Share

833. Part 5

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 01:05:50

"Apa maumu memancing perkara denganku, hah! Kalau kau ingin serahkan nyawamu sebagai tumbal Cincin Mustika Iblis, tak perlu kau bunuh sahabat setiaku ini!"

"Membunuh itu kegemaranku! Jadi jangan salah sangka bahwa aku hanya membunuh temanmu yang telah membuyarkan pengaruh batinku terhadapmu tadi! Aku pun akan membunuhmu, Garong Codet!"

"Apakah kau mampu! Kau yang kurus kerempeng tertutup kain hitam begitu, mau membunuh orang sesakti aku! Apa itu bukan mimpi belaka!"

Tak pernah Siluman Selaksa Nyawa menerima hinaan seperti itu dari orang serendah Garong Codet. Tentu saja hatinya mulai bergolak dan darah membunuhnya mulai mendidih. Maka dengan gerakan yang amat cepat, Siluman Selaksa Nyawa berkelebat cepat menyerang Garong Codet.

Wut wut wuttt...!

Zregg...! Siluman Selaksa Nyawa berhenti bergerak dan sudah berada di depan Garong Codet. Mata orang yang diserangnya itu tak sempat berkedip. Tapi menjadi sangat terkejut setelah melihat ikat pinggangnya t

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   834. Part 6

    RORO Manis berjalan lebih dulu. Gua Mulut Dewa telah kelihatan. Tinggal beberapa saat lagi mereka akan sampai di sana dan beristirahat. Tetapi suasana bungkam masih menyelimuti antara mereka berdua sejak dalam perjalanan. Pendekar Kera Sakti sendiri bungkam karena memikirkan cara mengalahkan Garong Codet. Sedangkan Roro Manis bungkam karena bertahan diri untuk tidak menegur Baraka lebih dulu. Walau dalam hatinya sangat berharap untuk mendapat teguran dari Baraka dan bisa bicara panjang lebar, tapi Roro Manis tetap bertahan diri untuk bersikap acuh. Tetapi ketika mulut gua tinggal beberapa langkah lagi, Roro Manis punya alasan mendahului bicara dengan ajukan sebuah pertanyaan, "Itukah gua yang dimaksud Tabib Awan Putih?""Mungkin," jawab Pendekar Kera Sakti pendek sambil hanyut kembali dalam renungannya.Roro Manis mendengus kesal hatinya, ia melangkahkan kaki untuk mendekati mulut gua yang dari kejauhan mirip bentuk bintang berlubang hitam itu. Roro Manis tidak langsun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Pendekar Kera Sakti   835. Part 7

    Maka dengan gerakan cepat Roro Manis melarikan diri. Pedang masih digenggam di tangan kanan. Gerakannya lebih dipercepat lagi. Dalam kejap berikutnya, Roro Manis sudah berada di samping Baraka."Cepat masuk ke dalam gua!""Jangan hadapi dia! Dia punya cincin maut! Kau pun harus cepat masuk gua, Baraka...!""Hei, aku juga punya cincin pusaka! Aduh! Hampir saja aku lupa!"Baraka mempunyai cincin pusaka yang terkenal dahsyat. Cincin itu pernah diperebutkan oleh para tokoh tua di rimba persilatan. Cincin itu bernama Cincin Manik Bidari.Cincin itu menempel di polongan Suling Naga Krishna-nya yang ada disabuk pinggangnya. Sengaja Pendekar Kera Sakti tidak menggunakan cincin itu di tangannya, karena sedikit sentakan tenaga saja sudah menghasilkan seratus kali lipat tenaga yang keluar. Cincin itu pun sangat ganas dan sukar dikendalikan. Kadang ia keluarkan sinarnya sendiri di luar kesadaran pemakainya manakala si pemakai keluarkan tenaga dalam ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Pendekar Kera Sakti   836. Part 8

    Clapp...!Arah sinar putih itu tepat mengenai batu merah di tangan Garong Codet.Zzzrrruubb...!Krakkk...! Sinar merah yang memantul seharusnya melesat cepat ke arah Pendekar Kera Sakti. Tapi sinar putih dari Cincin Manik Bidari lebih dulu menghantam cincin merah itu. Akibatnya cincin mustika menjadi retak dan remuk. Tak bisa lagi pantulkan sinar merah seperti biasanya. Garong Codet tersentak amat kaget sampai matanya terbuka lebar-lebar. Lebih kaget lagi setelah ia tahu, sinar putih dari cincin di tangan Pendekar Kera Sakti keluar lagi dengan cepat dan menghantam dadanya.Bross...!Dada itu berlubang besar, tembus sampai ke belakang. Cepat-cepat Pendekar Kera Sakti menggenggam kembali Cincin Manik Bidari. Sikapnya tetap tenang dalam berdiri tegak. Garong Codet ternganga mulutnya. Ingin pekikkan suara namun tak mampu lagi. Ia pun akhirnya menghembuskan napas terakhir. Mati tanpa bersuara lagi.Sekelebat bayangan hitam muncul. Siluman Selaksa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Pendekar Kera Sakti   837. Part 9

    Orang itu dekati Pendekar Kera Sakti, dengan bertolak pinggang satu tangan ia berkata, "Apa yang kau lakukan di sini, Anak Muda!""Saya sedang berlatih, Paman," jawab Baraka dengan tetap duduk bersila, tapi melepaskan tangannya yang di dada."Berlatih apa? Lebih baik kau pergi ke Gua Sekat Sembilan sana! Tontonlah pertarungan hebat para tokoh sakti di sana!""Maaf, boleh saya tahu siapa Paman sebenarnya, sehingga berani menyuruh saya pergi ke gua itu?""Aku si Cambuk Guntur! Kalau aku menyuruhmu nonton pertarungan di sana, berarti aku ingin membagi pengalaman denganmu, Bodoh! Jangan merasa tersinggung!""Terima kasih atas niat Paman Cambuk Guntur untuk membagi pengalaman kepada saya. Tapi saya lebih suka duduk sendirian di sini menikmati malam terang bulan yang bermandikan kehangatan tersendiri di hati saya!""Kalau mau jadi pendekar, harus punya banyak pengalaman, melihat pertarungan para tokoh sakti! Jangan hanya belajar ilmu tapi tidak ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Pendekar Kera Sakti   838. Part 10

    Candak Sedo pun kini telah mengangkat satu murid sejak berusia sepuluh tahun yang bernama Karang Wesi. Di persinggahannya yang penuh damai tanpa pernah terjadi kericuhan itu, Ki Candak Sedo menurunkan ilmunya kepada Karang Wesi, sebagai sarana menuju hidup sempurna dalam penyerahan diri kepada Hyang Widi. Karena dulu, guru dari Ki Candak Sedo pernah berpesan kepadanya, bahwa hidupnya tidak akan menjadi damai sebelum semua ilmu diturunkan kepada seorang murid pilihannya. Dan bahwa hidupnya tak akan menjadi bersih, sebelum ia bermandikan Darah Sabda Dewa.Menurut keterangan dari gurunya Ki Candak Sedo, hidup bersih dan menjadi pertapa suci bisa dicapai melalui dua tahapan itu, setelah menurunkan ilmu seluruhnya sebagai bekal bagi pewarisnya, lalu mandi Darah Sabda Dewa untuk melenyapkan ilmu-ilmu yang mengarang keras dalam jiwa raganya. Konon menurut sang Guru, setiap manusia mempunyai kotoran batin yang tak pernah disadari telah menjadi keras bagaikan batu karang. Dan kotoran

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Pendekar Kera Sakti   839. Part 11

    "Tahan dan biarkan menguasai setiap urat nadi telapak tangan!" ujar Ki Candak Sedo.Setelah melalui upaya yang susah payah, yang membuat telapak tangan bagaikan ingin terbakar pecah, Ki Candak Sedo perintahkan Karang Wesi untuk meraba sebatang pohon beringin."Usaplah pohon itu dengan lembut!" kata Ki Candak Sedo.Karang Wesi melakukan apa yang diperintahkan gurunya. Tangannya mengusap pelan batang pohon beringin itu. Pertama-tama ditempelkan dengan pelan, lalu mengusapnya ke bawah dengan lembut. Setelah itu terjadi suatu keajaiban yang sungguh menakjubkan. Terdengar suara aneh seperti bara api masuk ke dalam air kolam secara pelan-pelan.Zzzrreessss...!Kejap berikut mata Karang Wesi terkesiap, karena ia melihat pohon beringin yang begitu besar dengan akarnya bergelantungan bagai rambut-rambut raksasa itu, kini menjadi hangus seketika dari akar sampai daunnya. Karang Wesi cepat mundurkan langkah tiga tindak. Ia pandangi pohon yang menghitam hangus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Pendekar Kera Sakti   840. Part 12

    Ki Candak Sedo melangkahkan kaki sampai di depan gubuk persinggahannya, kemudian dari sana dia berkata sambil palingkan wajah kepada Karang Wesi, "Hanya akulah yang tahu letak gua itu! Sebab dulu guruku pernah bertapa di depan pintu gua itu, dan aku pernah diajaknya ke sana! Karena itu aku memilih tempat persinggahan di hutan ini, supaya jika saatnya tiba, pintu gua terbuka, jarakku dengan gua itu tidaklah jauh!"Karang Wesi bangkit dengan wajah ceria, lalu ucapkan kata, "Kalau begitu kita berangkat sekarang ke sana, Guru! Saya akan dampingi Guru, sampai mendapatkan Darah Sabda Dewa itu, Guru!"Ki Candak Sedo kembali sunggingkan senyum bangga terhadap kesetiaan muridnya, kemudian ia ucapkan kata sambil mendekati Karang Wesi, "Kesetiaan dan kepatuhanmu selama ini adalah sesuatu yang menghibur hati tuaku, Karang Wesi! Ternyata aku tak salah pilih murid!" sambil pundak Karang Wesi ditepuk-tepuknya."Guru, jangan sanjung saya nanti bisa lupa diri!"Tawa tua d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Pendekar Kera Sakti   841. Part 13

    Nenek bungkuk berbadan kurus itu terpental saat ia melepaskan pukulan tenaga dalamnya bersinar kuning, karena oleh manusia berkerudung hitam itu pukulan kuningnya dihantam dengan sinar putih yang keluar dari ujung sabit panjangnya itu. Tapi agaknya si nenek masih bersemangat dan segera bangkit tanpa cedera apa pun.Kejap berikutnya terdengar suara Rawana Baka berkata kepada nenek itu, "Jangan harap kau bisa menang melawanku, Nyai Pungkur Maut! Sebaiknya urungkan saja niatmu membalas dendam atas kematian suamimu beberapa puluh tahun yang lalu!""Aku tidak akan biarkan kau lolos lagi, Manusia iblis! Apa pun yang terjadi, aku harus bisa membunuhmu sekarang juga. Karena baru sekarang kita bertemu lagi setelah sekian puluh tahun yang lalu kau membunuh suami dan anakku di depan mataku sendiri!" kata nenek yang ternyata bernama Nyai Pungkur Maut itu."Tidakkah kau sayang dengan sisa hidupmu yang tinggal beberapa hari ini? Sebaiknya jangan kau sia-siakan sisa hidupmu un

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status