Share

949. Part 3

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 01:03:12

"Tapi kalau boleh saya tahu, dari mana Ki Darma Paksi mengetahui nama itu dan hubungannya dengan diriku?"

"Noda merah di keningmu kulihat jelas tanpa harus kuraba, Baraka. Noda merah itu adalah pemberian Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, ratu negeri Puri Gerbang Kayangan di alam gaib yang sungguh arif dan bijaksana itu. Noda merah di keningmu, Anak Muda, telah bicara banyak pada hati nuraniku mengenai rentetan kehidupanmu yang penuh tantangan itu."

Pendekar Kera Sakti manggut-manggut dalam gumamnya yang lirih. Rupanya Ki Darma Paksi melihat noda merah di kening Baraka yang tak bisa dilihat oleh sembarang orang, kecuali orang berilmu tinggi yang berada di jalur kehidupan putih, alias bukan orang sesat.

"Atas pertimbangan hati nuraniku pun seyogya kutanyakan maksud kedatanganmu kemari, Baraka. Barangkali kau tak punya keberatan untuk menuturkannya sebentar. Karena kulihat kedatanganmu bukanlah semata-mata ingin melihat ikan Sepat Dewata tadi, namun mempunyai maks

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   950. Part 4

    "Apakah... apakah pada waktu lenyapnya kitab tersebut, Ki Panjar Pitu sudah menikah?""Sudah menikah," jawab Ki Darma Paksi. "Bahkan Ki Panjar Pitu sudah mempunyai anak pertama berusia delapan tahun, yaitu ayahnya Arum Kafan. Sedangkan Nyai Pancung Layon sudah mempunyai dua anak yang kemudian menurunkan si Urat Iblis dan keempat saudaranya yang bergelar Empat Raja Sesat itu."Setelah kembali meneguk arak suguhannya, Baraka mengajukan pertanyaan yang ia sendiri tak bisa menemukan jawabannya, "Jadi menurut Ki Darma Paksi, apa yang harus kulakukan sekarang untuk melacak hilangnya Kitab Lontar Gegana itu?""Sebagai manusia menjelang ajal, tak banyak yang bisa kusarankan kepadamu kecuali hiduplah dengan teratur dan baik bagi dirimu sendiri juga berguna bagi hidup orang lain. Kalau kau ingin sambangi Tabib Hitam Cakra Wulung itu, adalah langkah yang bukan merupakan suatu keharusan, tapi juga bukan hal yang salah semasa kau tidak main tuduh terhadapnya! Menyelidiki ses

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pendekar Kera Sakti   951. Part 5

    Krakk...! Sisa patahannya masih terjepit di kedua jari Pendekar Kera Sakti. Sisa patahan terutama bagian ujung golok itu, segera dilemparkan oleh Baraka dengan tangan berkelebat ke samping.Zingngng...!Jrubb...! Ujung golok itu menancap di sebuah batang pohon, dan bahkan lenyap masuk ke dalam batang yang keras.Dogol semakin terbengong. Pertama terbengong melihat goloknya bisa ditangkap dengan dua jari, kedua terbengong karena melihat goloknya bisa dipatahkan dengan gerakan ringan dan mudah, ketiga terbengong karena patahan golok bisa menancap hilang ke batang pohon yang keras. Terbayang olehnya alangkah ngerinya jika patahan logam baja dari goloknya itu menancap ke dadanya. Jika batang pohon sekelas itu bisa tembus, apalagi dadanya yang empuk.Mungkin malahan bisa tembus bolong lewat punggungnya. Di dalam hati Dogol masih sempat berkata, "Orang ini benar-benar sakti atau hanya kebetulan saja dia menjadi sakti? Mungkin memang golokku telah rapuh, dan ger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pendekar Kera Sakti   952. Part 6

    "Karena sungai itu mengalir di samping kediaman sahabatku, Arum Kafan dan kedua adiknya. Jika air itu diminum, maka Arum Kafan dan kedua adiknya bisa mati!""Kekasihmukah Arum Kafan itu?" tanyanya masih sambil memetik-metik bunga. Seakan acuh tak acuh pada Baraka. Terdengar suara Baraka menjawab di sela tawanya yang mirip orang menggumam panjang itu, "Bukan. Dia bukan kekasihku. Tapi hubunganku cukup baik dengan ketiga saudara itu!""Cantikkah mereka itu menurutmu?""Lebih cantik kamu. Boleh kutahu siapa namamu?"Gadis itu memandang. Bibirnya yang rapat menyunggingkan senyum kecil, membuat jantung Pendekar Kera Sakti semakin bergemuruh lagi. Kemudian ia kembali memetik-metik bunga, memunggungi Baraka dengan lagak acuh-acuh butuh, dan terdengar lagi ia bersuara lembut, "Yang penting adalah namamu. Namaku tak seberapa penting bagi siapa saja!""Namaku Baraka."Cepat-cepat wajah itu memandang bagai orang terkejut. Bibirnya tetap terkatup rapat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   953. Part 7

    Wrettt...! Dan tiba-tiba lengan si baju kuning berdarah. Lengan itu koyak tertebas pedang si jubah hijau"Hmm...! Tak seimbang!" kata Pendekar Kera Sakti dalam hati. "Bisa mampus itu si baju kuning! Jubah hijau bukan lawannya...! Dan... dan... oh, hampir aku lupa! Aku harus cepat-cepat memberitahukan Arum Kafan bahwa air sungai itu beracun! Aku harus segera mencegahnya supaya jangan ada yang minum atau memasak menggunakan air sungai itu!"Baraka memutuskan untuk meninggalkan pertarungan dua perempuan tersebut, ia segera melesat pergi dalam kecepatan tinggi, menuju ke rumah Arum Kafan. Tak peduli lagi ia dengan si wajah cantik yang mampu menggetarkan hatinya tadi.-o0o-REMBULAN bertengger di pucuk awan. Cahaya purnama menyiram bumi, membias di celah-celah dedaunan, menghadirkan bunga-bunga kemesraan yang tumbuh sendiri di dalam hati setiap manusia yang sedang dilanda damai. Di sela-sela bias purnama itu, Baraka berdiri memandang curahan air

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   954. Part 8

    Perempuan itu tidak langsung menjawab, tapi ia semakin mendekati Pendekar Kera Sakti, hingga kini jaraknya tinggal dua langkah dari depan Baraka. Hati Baraka semakin berdebar-debar digeluti rasa tertarik kepada perempuan itu. Semakin lama ia dipandangi perempuan cantik yang punya bibir indah itu, semakin cepat detak jantungnya."Maaf, kala itu kutinggalkan dirimu dengan si baju kuning, karena aku harus memberitahukan sahabat-sahabatku tentang air sungai yang beracun itu! Dan... dan aku tak tahu di mana kau berada, sehingga aku tak sempat mendatangi tempat tinggalmu!"Tiba-tiba terdengar suara dari belakang perempuan itu, "Jauhi dia! Kali ini jangan ganggu dia! Kami akan, melawanmu kalau kau menggangu dia!"Ucapan itu jelas terdengar dari mulut Arum Kafan. Ucapan itu merupakan sebuah larangan sekaligus ancaman untuk perempuan cantik berjubah hijau itu.Baraka berkerut dahi melihat Arum Kafan mendekati perempuan itu dengan wajah bermusuhan, juga Kembang Dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   955. Part 9

    Lalu Arum Kafan muncul, dan semua menjadi diam. Karena di belakang Arum Kafan muncul juga Dewi Taring Ayu yang melangkah dengan angker namun punya kesan wibawa tersendiri di mata adik-adiknya. Ia langsung menemui Baraka, membuat Delima Ungu dan Kembang Darah cemas. Arum Kafan memberikan isyarat agar mereka tenang, dan berbisik kepada mereka."Sudah kubicarakan dengannya saat di bawah tadi! Dia tak akan mengganggu Baraka! Tenang saja!"Terdengar Pendekar Kera Sakti yang beradu pandang dengan Dewi Taring Ayu itu berkata di sela senyum ketenangannya, "Tak kusangka kalau kau adalah kakak dari ketiga saudara ini!""Tak kusangka pula kau mencari Kitab Lontar Gegana!" kali ini Dewi Taring Ayu bicara dengan berhadapan muka dengan Pendekar Kera Sakti, tak malu lagi memperlihatkan giginya yang bertaring runcing itu."Rupanya Arum Kafan sudah bicara padamu siapa aku?""Ya. Dan aku tahu kau mencurigai aku sebagai si pembawa Kitab Lontar Gegana dari tangan Cakr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   956. Part 10

    Sebaris kidung dilagukan dalam ucapan seperti orang membaca mantera. Dari bait ke bait, baris ke baris, kata ke kata, semua mempunyai aturan pengucapannya, termasuk tekanan suaranya. Jika salah tekanannya, maka harus diulang dari awal lagi. Pengucapan dan tekanan harus sesuai dengan gerak yang diperintahkan dalam keterangan tersebut, jari melengkung, atau kepala miring, atau pundak berguncang ke depan atau apa lagi yang bersifat gerak.Kelihatannya memang mudah, tapi sebenarnya sulit bukan main. Dan itulah yang dinamakan ilmu 'Kidung Mantera Gaib'. Tentu saja pelajaran ilmu tersebut diperoleh dari Kitab Lontar Gegana. Dan memang benar, kitab itu ada di tangan Tulang Neraka.Tak seorang pun tahu, bahwa saat terjadi pencurian yang dilakukan oleh Loh Pati, Nyai Pancung Layon memanfaatkan kesempatan emas itu untuk mencuri Kitab Lontar Gegana. Tetapi ia sendiri berlagak mengamuk dan mencari kitab tersebut. Bahkan setiap saat ia selalu menyatakan kesedihannya atas hilangnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   957. Part 11

    "Kutitiskan ilmu ini kepadamu, Tulang Neraka! Karena kulihat kau sangat berkemauan keras untuk memilikinya. Jika kau mempelajarinya, tak akan berhasil sebelum mencapai seribu hari. Tetapi, batinmu terbaca olehku, betapa ingin kau memiliki ilmu 'Kidung Mantera Gaib', karenanya kutitiskan kepadamu dengan tanggung jawab pada dirimu sendiri! Apa yang akan terjadi di dalam jiwamu, adalah bukan tanggung jawabku, Tulang Neraka! Kau mau jadi sesat atau baik, itu pilihan jiwamu dan merupakan bagian dari pribadimu! Mulai saat ini, kau telah memiliki ilmuku, yaitu 'Kidung Mantera Gaib'. Kau akan menjadi seperti aku dan bergelar Manusia Tembus Raga...!""Ttteett... tteet... terima... ttee... terima kasih, Eyang..,!""Tetapi ingatlah, setinggi-tinggi ilmu ini, masih ada yang lebih tinggi lagi! Jadi, rendahkan dirimu, tundukkan kepalamu, jadilah bijak dan jangan sombong, Cucuku!""Ttee... teriima... terima kasih, Eyang...! Ssa... saya akan patuhi pesan Eyang...!"Setel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status