Roh-roh jahat itu terhempas begitu saja saat Bai Lu mengeluarkan semua energi kuat yang ada di dalam tubuhnya. Satu gerakan andalannya adalah menghunuskan pedang Heyeongsan miliknya ke arah wajah para roh jahat itu. Dengan darah suci level 3 miliknya, ia berhasil mengalahkan beberapa roh jahat itu seorang diri.Begitu roh jahat itu menghilang dan berubah menjadi serpihan abu, pohon Maple yang tadinya berdiri kokoh, membelah menjadi dua bagian hingga membuka sebuah gerbang, di mana gerbang itu merupakan suatu lintasan menuju alam kematian tempat mayat-mayat hidup yang terpenjara di pohon kematian tersebut.Azura, panggilah Dewa Matahari sekarang. Ucap Bai Lu dalam hatinya.Merasa mendapat sebuah radar karena bisa saling memanggil satu sama lainnya dalam hati, Wiggle Azura memberi tanda kepada Dewa Matahari dengan memejamkan matanya. Begitu mendapatkan sebuah tanda, Dewa Matahari pun datang dengan menyinari hutan tengkorak kematian itu dengan cahayanya yang begitu menyilaukan mata.Azur
Hhhh . . . hhh . . .hhhSeseorang terlihat berlari begitu kencang dari kejaran para bandit yang berada di belakangnya. Ia berusaha menghindari para bandit itu, namun mereka terus mengejarnya tanpa lelah."Tangkap dia!!"Salah satu bandit berteriak dan meminta kawanannya yang lain untuk mengejar seorang perempuan yang merasa sudah cukup lelah di kejar terus menerus seperti ini. Berusaha untuk menghindar, perempuan itu malah tak sengaja tersandung sebuah batu hingga membuatnya terjatuh menelungkup."Ampuni aku, jangan bunuh aku!"Perempuan itu terlihat begitu ketakutan. Ia memohon ampun kepada para bandit itu agar tidak membunuhnya. Namun, karena tak kenal kata ampun, salah satu bandit datang menghampirinya dan menarik pakaian perempuan itu dengan kasar hingga ia berdiri."Serahkan giok emas itu, atau kau akan aku bunuh!"Bandit itu mengancamnya dengan menodong leher perempuan itu dengan pedangnya, hingga membuat lehernya sedikit tergores dan mengeluarkan darah."Ampuni aku, akan aku se
"Rim~ah!!" teriak Choi Yeon kembali yang terdengar menggelegar, "kembalikan pisangku!""Tidak akan! Dasar kau raja monyet!" Choi Rim menjulurkan lidahnya kepada Choi Yeon kemudian pergi."Ya!! Kakak macam apa kau mencuri pisang adiknya!"Choi Yeon berusaha untuk mengejar kakaknya yang sudah berlari pergi menjauhinya. Namun, karena terlalu fokus mengejar kakaknya, Choi Yeon tidak sadar kalau dirinya sudah menginjak ekor binatang yang ternyata adalah seekor babi liar. Begitu mendengar suara geraman dari babi tersebut, Choi Yeon menoleh ke arah belakang."Ba . . .babi?!!"Choi Yeon kembali berteriak. Mendengar teriakan adiknya, Choi Rim menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah adiknya yang tengah berlari begitu kencang."Ada apa, Yeon?""Ada babi liar mengejar kita! Lari!""Apa? Aishh, kau memang raja monyet yang bodoh!"Choi Yeon dan Choi Rim langsung melesat dan pergi berlari sekencang mungkin untuk menghindari babi liar yang mulai mengejar mereka dengan kecepatan yang luar biasa."
Setelah memutuskan untuk menginap satu malam di penginapan 100 malam, Bai Lu dan yang lainnya mulai memasuki kamar mereka masing-masing. Asahi dan Ling Fei, Bai Lu dengan Choi Rim, sedangkan Yeongwan satu kamar dengan Taeshin, Lee Gon dengan Choi Yeon.Saat memasuki ruang kamar, Bai Lu membuka salah satu jendela kamarnya yang langsung tertuju langsung ke arah halaman belakang dari penginapan tersebut."Bukankah ini aneh?""Aneh bagaimana maksudmu?" tanya Choi Rim tak mengerti."Kemarilah!"Bai Lu meminta Choi Rim untuk datang mendekat ke arahnya dan melihat ke arah luar kamar."Iya, aku pikir juga bangunan ini sangat aneh. Kenapa saat kita melihat ke arah belakang penginapan, pemandangannya langsung tertuju ke arah sungai Nim? Bukankah sungai Nim itu jauh dari penginapan 100 malam? Sungai Nim pun tak seluas itu bukan?"Choi Rim juga merasakan sesuatu yang sangat aneh saat ia menatap ke arah luar dari kamar yang ia tempati bersama Bai Lu."Apa jangan-jangan?" seru Bai Lu dan Choi Rim b
Begitu mendapatkan sebuah tendangan kuda memelintir dengan jurus 10 pukulan harimau, roh jahat yang hendak menyerang Ling Fei itu menghilang dengan begitu cepat."Mahluk macam apa itu?" seru Bai Lu tampak kesal."Ada apa, Yuram?" Ling Fei langsung menghampiri Bai Lu begitu saudaranya itu berdiri setelah menyerang roh jahat dengan jurus baru yang baru saja ia pelajari dengan Lee Gon beberapa hari yang lalu. Di mana, jurus tersebut harusnya sangat ampuh membuat roh jahat itu merasakan rasa sakit.Karena dengan memberikan tendangan kuda memelintir, bagian bawah antara perut hingga bagian kaki roh jahat itu, akan merasakan rasa sakit seperti terbakar api neraka, sedangkan dengan jurus 10 pukulan harimau, jurus itu akan mampu membuat roh jahat itu terombang-ambing bagai diterkam 10 harimau."Tadi, di belakangmu ada roh jahat. Tapi, tiba-tiba saja dia menghilang. Mahluk yang sangat aneh.""Fei~shii, Yuram~shii, kalian tidak apa-apa?" Asahi berlari ke arah Bai Lu dan juga Ling Fei yang tenga
Setelah racun yang berada di dalam tubuh Lee Gon dihisap dan diminum oleh Choi Rim, dengan perlahan Lee Gon mulai membuka matanya dan melihat ke arah sekelilingnya ternyata sudah ada Ling Fei, dan teman-temannya yang tengah mengelilinginya."Gon~ah, bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja, kan?" tanya Ling Fei yang terlihat begitu khawatir dengan keadaan saudaranya itu."Fei~ah, aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara yang terdengar lemah."Gon~ah, aku sangat mencemaskanmu. Syukurlah kau baik-baik saja!" seru Bai Lu yang langsung memeluk saudaranya itu, hingga membuat Lee Gon membalas pelukan Bai Lu dengan erat."Kenapa aku bisa selamat? Bukankah aku terkena racun dari siluman ular itu?" Lee Gon terlihat bingung."Choi Rim noona yang telah menyelamatkanmu, Hyung. Dia telah meminum racun yang ada di dalam tubuhmu."Mendengar jawaban Yeongwan, Lee Gon terlonjak kaget dan langsung beranjak, seraya menatap wajah Choi Rim yang duduk tepat di sebelahnya."Rim~shii? Bagaimana bisa kau me
Bai Lu dan teman-temannya begitu terkejut saat mereka semua melihat gumpalan daging manusia yang menjalar begitu panjang bagaikan sebuah karpet. Belum lagi, tubuh-tubuh manusia yang sudah membusuk dan menjadi bangkai itu, dijadikan seperti sebuah pajangan boneka, dan ada pula sebagian yang menggantung di atap-atap langit seperti jemuran.Ruangan ini benar-benar seperti tempat persembahan jiwa manusia untuk para gumiho yang haus akan kehidupan abadi. Setiap kali para gumiho itu mendapatkan persembahan dan memakan jiwa manusia, maka usianya akan bertambah dan mereka juga akan menjadi mahluk yang sangat kuat dan juga abadi seperti Aeshin."Menjijikan! Apa para gumiho itu benar-benar memakan jiwa para manusia ini?"Lee Gon terlihat sangat kesal. Bagaimana tidak, tubuh-tubuh manusia yang tak berdosa itu dijadikan sebagai suatu persembahan untuk para gumiho. Mereka pasti meninggalkan sahabat dan keluarga dekatnya dengan hati yang memekik pedih. Sungguh kejadian yang sangat ironis."Jadi, p
Setelah menghadapi perdebatan yang cukup panjang, Ling Fei dan Lee Gon yang awalnya menolak dengan keras soal pembagian kelompok, memutuskan untuk tetap bersama dalam satu kelompok. Mereka berdua juga akhirnya mengalah dan menyetujui ide Bai Lu dan juga Choi Rim untuk kembali ke Sungai Nim.Selama di perjalanan kembalinya mereka semua ke sungai Nim, Choi Yeon yang pernah mengalami hal tak menyenangkan dengan Asahi, memutuskan untuk jalan masing-masing dan saling berjauhan. Sementara Yeongwan, ia dan Ling Fei terlihat saling bercengkrama dan memperdekat diri.Berbeda dengan Lee Gon, ia masih saja bertengkar dengan Choi Yeon dan masih saja beradu mulut soal kekuatan yang mereka miliki."Rim~shii, apa kau tahu soal pria bernama Jochen?" tanya Bai Lu saat mereka tengah berjalan bersama."Jochen? Maksudmu, pria yang bisa merubah dirinya menjadi orang lain dan memiliki cambuk Naga 3 api?"Bai Lu terlihat ragu dengan pertanyaannya sendiri. Ia tak yakin jika Jochen yang ia maksud apa sama den
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah
"Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya
Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah
Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa
"Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F
Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj