Share

732. Part 3

last update Last Updated: 2024-12-05 01:03:01

Semua diam tertegun memikirkan nasib mereka. Semua diam berkerut dahi saling bertanya dalam hati tentang batu itu. Lalu kejap berikutnya Pendekar Kera Sakti bangkit, seperti mendapat satu gagasan. Gerakannya itu diikuti oleh mata Dewa Racun dan Hantu Laut. Mereka menaruh harapan besar pada usaha Pendekar Kera Sakti kali ini.

“Aku akan gunakan ‘Tenaga Matahari Merah’!” kata Pendekar Kera Sakti. “Jika jurus ini gagal, aku tak tahu harus bagaimana lagi.”

“Cob... cob... cobalah!” kata Dewa Racun.

Tanpa menunggu waktu lagi. Baraka segera mengerahkan ‘Tenaga Matahari Merah’-nya, dan meluruskan sepuluh jari tangannya. Dan... seketika itu juga, melesatlah sepuluh larik sinar merah berkilauan wujud dari ‘Tenaga Matahari Merah’!

“Hiaahh...!”

Srat...!

Batu besar yang menjadi sasaran tampak bergetar kencang ketika terbelit sepuluh larik sinar y

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   733. Part 4

    Dengan bantuan cahaya obor itu, mereka bisa pandangi lumut-lumut yang menempel di dinding lorong yang terasa lembab. Lorong yang lebarnya antara dua tombok itu mempunyai dinding rata walau bukan berarti halus. Dewa Racun curiga dengan dinding rata itu. Apalagi ketika obor diangkat lebih ke atas, mereka bisa melihat bahwa lorong itu amat panjang walau berkelok-kelok lagi di bagian sana. Kemudian mata Dewa Racun menemukan keanehan pada dinding lorong itu.“Cob... coba dekatkan ke dinding kiri obormu itu, Hantu Laut!”Hantu Laut yang memegang obor segera mendekatkan nyala apinya ke dinding kiri. Kemudian mereka sama-sama menemukan gambar pada dinding. Gambar itu berupa batu-batuan yang ditoreh oleh benda tajam. Bekas torehannya sudah berlumut, itu pertanda sudah sangat lama torehan tersebut terjadi di dinding itu.“Mungkin dulu ada manusia purba yang menghuni tempat ini!” kata Baraka.Hantu Laut hanya menggumam sambil manggut-manggut.

    Last Updated : 2024-12-05
  • Pendekar Kera Sakti   734. Part 5

    “Begini,” kata Pendekar Kera Sakti pecahkan hening di antara mereka bertiga. “Kita bercermin dari perbuatan kita sendiri. Kita gunakan patokan, bahwa orang berbuat sesuatu yang buruk sering dikatakan menyimpang ke jalan kiri, orang yang berbuat baik dikatakan berjalan dijalan kanan. Kita sering muliakan tangan kanan sebagai tanda penghormatan terhadap sesama, misalnya menerima sesuatu dari orang lain lebih sopan dengan menggunakan tangan kanan, tapi tangan kiri tidak sopan. Jadi, usulku kepada kalian, kita gunakan lorong kanan, sebagai lorong kebaikan dan kesopanan.”“Bagaimana jika dugaanmu salah?” tanya Hantu Laut.“Mampuslah kita!” jawab Pendekar Kera Sakti tirukan jawaban Hantu Laut tadi. “Jika dugaan kita tentang lorong kiri pun salah, mampus pulalah kita ini!”Dewa Racun segera keluarkan pendapat, “Bba... baar... barr... barangkali kita akan temui kesalahan dan kematian, tapi mati dengan men

    Last Updated : 2024-12-06
  • Pendekar Kera Sakti   735. Part 6

    Siapa pelempar tombak dari arah kiri Hantu Laut tadi” Tak ada yang tahu, karena tak terlihat ada orang di sana. Dewa Racun cepat berlari ke arah tempat datangnya tombak tadi, dan melakukan pemeriksaan sebentar, ternyata tak ada orang di sana.Ia berseru akan hal itu tentu saja Baraka serta Hantu Laut samasama heran. Lalu mereka pun saling menduga bahwa orang itu telah bersembunyi di tempat lain, karena pasti dia tahu seluk-beluk jalan rahasia di gua itu.Hantu Laut berdiri agak di tengah arena ketika ia berkata kepada Pendekar Kera Sakti itu, “Mendekatlah kemari. Di sini hawanya lebih sejuk!”Baru saja selesai Hantu Laut ucapkan kata demikian, tiba-tiba melesatlah sebuah piringan bergerigi yang bergaris tengah dua jengkal. Piringan besar itu melesat cepat dari arah belakang Hantu Laut.Weengngng...!“Awas!” seru Baraka seketika.Kepala gundul itu tak sempat menengok ke belakang. Tapi melihat mata Pendekar Kera S

    Last Updated : 2024-12-06
  • Pendekar Kera Sakti   736. Part 7

    “Hantu Laut...!” ucap Siluman Selaksa Nyawa dengan suara tenang tapi berkesan ingin membunuh. “Sengaja aku menemuimu di arena ini karena ingin tentukan nasibmu, berapa napas lagi kamu bisa menikmati hidup! Tapi aku tak mau membunuhmu secara sia-sia! Kamu harus ada perlawanan! Bertarunglah secara jantan denganku. Hantu Laut...!”Hantu Laut geleng-gelengkan kepala. Sebab ia ragu untuk menyetujui pertarungan itu, karena Pendekar Kera Sakti dan Dewa Racun kelihatan diam saja tak mau cepat bertindak mendekati dirinya. Sedangkan Hantu Laut merasa sebagai pihak yang bersalah di mata Siluman Selaksa Nyawa, ia memang telah memberontak keluar dari gerombolan orang sesat itu. Ia keluar karena sudah telanjur berkoar ingin membunuh Siluman Selaksa Nyawa ketika ia masih memegang Pusaka Tombak Kematian, milik Jangkar Langit.Tapi kali ini. Pusaka Tombak Kematian itu tidak ada lagi ditangannya. Itulah sebabnya, kali ini Hantu Laut nyaris terkulai lemas karena t

    Last Updated : 2024-12-06
  • Pendekar Kera Sakti   737. Part 8

    “Suling Naga Krishna...!” gumamnya, lalu ia tundukkan kepala seakan berpikir dan mempertimbangkan. Bahkan ia pejamkan matanya pelan-pelan. Sementara Baraka tetap menunggu jawaban sambil sesekali melirik ke arah Dewa Racun dan Hantu Laut, yang posisi mereka ada di sebelah kanan dan kiri Pendekar Kera Sakti.Dewa Racun tampak tetap siagakan anak panahnya yang sewaktu-waktu siap dilepaskan ke arah orang berkerudung hitam itu. Karena terlalu lama menurut ukuran Pendekar Kera Sakti, ia pun segera berkata, “Tak perlu ragu, serahkan saja Suling Naga Krishna-ku itu! Buatmu Suling itu tidak berguna, tapi buatku sangat berguna!”Orang itu tidak menjawab. Masih tundukkan kepala dengan pejamkan mata. Baraka memperhatikan terus sampai akhirnya dahinya berkerut dan wajahnya sedikit mendekat memandang wajah orang itu. Kemudian terdengar gerutuan Baraka di sela gema ruangan tersebut,“Sial! Dia malah tidur!”“Hah...!” Hantu

    Last Updated : 2024-12-06
  • Pendekar Kera Sakti   738. Part 9

    Orang berkerudung hitam bagai utusan dari alam kubur itu mulai melangkahkan kaki mendekati Hantu Laut. Pendekar Kera Sakti merasa cemas akan nasib Hantu Laut. Dalam keadaan tertindih beban yang amat berat itu, Pendekar Kera Sakti segera sentilkan jarinya ke arah Siluman Selaksa Nyawa. Sentilan jurus ‘Jari Guntur’ itu tepat mengenai punggung lawan.Debbb...!Siluman Selaksa Nyawa merasa mendapat tendangan bertenaga kuda yang amat besar dan panas, ia pun tersungkur jatuh.Brukk...!Tapi lekas berdiri dan membalikkan badan menghadap Pendekar Kera Sakti, ia menggeram melalui dengusan napas memanjang. Tapi wajahnya masih dingin dan kaku. Hanya matanya yang terlihat lebih tajam memandang Baraka sebagai ungkapan kemarahannya.“Kurang ajar! Berani-beraninya kau melakukan hal itu kepadaku, hah!”Sambil menahan beban berat, Baraka berkata, “Aku hanya ingin membuktikan, bahwa biar dalam keadaan terjepit begini, ta

    Last Updated : 2024-12-07
  • Pendekar Kera Sakti   739. Part 10

    Siluman Selaksa Nyawa redakan ketegangannya, ia kembali berdiri dengan sikap santai. Tongkatnya digenggam tangan kanan dalam keadaan berdiri di sampingnya. “Apa maksudmu menanyakan aku kenal dengan Salya Tirta Raharja, apakah ia gurumu?”“Tidak, Aku bukan murid Salya Tirta Raharja. Secara kebetulan saja, aku menemukan kitab kesaktian milik Salya Tirta Raharja yang sudah tiada”“Lalu kau murid siapa?”Kali ini Baraka terdiam, seakan mempertimbangkan jawaban yang akan diberikan.“Salah satu guruku adalah Setan Bodong”Siluman Selaksa Nyawa terkejut dengan cara menarik kepala ke belakang sedikit, tapi wajahnya tetap beku dan dingin.“Apakah benar kau murid si Setan Bodong?”“Ya! Kau takut berhadapan dengannya?”Siluman Selaksa Nyawa tidak kasih jawaban, tapi justru ajukan pertanyaan lagi, “Sebutkan nama asli mereka jika memang kau murid mereka!”

    Last Updated : 2024-12-07
  • Pendekar Kera Sakti   740. Part 11

    Srek...!Kaki Pendekar Kera Sakti terhenti seketika, demikian pula Dewa Racun. Kedua orang itu sama-sama kaget ketika mendengar nama Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi disebutkan oleh Ki Bwana Sekarat.Tentu saja Ki Bwana Sekarat merasa heran melihat sikap dua orang yang memandangnya.“Kenapa kau kaget?” tanyanya kepada Baraka.“Ki Bwana kenal dengan Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi?”“Sangat kenal, karena dulu aku pun mengabdi kepada beliau, sebagai penjaga Kolam Sabda Dewa. Tapi karena aku tergila-gila dengan seorang perempuan di alam nyata ini, maka kutinggalkan pengabdianku dan Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi tidak merasa keberatan. Aku pergi secara baik-baik dan seizin dia. Hmmm... ada apa kau tanyakan hal itu?” Ki Bwana Sekarat tampakkan kecurigaannya.Tapi Baraka menjawab, “Hmmm... tidak! Tidak ada apa-apa. Aku hanya pernah mendengar cerita tentang Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi dari nege

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status