Suho menahan serangan Aeshin dengan mengorbankan nyawanya sendiri. Anata yang melihatnya terlampau syok berat. Ia berteriak begitu beras dan mencoba untuk menghampiri Suho yang terhempas begitu jauh, hingga menabrak batang pohon saat serangan Aeshin mengenai dirinya. Ia juga sudah tak peduli dengan luka dan rasa sakit yang ia alami saat bertempur melawan Johyuk tadi."Suho~ah, bangun!! Suho!!" tangis Anata seraya menggoyang-goyangkan tubuh Suho yang terkapar tak sadarkan diri.Dalam tubuh Suho, Asahi dapat merasakan perasaan Suho yang sebenarnya selama ini. Sejak mengenal Anata semasa kecil, Suho sudah menganggap Anata sebagai adiknya, bahkan saudara kandungnya sendiri. Ia sangat menyayangi Anata seperti ia menyayangi kedua orang tuanya.Bayangan persahabatan Suho dengan Anata semasa kecil hingga dewasa pun bermunculan dalam benak Asahi, hingga ada satu kenangan yang membuat Asahi sangat terkejut melihatnya.Kenapa ada bayangan diriku? Batin Asahi.Bayangan itu adalah bayangan saat As
"Kenapa kau diam saja, Yeri~ah? Apa kau tak merindukanku?" tanya Lee Gon kembali.Ahn Yeri tertegun. Ia menatap wajah Lee Gon di masa lalu dengan mata sendunya. Entah kenapa, rasanya hati ini begitu sakit saat melihat wajah Lee Gon di masa lalu, yang tengah memandanginya begitu dalam dan penuh akan cinta."Kalau begitu, kami pergi dulu. Kami akan memberikan ruang dan waktu untuk kalian berbicara berdua saja. Ayo, semuanya kita pergi."Setelah Birek dan teman-temannya pergi, Ahn Yeri dan Lee Gon terlihat hanya saling berdiam diri. Tanpa suara dan berbicara sama sekali. Benar-benar sunyi."Yeri~ah, selama ini aku sudah berusaha mencarimu. Aku pergi ke Hanyang hanya untuk mencarimu dan menjemputmu untuk membawamu pulang," ujar Lee Gon membuka suara begitu Birek dan yang lainnya pergi."Kenapa kau baru mencariku sekarang, Gon~ah? Apa kau tidak tahu kehidupanku selama ini bagaimana di sini?" ujar Yeri dengan nada tinggi, dan dengan dada yang mulai naik-turun menahan rasa emosinya yang memb
Setelah pertemuannya kembali setelah belasan tahun lamanya tak berjumpa, kini Lee Gon di masa lalu menjanjikan bahwa dirinya akan menikahi Ahn Yeri yang merupakan cinta pertamanya. Setelah mengantar Yeri sampai di kediaman tempat Gisaeng, Lee Gon di masa lalu berpelukan kembali dengan sang pujaan hati seperti tak ingin berpisah dengannya."Ada apa, Gon~ah?"Yeri membalas pelukan hangat Lee Gon. Ia dapat merasakan kalau rasa sayang dan cinta yang di miliki oleh Lee Gon untuknya begitu dalam dan juga besar."Tunggu aku, yah? Kau jangan ke mana-mana dan tunggulah aku di sini.""Mmhh, aku akan menunggumu, Gon~ah."Lee Gon melepaskan pelukannya kemudian pergi dengan melepaskan genggaman tangannya secara perlahan. Setelah berpisah dengan Lee Gon di masa lalu, Yeri kembali masuk ke dalam rumah hiburan tempat para Gisaeng bekerja. Di dalam kamarnya, Yeri kembali tersadar kalau dirinya bukanlah Ahn Yeri yang sebenarnya, dia hanya terjebak di dalam tubuh gadis yang sangat ia cintai di masa lalu
Kekuatan Aeshin benar-benar menghancurkan pertahanan diri Ahn Yeri yang hanya seorang manusia biasa. Kecintaannya yang begitu besar untuk Lee Go, mengharuskannya untuk menyelamatkan jiwa sang kekasih hingga ia mengorbankan nyawa dirinya sendiri sampai maut datang menghampirinya.Hanya sekali tebasan dari cakaran maut kuku-kuku Aeshin yang panjang, membuatnya tewas seketika. Melihat Ahn Yeri tewas terbunuh, jiwa Lee Gon yang berada di dalam tubuh Yeri keluar begitu saja, dan kembali masuk pada raga Lee Gon di masa lalu."Yeri~ah!!"Lee Gon berteriak memanggil nama kekasihnya berulang-ulang kali hingga suaranya hampir terputus. Melihat penderitaan Lee Gon, Aeshin tertawa begitu puas, hingga ia pergi dengan kebahagiaan kemudian hilang entah ke mana."Yeri~ah, bangunlah. Bukankah kau berjanji akan menikah denganku, Yeri~ah."Air mata Lee Gon menetes dan terjatuh di atas tubuh Yeri hingga tubuhnya mengeluarkan sebuah cahaya yang begitu terang."Aku akan selalu mencintaimu, Gon~ah. Di kehi
Setelah percakapannya dengan Han Yuram, Ling Fei memandangi kitab Han Ling Gon dengan seksama. Han Yuram sebelumnya pernah mengatakan sesuatu padanya, bahwa ada 3 lembar kitab Han Ling Gon yang hilang 50 tahun yang lalu.Jika ini kejadian 300 tahun yang lalu, maka lembaran itu pasti masih ada. Selama ini, Ling Fei tidak pernah memeriksa isi dari kitab Han Ling Gon dengan teliti. Namun, karena merasa penasaran 3 lembar apakah yang hilang itu, Ling Fei pun mulai memeriksanya dan mencari tahu sendiri.Saat membuka kitab tersebut, kedua bola mata Ling Fei membelalak saat ia melihat 3 lembar yang dikatakan Yuram hilang, ternyata masih ada di dalam kitab tersebut dengan utuh.Dan, isi dari 3 lembar yang hilang itu adalah tentang Aeshin, kekuatannya, dan para pengikutnya. Bahkan, tentang 11 pendekar yang dibahas oleh Wiggle Azura dan Roc tempo lalu pun, ternyata tertera dengan sangat jelas dalam kitab tersebut."Luar biasa, jadi ini alasannya Yuram yang sangat ingin sekali mencari 3 lembar d
Dalgyal gwishin langsung menyerang Han Yuram serta menyekik lehernya dengan penuh amarah besar, dan juga dendam membara dari arah atas, hingga membuat perlawanan Yuram sedikit goyah dan pertahanan benteng kakinya sedikit terdorong."Aku tak akan pernah membiarkan kau untuk hidup tenang, Yuram!" Dalgyal gwishin kembali menyekik leher Yuram dengan begitu kuat, hingga membuat kedua bola mereka berdua pun memerah."Yuram~ah!"Yeonseok berlari ke arah mereka berdua dengan menggunakan teknik lompatan serigala mengaum. Ia melompat ke arah bahu dalgyal gwishin, kemudian menarik kepalanya dan menjatuhnya ke tanah, seraya memberikan cakaran maut dari kuku-kukunya yang panjang, hingga membuat wajah dalgyal gwishin yang mengenai cakaran Yeonseok memerah dan juga menyala.Dalgyal gwishin pun tak menyerah begitu saja. Ia membalikkan tubuh Yeonseok ke dasar tanah dan menyeretnya bagaikan bangkai binatang. Namun, Yeonseok mempertahankan tubuhnya agar tak terseret begitu jauh dengan kuku-kukunya yang
"Apa maksud dari perkataanmu, Ling Fei?"Lee Gon menatap wajah saudaranya itu dengan bingung. Apa lagi maksud dari perkataannya itu? Karena setiap kali Ling Fei membicarakan sesuatu hal yang tak ia mengerti dan menurutnya sangat asing, itu akan menjadi hal yang sangat penting di kemudian hari."Bola Kristal Kebersamaan Dewa itu aku pernah mendengarnya dari seseorang yang berada di Lembah Cheonbuldong. Menurutnya, bola kristal itu memiliki suatu energi besar yang bisa menciptakan satu senjata kesatuan baru untuk seorang pendekar yang memilikinya. "Han Yuram menatap wajah Ling Fei dari masa lalu dengan kedua bola matanya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ia paham dan mengerti apa yang dibicarakan oleh saudaranya tersebut. Tapi, ia tak ingin memberitahukan soal ini kepada saudaranya terlebih dahulu.Menurutnya, ini belum waktu tepat. Karena jika waktunya sudah tepat, Ling Fei akan mengerti makna daei Bola Kristal Kebersamaan Dewa yang akan sangat penting di kehidupan 11 pendekar
Setelah perjalanan Ling Fei dalam pencarian bola Kristal Kebersamaan Dewa berakhir, kini Kang taeshin memulai perjalanannya untuk mendapatkan bola kristal miliknya.Dalam perjalanannya kali ini, Kang Taeshin tetap menjadi dirinya sendiri. Namun, ada sedikit yang berbeda dari dirinya. Taeshin terlihat lebih muda dan ia seperti berada di kerajaan Dewa Langit."Kerajaan Dewa Langit? Kenapa aku bisa ada di sini? Apa jangan-jangan, aku berada di moment saat . . . ""Taeshin~ah!!" teriak seseorang hingga membuat Taeshin langsung menoleh ke belakang begitu namanya dipanggil."Dewa 3 api??" seru Taeshin yang tampak begitu terkejut saat ia melihat wajah seseorang yang sangat tak asing untuk ia lihat.Dewa 3 api tersenyum lebar saat melihat Taeshin datang mengunjungi dirinya di Kerajaan Langit. Sudah lama sekali Taeshin tak melihat wajah Dewa 3 api setelah sekian lamanya.Dewa 3 api, dia adalah Shin Myeon, Dewa yang memiliki kekuatan terbesar di Kerajaan Langit. Tanpa izin dan restu dari Dewa 3
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah
"Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya
Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah
Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa
"Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F
Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj