Share

691. Part 16

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 01:02:22

"Sudah kubilang tadi, aku ini sekarang jadi orang sakti berilmu tinggi! Jangan remehkan aku, Ratu Pekat! Kurasa kau pun perlu pertimbangkan lamaranku tadi daripada mati cepat seperti bocah itu!"

"Lamaran sesat! Hadapi dulu aku kalau memang kau merasa berilmu tinggi, hiiih...!"

Ratu Pekat sentakkan napasnya, lalu dari kalung berbatu Galih Bumi itu melesatlah sinar biru tua ke arah Hantu Laut. Dengan cepat Hantu laut melompat ke samping untuk menghindari sinar biru itu.

Wuttt...!

Glegarrr...!

Sinar biru itu menghantam sebuah pilar di sudut teras istana. Pilar itu langsung saja berantakan, menjadi kepingan-kepingan kecil, dan menggunduk mirip gunungan batu kerikil.

"Hebat juga sinar biru dari kalungmu itu, Ratu Pekat! T ak rugi. aku jika punya istri berilmu tinggi seperti kamu, Ratu Pekat!"

“Tutup mulutmu! Terimalah kematianmu, Hantu Laut!"

Srett...! Hantu Laut sedikit sipitkan mata melihat Ratu Pekat keluarkan senjata, yait

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   692. Part 17

    “Tidak bisa, Hantu Laut! Karena istana ini dalam ancaman kutukan maut Siluman Selaksa Nyawa!""Kutukan? Kutukan bagaimana!""Istana ini akan hancur pada saat aku atau anakku menikah dengan seseorang! Pernikahan itu juga akan membawa kematianku dan kematian Cempaka Ungu! Jadi usahamu sia-sia, Hantu Laut!""Bangsat! Kubunuh Siluman Selaksa Nyawa itu!""Percuma! Kutukan itu bisa bebas lepas jika di depan istana ini ditanami tubuh tumbal seorang pendekar sakti!"“Tidak ada lagi pendekar sakti kecuali diriku!" sergah Hantu Laut."Selain kau, masih ada satu orang lagi yang bisa dijadikan tumbal pemusnah kutukan itu!""Siapa?""Pendekar Kera Sakti!" jawab Ratu Pekat."Pendekar Sakit!""Pendekar Kera Sakti!" ulang Ratu Pekat. "Jadi kalau kau mau mengawini aku dan anakku ini, carikan aku tumbal tubuh Pendekar Kera Sakti yang bernama Baraka.""Baraka...! Hmmm... aku pernah mendengar nama itu, tapi d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pendekar Kera Sakti   693. Part 18

    Semula Ratu Pekat ingin menaruh harap kepada Tengkorak Terbang, tapi orang itu telah melarikan diri dan tak jelas ke mana arah pelariannya, dan akan kembali atau tidak. Sebenarnya Tengkorak Terbang pantang melarikan diri jika berhadapan dengan lawannya. Bila perlu mati di tangan lawan lebih baik daripada melarikan diri. Tetapi pelariannya itu adalah pelarian mengatur siasat, ia harus segera menyusul Baraka ke Pulau Hitam. Jika ia mati di tangan Hantu Laut, siapa lagi yang akan menyusul dan memberitahukan peristiwa amukan Hantu Laut kepada Baraka. Karena itu, Tengkorak Terbang segera melakukan penyusulan tersebut.Sendirian ia terombang-ambing di tengah lautan bersama perahu kecilnya, ia berharap di perjalanan bisa berpapasan dengan perahu yang ditumpangi Baraka. Tapi ternyata yang ditemuinya perahu lain.Tengkorak Terbang mengeluh dengan desah kejengkelan, sebab kali ini ia kembali berpapasan dengan perahu berlayar kuning dengan gambar tengkorak dan tujuh mata rantai w

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pendekar Kera Sakti   694. Rahasia Dadung Amuk

    KAPAL Neraka dikerumuni beberapa orang. Bukan karena mereka kagum dan heran melihat kapal yang terkenal sebagai penyebar maut itu, tapi dengan sangat terpaksa mereka melakukan tugas dari Ratu Pekat untuk memperbaiki beberapa kerusakan kapal tersebut. Kepada salah seorang prajurit yang memimpin perbaikan kapal itu, Ratu Pekat berkata pelan, "Kalau bisa agak dibuat lama sedikit. Jangan terburu-buru selesai. Mengerti?""Mengerti, Nyai Ratu. Tapi, apakah tidak sebaiknya biar cepat selesai saja, biar setan gundul itu cepat pergi dari pulau ini?"“Tidak. Aku sangat berharap dia bertemu dengan Pendekar Kera Sakti di sini! Jangan biarkan dia pergi dan tersesat, hingga tidak bertemu dengan Pendekar Kera Sakti. Terlalu bodoh kalau aku membiarkan dia pergi begitu saja, walau sebenarnya aku bisa punya kesempatan untuk lari dan bersembunyi. Kalau dia masih hidup dengan tombak pusakanya, dia tetap akan menjadi ganjalan ketenangan hidup kita di mana saja! Jadi, dia harus mati.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pendekar Kera Sakti   695. Part 2

    "Itulah aku yang sekarang, Dadung Amuk!""Tapi aku buk... buk... bukan Dadung Amuk!""Omong Kosong! Ha ha ha...! Aku tak bisa kau tipu dengan kepura-puraanmu. Kau adalah Dadung Amuk! Kau tidak banyak berubah dan tetap berwatak pura-pura bodoh seperti dulu saja! Walaupun kau tanpa tambang pusakamu itu, tapi aku tetap bisa mengenali dirimu, Dadung Amuk! Ha ha ha...! O, ya... kau tidak perlu ikut bekerja seperti mereka! Kau bukan orang-orang seperti mereka! Dan... dan kenapa kau bisa jadi selemah ini? Apa yang telah terjadi pada dirimu, Dadung Amuk!"“Tidak... tid... tidak ada apa-apa? Sumpah! Tidak ada apa-apa!""Jujur saja, Dadung Amuk! Aku tahu kau pasti dalam kesulitan! Aku akan ganti menolongmu, Dadung Amuk! Aku harus menolongmu, karena belum satu pun jasa baikmu padaku yang sempat kubalas!" sambil berkata begitu, Hantu Laut menepuk-nepuk pundak Singo Bodong dengan tetap merangkulkan tangannya ke pundak itu. Kadang ia meremas-remas pundak Singo Bo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pendekar Kera Sakti   696. Part 3

    Cempaka Ungu menambahkan kata, "Di depan dia, kau harus tegas dan kelihatan berilmu tinggi. Dia tak akan berani melawanmu, karena dia merasa berhutang nyawa padamu! Tunjukkan di depan dia bahwa kau adalah Dadung Amuk yang dikaguminya. Biasanya seseorang akan menurut dengan perintah orang yang dikagumi dan disanjungnya!"Ratu Pekat menambahkan kata lagi, "Tapi kau juga jangan kelihatan semena-mena kepadanya, supaya dia tidak berbalik benci kepadamu. Justru tampakkan sikapmu memuji keberhasilannya dalam memiliki Pusaka Tombak Kematian itu, biar dia semakin salut padamu. Tapi juga jangan terlalu merendahkan diri di depannya, supaya kau tetap dihormati olehnya.""Bagaimana... bagaimana kalau dia tahu bahwa aku bukan Dadung Amuk yang sebenarnya?"“Tidak mungkin!" sahut Cempaka Ungu. "Kau mengaku sebagai Singo Bodong saja dia tetap ngotot dan menganggapmu Dadung Amuk!""Ya. Kurasa dia tidak akan mengetahui bahwa kau adalah bukan Dadung Amuk. Dia tetap aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pendekar Kera Sakti   697. Part 4

    "Karena ratu menyuruhku bilang begitu padamu.""Jadi, kau diperalat oleh Ratu Pekat?""Hmmm... anu... begini... bukan diperalat. Ratu sebenarnya menaruh hati melihat keperkasaanmu. Tapi dia tidak ingin kehilangan daya tarik terhadapmu jika kamu masih menempati kamar pribadinya. Jadi, dia ingin agar aku menyampaikan isi hatinya, bahwa dia tak mau kehilangan rasa tertarik kepadamu. Jika kau tetap menempati kamar pribadinya, dia akan kecewa dan rasa tertarik padamu berkurang, bahkan bisa hilang. Dia takut kehilangan hal itu, Hantu Laut! Jadi saranku, jangan kecewakan dia supaya dia semakin kagum dan tertarik padamu!""Ha ha ha ha...! Ya, ya... aku tahu maksudnya! Aku akan turuti saranmu itu!"Singo Bodong merasa lega, ternyata ia bisa bicara tanpa menimbulkan kecurigaan Hantu Laut. Lalu, ia berkata lagi sambil duduk di bangku taman samping istana. "Sebenarnya sudah lama aku ingin melawan sang ketua!""O, ya! Kalau begitu kita memang sangat cocok berte

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pendekar Kera Sakti   698. Part 5

    Pada waktu prajurit itu belum tiba di istana, Singo Bodong sudah hampir membawa lari tombak pusaka tersebut. Tapi ketika ia didesak terus untuk memainkan satu jurus tombak oleh Hantu Laut, dan ia kibaskan tombak itu dengan sembarangan, Hantu Laut sempat terpental dan Singo Bodong pun cepat melepaskan tombak itu. Karena dari ujung tombak keluar sinar kilat biru yang segera melesat dan mengenai sebuah pohon.Pohon itu langsung hancur dari ujung sampai akarnya. Singo Bodong yang kaget, juga terpental karena ledakan pohon, dan tombaknya terlepas jatuh. Bahkan hampir-hampir kilatan cahaya biru itu mengenai Cempaka Ungu yang bersembunyi tak jauh dari pohon yang meledak itu. Karena takutnya, Singo Bodong gemetar dan segera mengambil tombak itu lalu menyerahkannya kembali kepada Hantu Laut sambil berkata dalam kepolosan asli Singo Bodong. "Mmma... maaf, aku tidak sengaja! Sungguh aku tidak sengaja, Hantu Laut! Ak... aku... aku tidak tahu kalau benda ini bisa keluarkan cahaya biru pet

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pendekar Kera Sakti   699. Part 6

    Orang-orang yang mengerjakan perbaikan Kapal Neraka itu berhenti bekerja. Mereka memandangi suatu ketegangan yang terjadi di bawah pohon kelapa yang meliuk agak rendah ke pantai. Ketegangan itu terjadi antara Hantu Laut dan Gagak Neraka. Sedangkan Tabib Akhirat dengan dinginnya berdiri agak jauh dari mereka."Aku mendengar kabar kurang enak dari seseorang tentang dirimu, Hantu Laut!""Kabar tentang aku beranak!""Kabar kurang enak!" tegas Gagak Neraka."O, kabar kurang enak! Ya, mungkin saja!""Kau membunuh Tapak Baja?""Betul! Aku yang membunuhnya!""Kau mau memberontak kepada sang ketua?""Betul! Aku akan membunuh sang ketua!" jawab Hantu Laut tanpa tedeng aling-aling lagi, artinya secara blak-blakan dia berkata apa adanya."Sayang sekali sikapmu berbalik begitu, Hantu Laut! Padahal aku baru mau usulkan pada ketua untuk mengangkat kamu menjadi pengawal pribadiku!""Aku tak sudi! Mau apa kau!" tantang Hantu Laut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status