“Kamu ikut makan juga?” tanya Bixi
“Ya. Kenapa?”
“Kau punya uang?”
“Tentu saja punya.” Jawab Kinan.
Bixi tersenyum senang, “Kalau gitu kau traktir aku!” seru Bixi.
“Kamu juga punya uang kan?”
Bixi cemberut, lalu kemudian mendekatkan tubuhnya ke dekat Kinan, “Uangku tinggal sedikit, tadi di pasar aku banyak beli mainan…” lalu kemudian dia kembali lagi duduk, nyengir, “Kau kan teman seperjalananku, jadi enggak masalah kan bayarin aku…”
“Siapa yang jadi teman seperjalananmu!!”
Bixi mengernyitkan keningnya, “Bukannya kamu yang mengikutiku. Kita jadi teman seperjalanan kan?”
Kinan diam, merasa kesal sendiri. Benar juga, ngapain juga dia ngikutin laki-laki ini. Kinan segera menepuk dahinya sendiri, setengah menyesali tindakannya. Bixi melambaikan tangannya, meminta seorang pelayan datang.<
Kinan merasa kesal, tapi tidak dapat membantah.Paginya kedua orang itu pergi ke kota. Amon sudah memberitahukan pada Kinan sebelumnya bahwa di kota seorang saudagar yang kaya membutuhkan pelayan untuk mengawal putrinya menuju kota sebelah. Putrinya hendak menemui tunangannya di kota sebelah, tapi karena jalur perjalanan mereka penuh dengan bahaya, saudagar tersebut menyewa orang-orang tangguh untuk menghadapi para perampok dan pengganggu.Amon meminta bayaran di muka. 20 ribu Zeni. Untuk dua orang. Dia dan Kinan. Lalu besoknya Kinan, Amon dan tiga orang pendekar bayaran lainnya mengawal kereta kuda menuju kota seberang.Kuda mereka menapak perlahan. Amon melemparkan kantong minumnya pada Kinan, dan Kinan menangkapnya lalu meminumnya, dan ketika rombongan tersebut sampai di kaki bukit, segerombol orang menyergap.Semua orang-orang tersebut mengenakan cadar, ilmu silat mereka tidak sembarang. Itu adalah gerombolan perampok merah. Gerombolan yan
Amon menyipit, “ternyata, aku tidak sangka, kupikir ini dusun biasa, ternyata sarang perampok!”“Hahahaha! Tentu saja, apa kau pikir tempat terpencil ini sebuah desa seperti surga!!” kepala desa maju, sekarang mereka semua sudah menunjukkan wujud aslinya. Para perampok merah.“Kalian, perampok yang merampok kami beberapa hari yang lalu?!” tanya Amon.“ya…… awalnya kami tidak tertarik mengejar kalian, tapi pedang yang kamu bawa, itu barang langka. Kami menginginkannya!” seru kepala desa.Amon mengeluarkan pedangnya, lalu memutar-mutar, “ambil sendiri kalau berani!!” seru Amon.Lalu beberapa orang meloncat. Terjadi perkelahian. Amon berhasil membunuh beberapa orang, dan sisanya kesulitan melawan Amon. Sang kepala desa memberi isyarat. Satu orang keluar sambil menjinjing Kinan yang terlelap.“berhenti!” sentak kepala desa, sekarang tangannya mencengkram pisau
kembali pada perjalanan Kinan bersama seorang pemuda bernama Bixi. ditengah kerusuhan di kedai makan, dimana para pendekar menyerangnya. Bixi dengan sigap mengapai Kinan. menangkap pingggan gadis itu, melingkarkannya dan mengepit tubuh gadis itu dalam dekapannya sebelum melompat menerobos atap kedai yang terbuat dari rumbia.Para pendekar putih yang sudah mengepung mereka langsung mengejar keluar kedai. pintu dihantam oleh pedang mereka hingga terburai hancur. setelah berasil berada diluar, para pendekar melompat dengan ilmu meringankan tubuh mereka dan naik ke atap. Bixi yang melihat dirinya dikepung dari segala penjuru malah seolah senang, lalu dengan lagak pamer pamuda misterius itu segera melompat lebih tinggi dari para pengejar dan berlari. melihat Bixi berlari, pendekar pendekar putih tersebut segera mengejar. salah satunya berteriak memberi aba-aba."Kejar orang sesat itu!!!" teriak salah satunya yang diikuti dengan gerakan cepat mengejar Bixi.Tapi usaha
Kinan keluar dari pintu, melihat Bixi yang berdiri menyenderkan tubuh di sisi daun pintu. Segera gadis itu mengambilkan tudung dan menutupkan tubuh Bixi dengannya.“Kau ini lucu, tadi kau suruh aku menyamar, sekarang kau yang terlihat mencolok. Kau tahu kita sedang dikejar oleh para pendekar aliran putih itu bukan?” omel Kinan.“AKu tidak tahu.” Ucap Bixi yang membiarkan Kinan memakaikan jubah dan penutup kepala sehingga tubuhnya terlihat sedikit samar dan tidak mencolok.sekarang Kinan menatap lelaki dihadapannya itu, kedua bola manik mata mereka bertemu. ada kejujuran di dalam mata Bixi yang membuat Kinan heran."Aku tidak suka becanda. kita baru saja lolos dari para pengejar karena kau membuat masalah dengan mereka. sekarang lagi-lagi kau berpura-pura tidak ingat." gerutu KInan."Kenapa aku harus begitu. kenapa aku harus pura-pura tidak ingat?" Bixi memandang kinan dengan mata super serius.“Aku tidak habis p
“Salam—tidak disangka aku bertemu dengan salah satu dewa perguruan langit.” Ucap sesepuh Cie dengan hormat. lelaki tua itu menggerakkan satu tangannya ke depan, dengan sisi tangan lainnya berhimpitan.“Siapa kamu?!” tanya Bixi kesal, tangannya masih terasa kebas. di gerak-gerakkan tangannya untuk menghilangkan mati rasa ditangannya.“Perkenalkan, namaku Cie Ki Han. Ketua perguruan matahari. Anda telah melukai murid-muridku dan bahkan membunuh mereka!”Kinan mendelik, aha—sekarang Kinan ingat. Sulaman yang dipakai Carik dan para penyerangnya di hutan. Itu adalah sulaman matahari. Mereka berasal dari perguruan matahari. Satu dari delapan perguruan putih di Ranah Sembilan.“Mereka yang cari perkara duluan!” ucap Bixi, merasa tidak suka dengan kehadiran sesepuh Cie.“Seandainya mereka salah, bukan berarti anda bisa membunuh mereka!” ucap sesepuh Cie. sepertinya lelaki yang te
Kinan terbangun, ingatan itu muncul begitu saja dalam mimpi. Hari-hari di mana ketika dia dan Limey sibuk berdiskusi tentang bermacam hal. Tubuh Kinan berkeringat. Kinan menghapus leleran keringat tersebut, mendesah…sudah hampir satu tahun waktu berlalu sejak dia berpisah dengan Limey. Dan sudah hampir 4 bulan dia berpisah dari Amon. Di manakah gerangan dua orang yang dirindukannya tersebut. Kinan meringis dan rasanya jadi ingin menangis.“Mey…di mana sih kamu?” gumamnya. Kinan merasa dadanya terasa perih. Kinan merasa kini dia benar-benar sendirian. Tanpa Limey, tanpa Amon. Kinan merasa di dunia itu, dia benar-benar sendirian.Mendadak pintu kamar penginapannya di gedor dari luar. Kinan segera bangkit dan membuka pintu, dia melihat Bixi berdiri di depa kamarnya, tangannya disodorkan. Kinan teringat sesuatu, dan segera masuk ke dalam, mengambil boneka dan memberikannya pada Bixi, Bixi tersenyum, lalu memeluk bonekanya.“Kakak baik
“Ada apa?!”“Markas kita di ujung lembah sunyi di serang! Kepala desa, Don Rabut tewas, dan beberapa terluka!”Gillian kaget, “Siapa yang menyerang!?”“Pendekar yang memakai pedang buntung!”“Brengsek!!” Gillian mengepalkan tinjunya di udara dengan amarah.pedang buntung! Deg, jantung Limey seperti mau copot. Pikirannya sesaat berkelebat pada Amon. Itu senjata yang tidak biasa, dan tidak sembarangan orang bisa memiliki pedang seperti itu.“Kerahkan orang-orang kita, cari cecunguk berengsek itu. Dia sudah berani mengobrak-abrik sarang macan!” perintah Gilian dengan aroma wajah penuh kemurkaan.sesaat Gillian lupa tentang para wanita yang hendak dijualnya. Dia segera memerintahkan seseorang untuk membawa jubahnya. Mendadak seseorang masuk, memapah seorang laki-laki yang hampir pingsan dan kepayahan. Gillian kaget, karena orang tersebut dikenalnya.“Adik
Esoknya permintaan Limey yang pertama dipenuhi. Seluruh perempuan di hari itu yang ditangkap Gillian dibebaskan. Lalu, sebagaimana persyaratan Limey selanjutnya, Gillian mengumumkan pada seluruh anggotanya untuk menghentikan menculik para gadis dan focus pada usaha mereka untuk mengumpulkan pundi harta dengan cara mencegat para ekspedisi pengantaran.Setelah memberi maklumat perintah pelarangan penculikan, Gillian kemudian mengumumkan bahwa mulai hari itu Limey menjadi bagian dari perampok merah. Pemberitahuan tersebut cukup menghebohkan. Pasalnya, Gilian terkenal tidak tertarik menarik anggota perempuan ke dalam kelompok mereka, dan tiba-tiba sang pemimpin membuat sebuah pengumuman yang berbeda dari sikapnya dahulu.**Sion mendesah, dia sudah mencari jejak Limey selama tiga hari ini, namun jejak wanita teman seperjalanannya itu seolah seperti tenggelam oleh kegelapan. Untuk saat ini dia menghentikan pencarian karena malam sudah mulai pekat.
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd