Setelah mendengar cerita masa lalu Asahi yang berkaitan erat dengan Kang Taeshin dari Ling Fei dan juga Lee Gon, Bai Lu semakin yakin kalau kekuatan yang ada pada tubuhnya itu masih belum banyak diketahui oleh semua orang.Kekuatannya memang berbeda, dia hampir setara dengan kekuatan seorang Dewa. Belum lagi, saat dirinya dan Taeshin berjuang bersama-sama untuk mengalahkan Shin Yeongdo, Bai Lu sempat merasakan energi yang begitu kuat dan begitu besar ada di dalam diri Taeshin.Merasa terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, Bai Lu memutuskan untuk mandi di sungai Nim yang tak jauh dari sebuah gubuk tempat di mana teman-temannya beristirahat.Semua teman-temannya sudah tidur, tapi Bai Lu tidak bisa tidur sama sekali. Dengan ditemani cahaya rembulan bulan purnama, ia menghabiskan malamnya dengan mandi di sungai Nim.Namun, begitu ia sedang mandi, tiba-tiba saja bahu kirinya yang terdapat sebuah tatto dengan huruf Tagalog, terasa perih dan juga ngilu. Rasa sakit yang ia rasakan membuat ta
"Lalu, bagaimana? Apa Lee Imhwan membantumu mencari tahu tentang siapa yang telah membunuh kedua orang tuamu?" tanya Bai Lu yang semakin tertarik dengan kisah masa lalu Taeshin."Awalnya membantu. Namun, lama-lama mereka hanya memanfaatkan kekuatan dan kelebihanku, hingga akhirnya mereka melupakan apa yang akan mereka lakukan jika aku mau bergabung dengan pasukan Ordio."Taeshin menghela napas panjang. Awalnya, ia memang ragu untuk menceritakan kisah hidupnya kepada Bai Lu. Apalagi, selama ini ia belum pernah menceritakan kisahnya kepada siapapun. Tapi, entah kenapa Taeshin berubah pikiran dan mau menceritakan kisah masa lalunya yang rumit kepadanya. Apa karena mereka pernah berjuang bersama untuk mengalahkan Shin Yeongdo tempo lalu?"Bolehkah aku tahu penebusan dosa apa yang kau lakukan saat ini?" tanya Bai Lu kembali."Itu . . . ""Hey, sedang apa kalian berdua di sini?"Taeshin dan Bai Lu langsung menoleh ke arah Lee Gon yang tiba-tiba saja datang menghampiri mereka berdua di tepi
"Baiklah, aku menerima tantanganmu, Choi Yeon!"Kang Taeshin dan Lee Gon akhirnya menerima tantangan yang Choi Yeon berikan kepada mereka berdua. Karena jika sampai mereka tak menerima tantangannya, mereka merasa sudah gagal menjadi seorang pria. Karena ini merupakan tantangan sesama pria dan mempertaruhkan harga diri mereka."Ingat, bawa pisangnya sebanyak mungkin!" kata Choi Yeon kembali menambahi sambil tersenyum jahil.Mereka bertiga terlihat tengah bersiap-siap dengan Choi Rim sebagai jurinya. Begitu mendapat aba-aba dan sebuah kode dengan Choi Rim yang mengacungkan pedang 3 kerbau miliknya tinggi-tinggi, Choi Yeon, Kang Taeshin dan juga Lee Gon langsung melesat pergi dengan begitu cepat, hingga angin yang berhembus kencang, membuat Bai Ly dan juga Choi Rim terbatuk saat kebulan yang membentuk asap dari tanah, masuk ke dalam kerongkongannya."Mari, kita menunggu mereka bertiga di jalan utama sungai Nim."Bai Lu menganggukkan kepalanya dan mengikuti Choi Rim dari belakang. Sementa
Hutan yang dikatakan Yeongwan mirip hutan ilusi ini memang sangatlah aneh. Suasananya yang benar-benar terlihat sunyi, gelap, lembab, dan udaranya yang terasa dingin, membuat siapa pun yang masuk ke dalam hutan tersebut akan merasakan suasana yang mencekam. Karena keadaan di hutan ini terasa sangatlah mistis, penuh kengerian, dan tercium seperti aroma bangkai binatang, darah segar, juga bau busuk dari jenazah yang sudah lama meninggal.Hutan ini juga seperti tak ada tanda-tanda sebuah kehidupan. Benar-benar terasa kosong, hampa, dan tak berpenghuni. Benar-benar sunyi-senyap."Teman-teman, apakah untuk kesekian kalinya kita akan tersesat kembali?" tanya Asahi yang sejak tadi terus memperhatikan ke arah sudut hutan ini berada. Di mana, di sana terlihat sebuah pohon yang dedaunannya itu terlihat kering-kerontang, seperti daun yang hanya ada di musim gugur."Situasinya terlihat seperti hutan ilusi. Apa kita kembali terjebak di hutan ilusi?" Lee Gon menatap ke arah teman-temannya yang terl
"Bagaimana ini? Taeshin, kau memiliki rencana?"Lee Gon yang berada di belakang Taeshin ketika ia sedang sibuk mendorong tubuh-tubuh tengkorak itu dengan menggunakan pedangnya sebagai perisai, mencoba berbicara dengan Taeshin yang sedang melakukan beberapa pukulan dasar dengan kedua tangannya yang cukup mematikan, ke arah tengkorak-tengkorak itu."Aku tidak punya rencana apapun, Lee Gon. Walau terlihat lemah, tapi tubuh-tubuh tengkorak ini begitu kuat.""Lalu apa yang harus kita lalukan, Taeshin? Biasanya, kau selalu memiliki ide briliant!""Jangan mengajakku berbicara Lee Gon. Aku sedang sibuk.""Kau pikir aku tidak sibuk? Tengkorak-tengkorak ini terus bertambah banyak dan membuat kita kewalahan.""Aku sudeh lelah, jangan mengajakku berbicara lagi. Mati kau tengkorak sialan!!"Taeshin yang sudah terlihat sangat kelelahan, mulai menghajar satu persatu tengkorak mematikan yang berusaha mendekatinya itu dan menyerangnya dengan pukulan mautnya. Namun, usahanya selalu berakhir sia-sia saj
Bai Lu memandangi pohon Maple itu dengan mata menyelidik. Beberapa kali ia terlihat mengelilingi pohon tersebut, tapi ia tak tahu bagaimana caranya ia bisa memasuki lintasan pohon Maple itu yang ternyata adalah pohon kematian, di mana banyak mayat yang telah berubah menjadi roh -roh jahat.Bagaimana caranya aku menumbangkan pohon ini? Batin Bai Lu sambil bepikir keras.Sementara Bai Lu berusaha keras untuk memasuki lintasan pohon kematian dan mencari cara agar bisa menumbangkan pohon tersebut, Wiggle Azura datang membawa kabar kepada Taeshin dan yang lainnya."Pendekar Taeshin, naiklah ke atas tubuhku, bantu aku untuk menghancurkan ratusan pasukan tengkorak itu!" ucap Azura yang terbang melayang di atas tubuh Taeshin.Taeshin mengangguk. Ia mencoba menerobos tubuh tengkorak-tengkorak itu hingga terpecah belah, ia pun menaiki tulang kepala ratusan tengkorak yang mencoba menyerangnya, dengan sekali terbang kemudian meloncat ke arah tubuh Wiggle Azura yang telah menunggunya untuk menungg
Roh-roh jahat itu terhempas begitu saja saat Bai Lu mengeluarkan semua energi kuat yang ada di dalam tubuhnya. Satu gerakan andalannya adalah menghunuskan pedang Heyeongsan miliknya ke arah wajah para roh jahat itu. Dengan darah suci level 3 miliknya, ia berhasil mengalahkan beberapa roh jahat itu seorang diri.Begitu roh jahat itu menghilang dan berubah menjadi serpihan abu, pohon Maple yang tadinya berdiri kokoh, membelah menjadi dua bagian hingga membuka sebuah gerbang, di mana gerbang itu merupakan suatu lintasan menuju alam kematian tempat mayat-mayat hidup yang terpenjara di pohon kematian tersebut.Azura, panggilah Dewa Matahari sekarang. Ucap Bai Lu dalam hatinya.Merasa mendapat sebuah radar karena bisa saling memanggil satu sama lainnya dalam hati, Wiggle Azura memberi tanda kepada Dewa Matahari dengan memejamkan matanya. Begitu mendapatkan sebuah tanda, Dewa Matahari pun datang dengan menyinari hutan tengkorak kematian itu dengan cahayanya yang begitu menyilaukan mata.Azur
Hhhh . . . hhh . . .hhhSeseorang terlihat berlari begitu kencang dari kejaran para bandit yang berada di belakangnya. Ia berusaha menghindari para bandit itu, namun mereka terus mengejarnya tanpa lelah."Tangkap dia!!"Salah satu bandit berteriak dan meminta kawanannya yang lain untuk mengejar seorang perempuan yang merasa sudah cukup lelah di kejar terus menerus seperti ini. Berusaha untuk menghindar, perempuan itu malah tak sengaja tersandung sebuah batu hingga membuatnya terjatuh menelungkup."Ampuni aku, jangan bunuh aku!"Perempuan itu terlihat begitu ketakutan. Ia memohon ampun kepada para bandit itu agar tidak membunuhnya. Namun, karena tak kenal kata ampun, salah satu bandit datang menghampirinya dan menarik pakaian perempuan itu dengan kasar hingga ia berdiri."Serahkan giok emas itu, atau kau akan aku bunuh!"Bandit itu mengancamnya dengan menodong leher perempuan itu dengan pedangnya, hingga membuat lehernya sedikit tergores dan mengeluarkan darah."Ampuni aku, akan aku se
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah
"Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya
Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah
Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa
"Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F
Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj