Share

822. Part 13

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 01:01:12

"Bagaimana bentuk mustika itu, Roro Manis?" tanya Ki Madang Wengi sambil diam-diam melahap singkong bakarnya.

"Setahuku, bentuknya seperti cincin, dipakai di telapak tangan. Warnanya merah. Dan jika kena pantulan sinar matahari, keluar sinar merah yang memotong benda apa pun dengan rapi."

"Benar kalau begitu," kata Nyai Komprang.

"Memang begitulah ciri-ciri Cincin Mustika Iblis! Jika begitu... jika begitu kedua muridku yang terpenggal kepalanya itu adalah korban dari keganasan Mustika Iblis! Karena kepala kedua muridku terpenggal dengan rapi dan tanpa ada darah sedikit pun yang muncrat keluar!"

"Kurasa begitu, Nyai. Sebab, semua korban mengalami hal yang sama dalam kematiannya!"

"Madang Wengi!" kata Nyai Komprang. "Beruntung gadis ini lekas datang, jadi aku tidak salah tuntut padamu!"

"Masa bodoh!" Ki Madang Wengi cemberut jengkel.

"Aku harus cepat tinggalkan kau, Madang Wengi! Akan kutemui Garong Codet itu untuk bikin perhitungan den

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   823. Part 14

    Satria Tangkas merasa ada yang jahil padanya. Kemudian ia berseru dengan suaranya yang berkesan tenang dan kalem."Jika ingin berkenalan denganku, silakan keluar dari persembunyian kalian! Mungkin aku pun akan senang bisa berkenalan dengan kalian bertiga!"Dalam bisikannya Setan Culik berkata kepada Garong Codet, "Gila! Dia bisa tahu kalau kita bertiga!""Jelas ia punya ilmu tinggi. Cocok untuk tumbal berikutnya!" kata Garong Codet."Kalian tak perlu menjajal ilmunya, nanti malah kalian tewas lebih dulu! Biar langsung kuhadapi saja!""Terserah kamu saja," kata Tikus Ningrat. "Kebetulan kakiku yang terkena pisau masih terasa sakit, jadi aku libur dululah...!"Tikus Ningrat memang berjalan pincang akibat pisau Randu Galak. Betisnya yang kurus itu kini dibalut dengan kain robekan ikat kepala Garong Codet yang lepas karena kibasan cepat sabit Jayengrono. Luka itu diberi borehan daun pengering luka. Sekalipun begitu, masih sedikit terasa sakit ji

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pendekar Kera Sakti   824. Part 15

    Clapp...!Sinar itu bagaikan lidi yang berjulur merah dari telapak tangan Garong Codet. Lidi merah itu bergerak dari arah kanan Satria Tangkas memenggal ke arah kiri melewati lehernya.Crasss...!Satria Tangkas mendelik seketika. Terpatung sejenak. Lalu kepalanya pun jatuh menggelinding dari raganya.Plokkk...!Maka habislah riwayat si jago toya itu di tangan Garong Codet.Prok prok prok...!Tikus Ningrat dan Setan Culik memberi sambutan dengan tertepuk tangan. Semakin bengkak dada Garong Codet mendapat pujian seperti itu. Semakin besar kepala trondolnya, merasa menjadi orang hebat yang dapat dengan mudah menumbangkan para pendekar berilmu tinggi. Cincin Mustika Iblis semakin digenggamnya, ia pun melangkah dengan senyum bangga, mendekati dua konconya itu."Gerakanmu tadi cukup indah! Aku suka sekali melihatnya!" kata Setan Culik memuji Garong Codet."Itu belum seberapa," jawab Garong Codet. Tapi ia buru-buru pegangi lehe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pendekar Kera Sakti   825. Part 16

    "Kalau begitu, seseorang telah mengguncangkan pohon itu dengan kekuatan jarak jauhnya!"Setan Culik diam, Tikus Ningrat pun diam. Karena tiba-tiba dari arah belakang mereka terdengar suara menyahut,"Aku yang mengguncangkan pohon!"Garong Codet juga terkesiap melihat kemunculan tokoh tua yang tampil sambil mengunyah makanan. Tokoh tua itu jadi lebih terkejut dan berhenti mengunyah setelah ia perhatikan ke arah mayat Satria Tangkas yang kepalanya berjarak tiga langkah dari raganya."Satria...!" Tokoh tua itu cepat mendekati kepala Satria Tangkas. Serta-merta makanan yang dikunyahnya disemburkan keluar.Bruss...!Kemudian ia palingkan pandangan ke arah Garong Codet. Matanya mulai pancarkan api dendam kemarahan."Kau telah membunuh muridku, Garong Codet!" geram orang itu yang tak lain adalah Ki Madang Wengi.Napasnya terengah-engah tangannya mulai gemetar. Gigi pun menggeletuk tanda menahan kemarahan besar."Apakah anak mud

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pendekar Kera Sakti   826. Part 17

    Kali ini kedatangan Pendekar Kera Sakti ke Tanjung Keramat untuk membicarakan masalah Bunga Bernyawa. Perempuan cantik yang pernah menjadi sandera dan sekaligus gundik Laksamana Cho itu adalah putri seorang kaisar di negeri Cina. Sudah cukup lama Pendekar Kera Sakti meninggalkan Bunga Bernyawa di Pegunungan Mahagiri bersama Mayang Suri, bayinya, dan Eyang Juru Taman. Tentunya perempuan putri kaisar itu sudah ingin pulang ke tanah kelahirannya. Pendekar Kera Sakti pernah berjanji akan mengatur perjalanan pulangnya Bunga Bernyawa. Tapi sampai sekarang ia belum punya waktu dan belum punya kapal yang bisa membawa pulang Bunga Bernyawa."Aku kenal ayah Bunga, yaitu Kaisar Shiauw-ong alias si Raja Kecil itu," kata Tabib Awan Putih sambil menghisap-hisap sebatang huncwe (pipa tembakau panjang), ia berjalan mondar-mandir di depan Pendekar Kera Sakti. Kemudian lanjutnya, "Tapi kalau aku mengantarkan Bunga pulang ke sana, maka aku akan berhadapan dengan musuh lamaku, Lim-ong, alias si

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Pendekar Kera Sakti   827. Part 18

    "Di alam gaib? Mengapa kau bicara soal alam gaib?"Pendekar Kera Sakti kerutkan dahi dalam lagak bingungnya. Tabib Awan Putih tersenyum. "Aku melihat noda merah kecil di keningmu, Baraka. Aku tahu, noda itu sebagai tanda bahwa kau bisa masuk ke alam gaib. Dan satu-satunya negeri alam gaib yang pernah kudatangi sebagai kunjungan persahabatanku ialah negeri Puri Gerbang Kayangan, yang dipimpin oleh seorang ratu cantik bernama Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi!"Pendekar Kera Sakti sedikit terkesiap dan menjadi tersipu. Ternyata Tabib Awan Putih itu memang tinggi ilmunya. Dia bisa mengenal Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi yang ada di alam gaib, yang mempunyai negeri Puri Gerbang Kayangan. Sedangkan negeri Puri Gerbang Kayangan di alam nyata ini dipegang oleh Hyun Jelita, calon istri Baraka. Karena itu, Baraka hanya tersenyum-senyum saja saat Tabib Awan Putih membeberkan tentang negerinya Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Hanya orang terhormat dan punya penghargaan tin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Pendekar Kera Sakti   828. Part 19

    "Garong Codet...! Maksudmu, si perampok dari tanah seberang itu, Roro Manis?""Betul, Tabib!" jawab Roro Manis dengan tegas tapi sopan."Ada persoalan apa Nyai Komprang sampai berurusan dengan Garong Codet itu? Ilmu Nyai Komprang jauh lebih tinggi, mau-maunya dia berurusan dengan anak kemarin sore!""Nyai Komprang yakin kedua muridnya dipenggal oleh Garong Codet! Dan saya pun berpendapat begitu, karena penggalan kepala di kedua murid Nyai Komprang tidak semburkan darah sedikit pun. Penggalan itu sama persis dengan penggalan kepala tiga saudara seperguruanku dan bahkan Eyang Guru sendiri juga dipenggal oleh Garong Codet! Itulah sebabnya Nyai Komprang mau menuntut balas kepada Garong Codet. Tapi Ki Madang Wengi cemaskan jiwa Nyai Komprang!""Mengapa Madang Wengi cemaskan jiwa Nyai Komprang? Bukankah dia tahu Nyai Komprang berilmu tinggi!""Karena Garong Codet bersenjatakan Cincin Mustika Iblis!""Hah...!" Tabib Awan Putih tersentak kaget hingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Pendekar Kera Sakti   829. DARAH SABDA DEWA

    SALAH satu sebab mengapa Pendekar Kera Sakti memikirkan Cincin Mustika Iblis karena timbulnya perasaan cemas di dalam hatinya. Mustika itu adalah senjata berbahaya yang sukar dicari tandingnya. Satu-satunya tandingan Cincin Mustika Iblis adalah Perisai Naga Bening. Tapi perisai itu sudah hilang dan terkubur di dasar lautan. Hal itu secara tak langsung telah membuat Cincin Mustika Iblis merupakan senjata terampuh dan tak bisa dikalahkan.Senjata seperti itu jelas tak akan luput dari incaran Siluman Selaksa Nyawa. Tokoh tua yang sesat dan masih berwajah muda itu jelas akan berusaha mendapatkan Cincin Mustika Iblis untuk melawan Pendekar Kera Sakti, yang dianggap sebagai musuh terberatnya. Karenanya, di dalam otak Baraka terjadi suatu pergolakan tentang mencari cara untuk meleburkan Cincin Mustika Iblis agar tidak jatuh ke tangan Siluman Selaksa Nyawa. Setidaknya Baraka harus bisa merebut mustika itu sebelum orang lain mendahuluinya. Tetapi, mengingat nasihat Tabib Awan Putih, B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Pendekar Kera Sakti   830. Part 2

    Ki Madang Wengi diam terpekur di atas sebuah batu. Mulutnya masih mengunyah makanan, matanya memandang lurus ke arah lautan. Lalu, Tabib Awan Putih yang berjarak enam langkah darinya itu segera mendekati dan berkata pelan, "Cepatlah pergi dan bersembunyi! Kurasa orang yang mengejarmu sebentar lagi datang!"Ki Madang Wengi dongakkan kepala memandang wajah Tabib Awan Putih. Sebelum Madang Wengi ucapkan kata, Tabib Awan Putih sudah bicara, "Kurasakan getaran nadinya semakin mendekat. Lekaslah bersembunyi supaya kau selamat!""Aku masih ragu untuk bersembunyi atau membela kematian muridku!""Jangan menjadi bodoh karena otak ceroboh! Jangan menjadi dungu karena dendam yang membelenggu! Pembalasan akan tiba saatnya sendiri, tidak harus kapan hati berkehendak untuk membalas diri."Kembali merenung Madang Wengi, tapi Tabib Awan Putih semakin cemas, ia merasakan getar nadi seseorang semakin mendekat. Karena dilihatnya Madang Wengi masih saja diam tak bergerak, mak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status