Sion mengatur langkah, “Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kau menyerangku?!” tanya Sion dengan heran.
“Jangan pura-pura lupa, senyo gelap. Aku tidak akan pernah melupakan kekalahanku waktu itu!!” seru Amon, “Sambut ini!!”
Sion menangkis, Amon bergerak. Kali ini serangan Amon cepat dan tajam. Sion harus mengira-ngira dengan hati-hati, gerakan semakin cepat, Sion terpaksa mengerahkan imdoknya, bergerak cepat. Adu senjata dan udara di sekeliling mereka semakin terasa panas penuh tekanan. Debu bertebaran dan mayat-mayat disekeliling mereka berterbangan menerima hempasan tenaga imdok keduanya. Lalu udara menjadi terasa padat, Sion bergerak cepat menghindar. Bajunya sobek, Amon bergerak juga, dan kali ini perban dilengannya berantakan dan terlepas. Terlihat sebuah lambing seperti bentuk yin dalam lingkaran. Dari ujung matanya Amon melihat kelebat bayangan dan dia merasa jeri sendiri.
Amon menghentikan serangannya dan kemudian memutar tubuhnya, “Lain kali
Limey sekarang memandang ke arah Gillian, matanya membulat. Sesaat agak terkejut dengan permintaan Gillian, tapi kemudian dengan caranya sendiri Limey hanya menjawab dengan tersenyum. Salah satu cara menghadapi lelaki dihadapannya adalah “jangan terlalu serius”.Melihat reaksi Limey yang diam membuat Gillian menjadi tidak sabar, pemuda pimpinan perampok itu terlihat gusar, lantas segera mengejar Limey yang kembali meneruskan jalannya.“Aku serius!” ucap Gillian lagi. Lalu, tangannya segera menghentikan Limey yang masih bergerak maju. Tubuh Limey tertahan.“Siapa yang menganggap anda becanda?” Limey balik menjawab.“Kalau begitu mengapa kau tidak menjawab?” Gillian bertanya kembali.Limey hanya mengedikkan bahu. Sulit sekali membaca perasaan gadis ini, pikir Gillian. Disangkanya bahwa gadis ini mau, tapi dia tidak menunjukkan gejala itu, tapi dianggap menolak pun gadis ini tidak mempelihatkan ekpresi m
“Aku ingat!!” seru Delvi.“Benarkah?”“Iya. Dia bersama kepala perampok tersebut. Berdiri sambil membawa obor. Walau gelap, tapi aku sempat memandangnya, matanya biru kupikir dia bukan manusia tapi siluman hutan….” Kenang Delvi. Dia bisa merasakan sensasi dingin memenuhi tengkuknya ketika melihat gadis itu.Mendengar ucapan Delvi, Sion merasa lega. Itu Limey, pikir Sion. Di dunia ini mungkin hanya gadis itulah satu-satunya yang memiliki warna mata biru. “Itu pasti dia!” seru Sion.“Kau yakin temanmu bukan bagian dari perampok merah?” tanya Delvi heran.“Kenapa temanku harus jadi bagian dari perampok?”“Habis. Kalau penglihatanku tidak salah, orang yang berdiri di dekat gadis mata biru itu berdiri dekat orang yang menyerangku dan Rian. Dia sepertinya salah satu dari mereka.”“Itu pasti Limey. Aku yakin!!” ucap Sion, “Dan d
“Jadi begini rencananya,” ucap Delvi pada Sion, “Aku akan menyamar menjadi seorang putri kaya, dan kau pelayanku. Tapi karena aku tidak menyukaimu, aku akan melarikan diri—lebih tepatnya dibuat seolah-olah melarikan diri. Aku akan masuk ke dalam hutan. Ketika kau sudah sampai pinggiran hutan, bersembunyilah. Intai aku. Aku rasa saat itu aku pasti akan dicegat para perampok karena penampilanku ini.”“Itu rencana yang sembrono. Bagaimana kalau aku telat mengejarmu?”“Aku akan meninggalkan jejak. Kau lihat ini?” Delvi lalu mengeluarkan sebuah botol dari saku pinggangnya.“Apa itu?”Delvi tersenyum lalu menyerahkannya pada Sion. Pemuda itu menerima dengan heran, lalu kemudian membuka tutup botol tersebut. Dari dalam botol menguar bau menyengat. Sion langsung menutup hidungnya.“Bau Apa ini?!” seru Sion terkejut.“Itu bau khusus yang kupesan. Kau bisa melacaknya d
“Perampok licik, kalian sudah mencuri sesuatu yang berharga milikku. Aku kemari hanya untuk mengambilnya kembali!” seru Sion menanggapi ucapan Gillian.“Aku kesini untuk balas dendam kematian temanku!” kali ini Delvi berucap, suaranya berapi-api dan percaya diri. Melihat bagaimana Sion melibas banyak orang hatinya bersorak gembira. kesempatan untuk membasmi para perampok merah terlihat menjanjikan.Mendengar ucapan Sion dan Delvi, Gillian tertawa geli. Baru kali ini dia mendengar ada orang masuk ke dalam sarang perampok guna mengambil barang miliknya. Sehebat apa barang itu sampai pemiliknya berani bertaruh nyawa seperti itu. Atau dihadapannya hanya orang tolol belaka.“Hahahaha, baru kali ini ada yang bernyali hendak mengambil barang yang sudah kurampok. Katakana padaku, barang apa itu sehingga demikian berharga bagimu?” tanya Gillian dengan wajah geli sekaligus gusar.Sion menatapi sekitar, matanya terkunci sebentar p
Sion memacu kudanya cepat-cepat, dan Limey mencengkram surai kuda dengan kuat. Kuda bergerak seperti kesetanan. Rambut Limey berkibar, terasa menusuk pipi Sion yang berada di belakangnya. Namun perasaan Sion membuncah. Melihat Limey kembali menjadi satu kebahagiaan baginya. Sudah sepuluh hari lebih dia luar biasa uring-uringan karena kehilangan Limey, dan kini gadis yang mengungkungi hari-harinya sudah berada di sampingnya, duduk di depannya sambil berupaya bertahan duduk dikuda tanpa pelana.“Kau menjemputku!!” ucap Limey di tengah kuda yang terengah karena berlari.“Ya!!” seru Sion. “Aku pasti akan datang mencarimu!”“Terimakasih!!” ucap Limey dengan kesungguhan hati.“Terimakasih juga…” seru Sion“Untuk apa?” Limey heran.“Karena tetap bertahan hidup!!”Limey menunduk, matanya kali ini berkaca-kaca. Limey telah memiliki seorang teman baik dan
“Kenapa?” tanya Sion heran.“Yah…..aku penasaran saja. Kukira senyo gelap itu berhati dingin—karena dia pembunuh berdarah dingin, tapi ternyata…..” Delvi tersenyum, lalu kemudian menunjukkan jempolnya ke belakang, memberi isyarat pada Limey yang sedang tertidur di belakang, “Kau mencintainya ya?”Sion merasa wajahnya memerah, dia tidak mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu. Seumur hidupnya belum pernah ada yang menanyakan hal tersebut padanya. Sion jadi salah tingkah.“Ya?” tanya Delvi lagi, sekarang dia memandangi wajah Sion. Gadis itu mencoba mencari jawaban dengan reaksi lelaki dihadapannya. Dan sebenarnya bukan hal sulit membaca perasaan pemuda mantan pembunuh itu.“Aku tidak paham kau ngomong apa!?” ucap Sion berusaha menghindar, tangannya kini sibuk melemparkan ranting. wajahnya pun sengaja dialihkan agar Delvi tidak bisa melihat ke dalam mata Sion.“Kau
Kehebohan di pusat Ranah Sembilan sudah di mulai. Dari delapan penjuru bergerombol orang datang dengan membawa beragam panji yang mereka tegakkan di sepanjang perjalanan. Perguruan Matahari membawa panji berwarna kuning dengan lambing matahari besar. Panji berkibar memberi kesan kuat dan perkasa. Di satu sisi lain, muncul rombongan perguruan yang menggunakan baju seragam berwarna biru. Mereka membawa panji bergambar bulan dengan warna bendera biru yang berkibar-kibar. Seolah kedua perguruan tersebut saling mengintimidasi dengan kekuatan mereka.Pada sisi penjuru lain, sekelompok orang dengan baju dan jubah berwarna biru gelap datang. Tidak banyak, hanya sejumlah dua belas orang saja. Salah seorang membawa panji dengan lambang bintang ditengah panji itu. Perguruan Bintang memang terkenal tidak terlalu suka keramaian dan memberi kesan intimidasi. Mereka hanya menugaskan segelintir anggota, namun ketua perguruan mereka ikut hadir di dalam rombongan tersebut.macan p
Bixi menyelinap di antara keriuhan dan keramaian. Matanya awas mencari sesuatu. Lalu ketika dia melihat dua orang sedang berjalan di jalan setapak yang terpisah dari keramaian Bixi menyeringai.Pemuda itu kemudian mengikuti dua orang yang menggunakan pakaian dari perguruan Bangau Biru. Baju mereka memang mencolok. Bixi sempat mengawasi bahwa perguruan yang satu ini luar biasa meriah membawa banyak anggota perguruannya. Jadi, bila ada dua orang yang menghilang, akan membutuhkan waktu ketika mereka menyadari bahwa dua orang itu sudah berganti rupa.Jadi, Bixi menyerang dua anggota dari Bangau biru dan melucuti keduanya. Pakaian, plakat perguruan dia ambil dan segera di bawanya kepenginapan.Bixi mengeluarkan sebuah plakat perguruan Bagau Biru pada Kinan.“Dapat darimana?” tanya Kinan takjub. Itu adalah plakat yang akan menjadi tiket mereka untuk masuk ke dalam ruang pertemuan.“Aku mencurinya,” ucap Bixi, “aku juga sudah
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd