Hujan terus turun sampai hari mulai terang tapi suasana di sekitar Shu Zhen masih tampak gelap karena pengaruh langit yang tertutup awan hitam. Lembah Hantu terlihat sangat menyeramkan di mata Shu Zhen yang masih saja tidak menemukan tempat berteduh di tengah hujan deras yang menerpa tubuhnya. Hanya ada satu jalan masuk yang sempit, yang diapit oleh dua tebing batu yang menjulang tinggi sampai tertutup kabut yang menyelimuti daerah Lembah Hantu ini. Sekarang, gin-kang dan sin-kang di tubuhnya masih berfungsi sehingga Shu Zhen memutuskan untuk segera memasuki Lembah Hantu yang sekarang berkabut tipis ini. Hujan tiba-tiba berhenti saat Shu Zhen tiba di depan jalan sempit yang merupakan jalan masuk ke Lembah Hantu ini. Langit yang gelap, perlahan-lahan mulai menunjukkan sisi terangnya sehingga dia bisa melihat lebih jelas Lembah Hantu yang akan dilaluinya nanti. "Aneh sekali lembah ini ... kenapa hujan tiba-tiba berhenti? Tadi hujannya sangat deras sekali," kata Shu Zhen dalam hati
Hujan masih terus menguyur Lembah Hantu di tengah kegelapan yang mulai dirasakan oleh Shu Zhen. rintik-rintik air yang deras dan tajam terasa menusuk tubuhnya tapi tidak digubris oleh Shu Zhen karena memiliki pelindung perisai cahaya yang mencegahnya terluka. Hujan di Lembah Hantu ini juga sangat aneh karena air yang turun bagaikan pedang tajam yang menusuk-nusuk tubuh seperti yang dirasakan oleh Shu Zhen. Namun, bukan air hujan tajam yang membuatnya khawatir melainkan rasa sesak yang semakin parah yang mulai memnuhi dadanya, bahkan kemampuan Topeng Artefak tidak bisa mendeteksi apa sebenarnya yang telah terjadi pada dirinya. Belum lagi dia merasakan desiran angin kencang melewatinya, yang menunjukkan ada sosok berkemampuan tinggi yang sedang mengincar dirinya. "KELUARLAH!" teriak Shu Zhen. "Siapapun dirimu, tunjukkan wajahmu! Jangan jadi pengecut!" Dia sudah muak dengan sosok misterius yang terus mempermainkannya ini. Kenapa sosok misterius ini tidak muncul saja di hadapannya dan
Pendekar Topeng Artefak, Shu Zhen terpaksa menggunakan teknik bela diri magis dari kekuatan Topeng Artefak untuk mengimbangi kekuatan api beracun yang keluar dari dalam tubuh Iblis Racun Api.Kedua tangan Shu Zhen mengeluarkan kilatan-kilatan petir yang mampu meredam api beracun yang keluar dari dalam tubuh Huo-Tok-Kui.Shu Zhen yang heran dengan kemarahan besar Iblis Racun Api ini tidak sempat bertanya kepadanya karena tubuh Huo-Tok-Kui sudah tertutup oleh api merah menyala yang juga mengeluarkan hawa racun. Pendekar Topeng Artefak ini tidak tahu apa yang menyebabkan Iblis ini sedemikian marahnya sampai tubuhnya diselimuti kobaran api."Sepertinya sudah terlambat untuk bertanya kepadanya. Tubuhnya benar-benar sudah dikuasai oleh iblis api sepenuhnya," batin Shu Zhen.BOOOM!BLAAASSST!Apa yang dikhawatirkan oleh Shu Zhen terjadi juga. Tubuh Iblis Racun Api yang kelebihan api racun mulai membuat ledakan-ledakan kecil dari lidah api racun yang kemudian menyebar bagaikan tembakan ke seg
"Subo!" panggil Shu Zhen terhadap Iblis Racun Api yang akan mengajarinya ilmu jurus Tapak Racun Hitam yang paling dasyat yang merupakan dua jurus rahasia milik Huo-Tok-Kui."Sekarang kamu resmi menjadi muridku, Shu Zhen! Kamu harus menghormati kami semua di Sam-Hek-Kui, termasuk Toat-Beng-Kui yang mengincarmu untuk hadiah besar ... nanti aku yang bicara dengannya untuk tidak mengejarmu lagi!" ujar Huo-Tok-Kui."Terimakasih, Subo! tapi, aku tidak bisa berlama-lama berada di Lembah Hantu ini karena harus menuju ke Perguruan Bangau Putih atas anjuran Master Wang Pao."Shu Zhen sebenarnya agak ragu menerima dua jurus pamungkas dari Tapak Racun Hitam ini karena Master Wang Pao belum memperbolehkannya mempelajari empat jurus lainnya. Pasti ada alasannya Master Wang Pao melarangnya untuk mempelajari jurus berikutnya ini yang tidak diketahuinya. Tapi, sekarang dia hendak diajarkan dua jurus rahasia yang paling dasyat dari Tapak Racun Hitam, yang mungkin Master Wang Pao sendiri tidak mengetahu
Iblis Racun Api merasakan kekecewaan mendalam Shu Zhen terhadap dirinya tapi pada masa itu dia tidak boleh bersama dengan pria lain sebelum memutuskan ikatan dengan pria sebelumnya. Sebenarnya Huo-Tok-Kui juga masih mencintai Wang Pao. Dia tidak menyangka kalau Kultivasi Ganda yang dilakukannya akan membuatnya jatuh cinta terhadap Shu Zhen, demikian juga sebaliknya. Keduanya kemudian membersihkan diri dengan air segar yang terdapat di halaman belakang rumah yang mereka tempati tadi. Shu Zhen yang sebenarnya kecewa dengan penolakan Huo-Tok-Kui mencoba lagi ingin melakukan hubungan terlarang dengan Iblis Racun Api ini tapi tanpa penyaluran energi inti giok hitam seperti yang dilakukan oleh mereka tadi. Dia ingin melakukannya sekali lagi sebagai dua kekasih yang sedang jatuh cinta karena Shu Zhen memiliki firasat kalau akhirnya mereka tidak akan bersatu sebagai kekasih. Huo-Tok-Kui juga tidak menepis keinginan Shu Zhen karena dia juga ingin melakukannya dengan pria yang dicintainya.
Walaupun sudah berjanji dalam hatinya untuk tidak melakukan hubungan terlarang dengan Iblis Api Racun tapi tetap saja Shu Zhen tidak mampu menahan hasrat dirinya saat melihat Huo-Tok-Kui yang tidur di sebelahnya. Shu Zhen nekad memeluk Iblis Racun Api ini dari belakang utuk merasakan kehangatan tubuhnya yang membara bagaikan api. Iblis Racun Api yang diam saja membuat Shu Zhen semakin berani untuk mengambil posisi di atas Huo-Tok Kui untuk masuk ke dalam tubuhnya. Shu Zhen membaca posisi ini yang ada di Kitab Rahasia Racun saat membahas tentang Kultivasi Ganda Racun. Huo-Tok-Kui menerapkan posisi di atas tubuh Shu Zhen karena dia yang hendak menyalurkan Energi Inti Giok Hitam kepada Shu Zhen. Kalau pria yang hendak menyalurkan energi utama maka disarankan posisi Kultivasi Ganda seperti yang saat ini hendak dilakukan oleh Shu Zhen. Wajah Huo-Tok-Kui yang kembali tampak manis dan cantik membuat Shu Zhen juga nekad menanggalkan pakaian dari iblis ini sehingga dia dengan leluasa memasu
"Bagaimana Subo? Apa cukup memuaskan untuk perubahan yang telah aku lakukan?" tanya Shu Zhen begitu Phoenix Hitam mendarat di hadapan Iblis Racun Api."Hahaha! Kamu sudah melebihi harapanku, Shu Zhen! Bagaimana caranya kamu bisa menciptakan dua kobaran api yang berbeda?" tanya Huo-Tok-Kui.Shu Zhen menggaruk kepalanya saja dan tersenyum. "Aku hanya mengikuti petunjuk Subo dengan mengikuti pikiranku untuk menciptakan Phoenix Hitam yang gagah! Apa Jurus Tapak Racun Naga Hitam akan menciptakan naga juga?" "Kita lihat saja nanti! Sekarang, sebelum Phoenix Hitam-mu ini menghilang, ada baiknya kamu coba daya serangnya seperti yang aku lakukan tadi!"Shu Zhen baru menyadari kalau dia belum mencoba daya serang Phoenix Hitam yang diciptakannya. "Phoenix Hitam, hancurkan rumah di depan! perintahnya sambil menunjuk salah satu rumah penduduk.Berbeda dengan Phoenix Hitam ciptaan Iblis Racun Api yang menggunakan kekuatan energi putaran untuk menghancurkan rumah, Phoenix Hitam dari Shu Zhen terban
Iblis Racun Api menatap Shu Zhen kemudian berkata, "Semua itu sudah takdir, Shu Zhen! Kami memiliki Kitab Ramalan Nirvana yang semuanya berisi tentang dirimu, tapi anehnya halaman selanjutnya dari ramalan ini kosong melompong seakan tidak ada isinya. Jadi nasibmu belum ditentukan, apakah kamu kelak akan menjadi penyelamat dunia persilatan bahkan dunia kultivasi, atau kamu bisa saja menjadi musuh besar dunia persilatan dan juga dunia kultivasi! Tidak ada yang pasti di dunia ini, jadi munkin itu pertimbangan Wang Pao untuk membekalimu Topeng Artefak tapi membiarkanmu menjalani bahaya di sepanjang perjalanan yang akan kamu lalui ke Kota Hu Jian termasuk Lembah Hantu yang sebenarnya memang berhantu ini."Shu Zhen terkejut begitu mendengar ucapan Siauw Mei Ling yang merupakan nama asli Immortal dari Dunia Atas ini. "Apa katamu? Lembah Hantu ini sebenarnya berhantu? Pantaas aku sering mendengar suara tangisan perempuan!" Shu Zhen yang terkejut lupa untuk bersopan santun lagi. "Maaf, Subo!"
Kaisar Han yang berhasil diselamatkan bersama Ketua Lima Perguruan Besar, seakan melupakan perbuatannya dahulu yang memerintahkan pembunuhan terhadap Shian Kui. Kini, Kaisar Han sangat berterima kasih kepada Shian Long dan semua pendekar yang telah membebaskan Negeri Han dari cengkraman Ang Cit Mo Kui.Ketua dari Lima Perguruan Besar juga memutuskan untuk melupakan masa lalu Shian Long setelah adanya penjelasan dari Wang pao mengenai keterlibatan Ang Cit Mo Kui untuk semua perbuatan yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis.Setelah mengikuti perayaan di istana Kekaisaran Han yang hancur sebelumnya ini, Shian Long dan Guo Xiang memutuskan untuk hidup di Desa Fujian, tempat tinggal Shian Long saat kecil.Wang Pao tetap tinggal di Hutan Racun sambil sesekali mengunjungi Shian Long di Desa Fujian untuk memastikan kalau Pendekar Kitab Iblis ini telah lepas dari pengaruh Kitab Iblis Neraka.Kitab Dewa Surgawi memutuskan ikut bersama Shian Long setelah mengetahui asal usul Shian Long di kehid
Di Hutan Selaksa Racun, persiapan untuk pertarungan terakhir berlangsung dengan intens. Para pendekar dari seluruh pelosok negeri berkumpul, menyusun strategi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ang Cit Mo Kui. Suasana di hutan dipenuhi dengan aura ketegangan dan semangat, di mana setiap pendukung tahu bahwa pertempuran ini adalah yang terpenting.Di tengah hutan yang dikelilingi oleh pepohonan yang berkilauan di bawah sinar bulan, Shian Long berdiri di depan sebuah lingkaran besar yang terdiri dari pendekar-pendekar dan murid-murid perguruan besar. Api unggun yang menyala di tengah memberikan cahaya hangat, namun suasana tetap serius."Kita akan melancarkan serangan malam ini. Tujuan kita adalah menembus pertahanan istana kekaisaran dari beberapa arah sekaligus. Kita harus memecah konsentrasi musuh agar dapat menyusup ke dalam istana."Shian long memulai persiapan terakhir sebelum penyerangan ke istana kekaisaran Han."Apa strategi kita untuk mengatasi penjaga di sekitar istana? M
Shian Long berdiri tertegun di depan altar yang dikelilingi oleh cahaya lembut, matanya tertuju pada Kitab Dewa Surgawi yang melayang di udara. Kitab itu bersinar dengan cahaya keemasan yang memancar, menyebarkan aura yang memadukan keindahan dan bahaya. Cahaya yang memancar dari kitab ini memiliki kilau yang tajam, seolah-olah setiap sinar adalah pisau yang bisa memotong realitas.Saat Shian Long melangkah lebih dekat, suara yang dalam dan bergema terdengar di seluruh ruangan. Suara itu tampaknya berasal dari Kitab Dewa Surgawi itu sendiri. "Hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang dapat memiliki kekuatan ini. Salah satu jawaban akan mengakibatkan kehilangan nyawa."Shian Long merasakan tekanan yang berat, seolah-olah setiap helai rambut di tubuhnya bergetar dengan ketegangan. Ia tahu bahwa setiap pertanyaan dari Kitab Dewa Surgawi akan menentukan nasibnya. Namun, ia juga tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan jika ia ingin menyelamatkan dunia persilatan dari tira
Setelah berhari-hari mengikuti Rajawali Sakti, Shian Long akhirnya tiba di sebuah negeri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Negeri ini adalah sebuah alam yang memukau, terletak di antara awan yang lembut dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau-pulau terapung yang berlapis pepohonan hijau membentang di langit biru, seolah-olah diukir dari kristal dan dedaunan. Air terjun yang gemericik turun dari tebing-tebing tinggi, dan sungai yang jernih berkelok-kelok di antara pulau-pulau, memberikan kehidupan dan keindahan pada negeri awan yang anggun ini.Shian Long terpesona oleh keindahan yang menantinya. Ia merasakan udara yang segar dan menenangkan, seakan-akan setiap napas membawa kedamaian dan energi baru. Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan di negeri ini—sesuatu yang misterius dan belum ia ketahui.Rajawali Sakti terbang di depan, menunjukkan arah dengan sayapnya yang megah. Ia mengarahkan Shian Long menuju sebuah pulau yang lebih besar dan t
Rajawali Sakti, makhluk yang hidup di Pegunungan Huashan, adalah sosok legendaris yang dikenal dalam dunia persilatan. Setelah kematian tragis Qian Ling, Rajawali Sakti memilih untuk mengasingkan diri, menghindari keramaian dunia persilatan yang penuh intrik dan konflik. Namun, sedikit yang tahu bahwa Rajawali Sakti bukan sekadar burung legendaris; ia adalah titisan seorang Immortal, makhluk abadi yang memilih untuk tetap berada di dalam tubuh rajawali tersebut daripada terlahir kembali sebagai manusia.Di puncak Pegunungan Huashan, di mana angin dingin berhembus dan langit sering tertutup awan tebal, Rajawali Sakti menghabiskan hari-harinya dalam keheningan. Matanya yang tajam menyaksikan dunia dari ketinggian, menyadari betapa rapuhnya kehidupan manusia. Immortal yang berada dalam tubuhnya, yang telah lama mengamati kehidupan duniawi, merasakan kesedihan mendalam atas tragedi yang menimpa Qian Ling, seorang pendekar yang pernah berhubungan dekat dengannya.Pilihan untuk tetap dalam
Di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di Hutan Racun, Shu Zhen terbaring di tempat tidur, perlahan pulih dari luka-lukanya. Wang Pao, dengan keahliannya dalam ilmu pengobatan dan ramuan, telah merawatnya dengan telaten, memberikan ramuan obat peningkat tenaga yang kuat. Setelah tiga hari, Shu Zhen akhirnya membuka matanya, merasakan kekuatan yang kembali mengalir dalam tubuhnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Wang Pao dengan nada lembut, duduk di samping tempat tidur.Shu Zhen menatapnya, masih lemah tapi dengan kilatan tekad di matanya. "Lebih baik. Terima kasih, Master Wang Pao. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan selamat."Wang Pao tersenyum tipis. "Kau adalah harapan terakhir dunia persilatan. Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap dari dunia ini."Shu Zhen terdiam sejenak, merenungkan pertarungan yang baru saja ia lalui. "Ang Cit Mo Kui terlalu kuat. Jurus Bangau Putih tidak cukup untuk melawannya, terutama dengan kekuatan dari Kitab Iblis Neraka."Wang Pao mengangguk, matanya p
Di bawah langit yang mendung, Shu Zhen berdiri penuh percaya diri di depan gerbang Kota Luoyang, tempat istana Kaisar Han berada. Kota itu kini menjadi pusat kekuasaan Ang Cit Mo Kui, yang telah mengambil alih kendali tidak hanya atas dunia persilatan tetapi juga kerajaan Han. Dengan tekad yang bulat, Shu Zhen menantang Ang Cit Mo Kui untuk sebuah pertarungan yang akan menentukan nasib mereka semua baik Negeri han maupun untuk Dunia Persilatan.Sementara itu, Guo Xiang berkelana ke pelosok-pelosok negeri, mencari bantuan dari para pendekar yang tersisa. Namun, banyak dari mereka telah ditaklukkan atau dipaksa tunduk oleh Ang Cit Mo Kui dan pengikutnya, termasuk pendekar-pendekar kuat yang dulunya dianggap sebagai pelindung dunia persilatan. Usahanya menemukan sekutu semakin sulit, namun Guo Xiang tetap tidak menyerah, bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan harapan mengumpulkan kekuatan untuk melawan.Di dalam istana, di hadapan banyak mata yang penuh waspada, Shu Zhen dan Ang
Setelah pertarungan hebat yang mengguncang medan pertempuran, Guo Xiang mendekati Shian Kui, yang kini terbaring lemah di tanah. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya terlihat penuh penyesalan. Dengan penuh keletihan, Guo Xiang memulai penjelasan yang akan mengubah segalanya.Kitab Iblis Neraka langsung menghilang begitu kekalahan menerpa Shian Kui."Shian Kui," kata Guo Xiang, suaranya penuh dengan ketulusan, "Aku tahu kau mungkin merasa tertekan dan marah. Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui. Musuh utama kita, Ang Cit Mo Kui, sudah merencanakan semuanya sejak lama. Dia memanfaatkan Shu Zhen, menjadikanmu sebagai alatnya untuk mencapai tujuannya."Shian Kui, atau lebih tepatnya Shu Zhen yang kini menguasai tubuh Shian Kui, mendongak dengan tatapan bingung. "Ang Cit Mo Kui? Apa maksudmu?"Guo Xiang mengangguk, menjelaskan lebih lanjut. "Ang Cit Mo Kui adalah sosok yang mengendalikan Hantu Dunia Persilatan, dan rencananya adalah untuk menguasai Lima Perguruan Besar. Dengan memanfaa
PHOENIX IBLIS PENGHANCURPertarungan antara Guo Xiang dan Shian Kui semakin memanas. Pedang mereka bersinar terang, mencerminkan intensitas emosi dan kekuatan mereka. Namun, di tengah denting pedang dan percikan api, ada keraguan di mata Guo Xiang, sebuah konflik batin yang mulai mengemuka."Shian Kui," Guo Xiang berkata, suaranya sedikit bergetar meski tetap kuat, "apakah tidak ada jalan lain selain kekerasan ini? Aku tahu di dalam dirimu ada kebaikan... Shu Zhen pernah menunjukkan itu padaku."Shian Kui tersentak, matanya sejenak mengungkapkan perasaan yang tertahan. "Shu Zhen tidak ada lagi," jawabnya dengan dingin, mencoba menutupi getaran yang muncul dari dalam dirinya. "Yang ada hanya aku, Shian Kui, dan dunia ini harus tunduk pada kekuatanku."Guo Xiang menggeleng, matanya memancarkan kesedihan. "Aku ingat kebaikanmu, Shian Kui... atau saat kamu menjadi Shu Zhen. Kau pernah membantu orang-orang, kau punya hati yang baik. Mengapa kau memilih jalan ini?"Shian Kui tertawa sinis,