Share

Asoka vs Suryo 2

Penulis: Moore
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kembali, Asoka melesat dengan Ajian Sepuh Angin, ke belakang tubuh Suryo, lalu menekan arteri nada, tempat aliran energi utama manusia yang letaknya di sekitar leher kiri bawah.

Barok yang tidak tahan, segera lari menghampiri Suryo. Dia tidak peduli walau Asoka menatapnya sangat tajam.

“Harus berapa kali aku memperingatkanmu, Barok, tidak boleh ada yang ikut campur dalam pertarungan ini!” Dari tangan Asoka, keluar bola-bola api. Dia geram, siap menyerang Barok dan Suryo bersamaan.

“Sekali ini saja, aku mohon!” Barok hampir saja sujud jika Raden Kusuma tidak meneriakinya dari jauh.

“Kau menang telak setelah berhasil mematikan aliran kanuragan Suryo. Pertandingan ini, merupakan ajang pembuktian siapa yang terkuat. Kau berbuat curang. Teknik totok jarimu sama sekali tidak diketahui murid padepokan.”

“Lalu kenapa? Ada masalah dengan teknikku?”

“Harusnya kau tahu, kita sebagai pendekar medis,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Naga   Asoka vs Suryo 3

    Srat!Sring!Hunusan pedang Suryo hampir saja memotong tangan Asoka kalau dia tidak fokus. “Bahkan kalian yang belum sampai tingkat pendekar kahyangan saja bisa tahu ke mana pria jelek ini akan menyerang.”Semua murid mengangguk.Barok mengiyakan pernyataan Asoka. Diam-diam, dari kejauhan, pemuda itu mempelajari gerakan Asoka dalam menghindar, lalu menjabarkannya pada murid-murid padepokan lainnya.Memang, melihat pertarungan dari sudut pandang penonton, terasa lebih luwes dari pada harus bertarung di dalam arena. Kesemua murid diminta memperhatikan gerakan Asoka dari jarak aman.Raden Kusuma menyunggingkan senyum puas kala mengetahui semua muridnya fokus, mengamati bagaimana gerakan kaki dan tangan Asoka saat menghindar.“Sudah, cuma itu kekuatanmu?” tanya Asoka.Suryo kewalahan.Tenaganya terus terkuras. Dia merasa dipermainkan oleh seorang bocah. “Jangan hanya berani menghindar, Bocah! La

  • Pendekar Pedang Naga   Hasil Akhir

    Dalam dunia pendekar, ada empat tingkat kekuatan api. Yang terkuat adalah api hitam, sangat susah untuk dilawan ataupun dipadamkan. Dua ada api biru, kemudian merah, dan terakhir api oranye atau api biasa.Sedangkan api kuning ada di tingkatan kedua tertinggi setelah api hitam.Sebenarnya ada satu tingkatan api lagi, dan itu hanya dimiliki oleh anak dalam ramalan yang mewarisi kekuatan Bunar Kumbara tiap 400 tahun sekali.Pertarungan ini sebenarnya tidak perlu, karena sudah jelas, siapa yang keluar sebagai pemenang.Tapi mungkin, Asoka punya niat lain dia mau menuruti ego Suryo. Entah sekedar mengajari murid-murid padepokan, atau bahkan praktek langsung dasar-dasar persilatan yang selama ini hanya diajarkan secara teori.“Sebaiknya aku hentikan pertarungan ini. Asoka tidak boleh dibiarkan mengamuk. Jika amarahnya terpancing, aku bisa pastikan Suryo tumbang di tangan Asoka. Minimal kalau dia tidak mati, dia menderita luka bakar yang sangat par

  • Pendekar Pedang Naga   Perkembangan Ritual Fahma

    “Cu-cukup... tidak perlu sampai seperti ini. Bangun, Paman. Aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Semua keributan sudah selesai. Bangunlah, tolong...”Asoka meraih bahu Suryo dan mengangkatnya. Sekalipun Suryo berusaha untuk tetap bersimpuh, dia kalah tenaga dengan Asoka. Keduanya saling bersalaman dan membalas senyuman.Ki Langkir Pamanang dan Raden Kusuma hanya bisa saling pandang. Kepercayaan mereka pada Asoka semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Meskipun kadang ceroboh, tapi Asoka memiliki hati yang suci.Keesokan harinya, latihan kembali digelar. Asoka menyuruh seluruh murid padepokan untuk bersantai hingga matahari sudah berada di atas kepala.Begitu terik, Asoka menyuruh mereka berbaris seperti kemarin tanpa memberitahu alasan dan manfaat dari latihan ini. Tapi sekarang, 30 menit lamanya berdiri, tidak satupun dari mereka ada yang pingsan.Setelah beristirahat, latihan kembali dilanjutkan sore harinya. Asoka diberikan ma

  • Pendekar Pedang Naga   Ramalan Gatra

    Asoka berbalik arah. Dia melihat ada dua orang murid sedang bercanda satu sama lain. Eskpresinya berubah, dia agak jengkel melihat tingkah dua murid muda itu, padahal dia sendiri juga masih muda.“Apa yang kalian bicarakan? Jangan bilang, kalian membicarakan diriku yang suka buat onar, suka mencari gara-gara dengan para tetua lain? Jawab, apa yang kalian bicarakan!?” Asoka tiba-tiba berada di belakang mereka.“Ti-tidak, Gu-”Ctak!Ctak!Dua pukulan mendarat hingga memunculkan benjolan kecil di kepala belakang dua murid muda itu. Tidak ada yang bersuara atau protes, mereka menerimanya, terpaksa, dengan lapang dada.Asoka berjalan menuju gubuk. Sementara di belakang, kepala dua murid tadi mengikutinya.“Apa kubilang, dia pemuda semprul. Kalian kalau ikut semprul dan tidak serius, jadinya gitu!” Barok mengingatkan, usai Asoka masuk ke dalam gubuk.“Ma-maaf, Kakang Barok, kami tidak tahu se

  • Pendekar Pedang Naga   Takdir Sudah Digariskan

    Mereka terus berbincang, hingga akhirnya, Asoka memasang wajah cerah, pertanda dia paham penjelasan gurunya. Dia baru paham setelah Gatra empat kali mengulang penjelasan.“Membahas tiga sahabatku tadi, mungkin ada kaitannya dengan misi Ki Seno, mengutusmu ke gunung ini. Dua di antaranya merupakan siluman kelelawar, mirip seperti Batara Wasji, penjaga gubuk zamrud hijau Ki Damardjati Sunandar.”“Berarti, aku harus melawan mereka untuk membuktikan kekuatanku?”“Lebih tepatnya, agar Ikatan Pendekar Nusantara tahu, seberapa pantasnya kau menyandang gelar sebagai penerus mustika merah. Tapi, tenang saja, Soka, kemajuanmu cukup pesat, terutama dari sisi pemahaman. Biasanya aku harus mengulang sampai delapan kali. Ini baru mengulang penjelasan tiga kali saja, kau sudah paham.”“Hihihi...”Asoka memejamkan mata usai mengetahui ke mana tujuan akhir dari latihan awal yang diberikan Ki Seno Aji. Dia tidak mencer

  • Pendekar Pedang Naga   Murid Nakal

    “Selamat pagi, Tetua Muda,” ucap Barok yang sudah tersenyum tipis di depan pintu.“Oooo... bakul daun bawang, hanggu orang tidur saja!?” Asoka membuka pintu dengan mata masih banyak belek. Dia menyuruh Barok masuk, lalu pamit menuju kamar mandi lebih dulu untuk menyuci muka.Barok hanya bisa tertawa pelan.Kalau dihitung-hitung, ada belasan, bahkan puluhan julukan yang disematkan Asoka pada dirinya. Dicatat mungkin bisa jadi nama-nama unik yang menjengkelkan!Asoka keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih cerah. “Malam tadi aku sangat suntuk, Barok. Entah kenapa, aku mengalami mimpi buruk sampai tiga kali. Mimpi yang sama, dan berulang-ulang. Tapi, anehnya, mimpi itu terasa nyata, sampai aku juga merasakan rasa sakitnya.”“Wah itu pertanda...”“Ehh, pertanda apa? Maksudmu bagaimana?” Tanya Asoka sambil mengernyitkan dahinya.“Pertanda kalau jodohmu sudah dekat.”

  • Pendekar Pedang Naga   Tekad Fahma

    Seluruh murid padepokan Ajisaka dikumpulkan di depan aula. Wajah mereka meringis, gemertak gigi mengiringi kumpul pagi kala itu. Beberapa, bahkan gemetar karena nada bicara Raden Kusuma makin meninggi dan meninggi.“Di mana kalian sembunyikan Asoka dan Barok?” tanya Raden Kusuma, urat lehernya mulai muncul.“Ti-tidak tahu, Raden, kami semalam tidur di asrama. Barok pun sama, dia tidur di sebelahku. Tapi, saat aku bangun, Barok tidak ada di baris tidurnya.” Suryo menunduk, mengaku pelan atas apa yang terjadi.“Bohong kamu, Suryo!? Tidak mungkin kepergian Barok tidak diketahui murid-murid lain padepokan. Pasti, ada satu, atau dua orang, yang sengaja menyembunyikan berita ini. Sekarang, aku beri kau peringatan yang kedua. Sekali lagi kau melanggar, aku tidak segan mendepakmu dari padepokan!?”“Ampun, Guru, aku memang tidak tahu ke mana Barok pergi. Aku berani bersumpah, bahkan jika diminta melakukan sumpah pocong, ak

  • Pendekar Pedang Naga   Suara Misterius di Tengah Hutan

    Langit perlahan gelap, padahal ini masih pukul dua siang.Asoka dan Barok sudah berjalan, lama sekali, tanpa sekalipun beristirahat. Mereka terus menyusuri hutan, melewati lembah, sungai, dan tebing-tebing curam.Tidak ada bekal makanan yang tersisa, Asoka telah melahapnya semua. Barok, yang juga lapar dan dahaga, sampai harus mengalah dan hanya memakan satu biji jagung karena jagung-jagung yang lain disikat habis Asoka.“Perut karet. Sudah makan tujuh jagung, masih mengeluh lapar!” Barok mengumpat ketika Asoka mengutarakan keinginannya, ingin beristirahat.Ketika hari mulai senja, mereka berdua tiba di sebuah air terjun besar. Airnya sangat jernih. Asoka memutuskan untuk bermalam di dekat sana karena di sekitar air terjun pasti banyak hasil alam. Tak hanya itu, beberapa hewan hutan pasti datang ke sini untuk mencari minum.Asoka bisa menangkapnya dan memberi Barok makan dari daging hewan-hewan tadi.“Sepertinya kau belum p

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Naga   229. Gubuk Megah

    Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“

  • Pendekar Pedang Naga   228. Alas Lali Jiwo

    “Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi

  • Pendekar Pedang Naga   227. Berada di Alam Siluman

    Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd

  • Pendekar Pedang Naga   226. Siluman Aneh!

    Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m

  • Pendekar Pedang Naga   225. Jebakan

    Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da

  • Pendekar Pedang Naga   224. Akhir Dari Pertarungan

    Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon

  • Pendekar Pedang Naga   223. Asoka vs Raja Musang 3

    Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s

  • Pendekar Pedang Naga   222. Asoka vs Raja Musang 2

    Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me

  • Pendekar Pedang Naga   221. Asoka vs Raja Musang

    Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As

DMCA.com Protection Status