penonton kembali riuh.Dua orang dengan pakaian bangsawan menuruni tangga podium, mata mereka merah menyala seolah tahu mereka sedang berhadapan dengan tiga kandidat terkuat Turnamen Neraka Bumi.“Lihatlah pakaian lukis naga emas itu … aku yakin mereka berasal dari Kuil Pendeta Langit.” Kilat Merah berbisik pada Asoka ketika menyadari simbol merah kecil di punggung tangan d

  • Pendekar Pedang Naga   Haki Raja

    Prabu Wusanggeni bersiap dengan kuda-kuda menyerang, dibantu tenaga dalam Pangeran Kamandanu agar daya hancur Jagat Kamatura meningkat dua kali lipat.Kelima pendekar yang tersisa tetap berdiri kokoh seraya memasang kuda-kuda bertahan. Jurus api milik Ki Mangun Tapari cukup membuat mereka kelelahan dan berkeringat, apalagi hawa panas dari aura pertahanan Yu Han menambah siksaan pedih para peserta.Yung Chen sengaja menyuruh Yu Han mengeluarkan aura panas itu untuk memperlemah baris pertahanan saingannya di babak penyisihan, hal itu tidak lain agar dia bisa lolos ke babak selanjutnya seorang diri.“Sialan kau! Jangan harap apimu bisa memperlemah kekuatan bertahanku!” Asoka memaki Yu Han, dia membalas hawa api lelaki ikat kepala merah itu dengan aura kematian iblis Yasa.“Lakukan saja jika kau ingin menantangku!” Yu Han berkata lantang, dia tidak takut pada siapapun, termasuk Asoka yang digadang-gadang memiliki kekuatan terkuat dan e

  • Pendekar Pedang Naga   Penyusup Elang Hitam

    Turnamen hari ini telah selesai. Babak penyisihan pertama ditutup, menyisakan 123 peserta yang lolos ke babak selanjutnya. Lima sisanya sudah mengamankan kursi di babak enam belas besar nanti. “Kau harusnya bersyukur bisa langsung lolos ke babak 16 besar!” Bayu memukul kepala belakang Asoka saat mereka berjalan menuju Asrama Api Merah. Reksa Aluna, Opang, dan Wedara Pringgandani menyambut mereka dengan santapan mewah, satu ayam kalkun utuh dipadu berbagai jenis kopi dan teh hitam. Mereka berpesta untuk sementara waktu, merayakan keberhasilan Asoka dan Bayu yang telah melewati babak penyisihan tahap pertama. Asoka masih merenung, dia masih bertanya-tanya siapa dua sosok kembar yang berjuluk Rajo Tikam. Empat orang pasukan Elang Hitam yang menyamar jadi peserta turnamen beristirahat di asrama yang sama. Mereka menyatukan kekuatan agar bisa mengetahui di mana letak asrama api naga yang menyimpan sumber kekuatan iblis Seraphic. Rafsanjani selaku t

  • Pendekar Pedang Naga   Ciuman Pertama

    Bayu memalingkan mata tapi tidak menemukan Asoka di bangku penonton. Bertanya pada Reksa Aluna hasilnya juga sama, mereka tidak tahu di mana Asoka berada, padahal pertandingan babak 32 besar sebentar lagi dimulai.Sejak pagi Asoka menghilang dari perguruan, murid lencana giok yang berjaga di gerbang depan mengatakan kalau pemuda itu sedang dilanda kejemuan, lantas pergi menyusuri padang rumput.Banitura tidak mengizinkan Bayu keluar dengan alasan, pertandingan babak 32 besar dilaksanakan 15 menit lagi, terlebih Bayu adalah peserta pertama yang akan bertanding.“Asoka aman di luar sana, tenang saja … kita tunggu sampai matahari terbenam, jika dia tak kunjung kembali, kita bertiga yang akan mencarinya di tengah padang rumput.” Banitura meyakinkan Bayu bahwa sahabatnya tidak apa-apa.“Untuk sementara waktu, fokuslah pada pertandingan. Lawanmu merupakan murid unggulan dari Gereja Merak Timur, salah satu pengguna elemen angin terkuat d

  • Pendekar Pedang Naga   Penantian

    Pertemuan Asoka dan Ratih menyisakan bekas mendalam. Ratih merasa sangat berterima kasih dengan kehadiran Asoka, tanpa pemuda itu, Ratih mungkin sudah mati karena paru-parunya penuh dengan air.“Apa yang dilakukan Perguruan Elang Hitam di sini?” tanya Asoka seraya menyalakan kayu bakar. Dia kasihan melihat Ratih yang terlampau lesu dengan bibir pucat. Usai mencari ayam hutan, dia lantas membakarnya agar perut Ratih terisi.Ratih sendiri tidak enak dengan Asoka, dia kira Asoka merupakan lelaki jahat yang ingin menjadikan tubuhnya sebagai pemuas nafsu … tapi nyatanya tidak. Asoka bertingkah baik, bahkan jauh lebih baik dari semua orang baik di Perguruan Elang Hitam.“Kami mengikuti turnamen ini, setidaknya ada empat wakil yang dikirim langsung oleh Ayahanda.” Ratih menjawab dengan tatapan sayu.“Ayahanda maksudmu?”Ratih sebenarnya ragu untuk mengungkap rahasianya, tapi dia tahu Asoka bukan tipikal orang jah

  • Pendekar Pedang Naga   Kilat Merah Beraksi

    Turnamen Neraka Bumi memasuki hari ketiga, para peserta berbondong menyaksikan babak 32 besar yang akan dilaksanakan hari ini. Beberapa yang meraih nilai tertinggi di babak penyisihan kedua, langsung dicantumkan namanya di babak 16 besar.Ratusan pendekar protes akan hal tersebut, tapi ribuan lainnya menerima dengan senang hati karena mereka tahu, sembilan pendekar yang meraih nilai tertinggi merupakan pendekar dengan kanuragan tak tertandingi, lebih-lebih mereka sepakat kesembilannya sama-sama memiliki peluang yang sama untuk menjuarai turnamen.Tentu kursi delapan besar menjadi kursi panas karena delapan peserta yang lolos di babak itu berhak mendapat hadiah minimal 200 keping emas ditambah satu paket lengkap rempah penguat tulang.“Padepokan kita memang termasuk baru di antara perguruan dan sekte-sekte besar lain yang ikut turnamen ini, tapi kita tidak boleh ragu, kita adalah perguruan yang pernah memenangkan Turnamen Tapak Iblis dua kali berturut-turut

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Naga   229. Gubuk Megah

    Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“

  • Pendekar Pedang Naga   228. Alas Lali Jiwo

    “Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi

  • Pendekar Pedang Naga   227. Berada di Alam Siluman

    Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd

  • Pendekar Pedang Naga   226. Siluman Aneh!

    Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m

  • Pendekar Pedang Naga   225. Jebakan

    Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da

  • Pendekar Pedang Naga   224. Akhir Dari Pertarungan

    Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon

  • Pendekar Pedang Naga   223. Asoka vs Raja Musang 3

    Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s

  • Pendekar Pedang Naga   222. Asoka vs Raja Musang 2

    Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me

  • Pendekar Pedang Naga   221. Asoka vs Raja Musang

    Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As

DMCA.com Protection Status