Share

681. Part 6

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 01:04:09

"Kalll... kaaal... kaal... kalau begitu, orang tersebut akan hidup selama-lamanya?"

"Bukan begitu artinya! Orang itu akan mati apabila sudah tiba saatnya untuk mati! Jika belum waktunya garis kehidupan menentukan ia mati, maka walaupun mati beberapa kali, itu hanya suatu kecelakaan biasa yang bisa membuatnya hidup lagi. Kematian di luar kodrat ibarat bagi kita adalah pingsan karena sesuatu hal. Orang pingsan bisa bangkit lagi, bukan? Nah, demikian pula orang yang punya ilmu seperti Jangkar Langit!"

"Jad... jad... jadi, bagaimana untuk mengalahkan orang yang punya ilmu seperti itu, terutama jika ia adalah orang sesat dan jahat, tentunya sangat sulit untuk dibunuh!"

"Memang sulit!" jawab Baraka sambil tersenyum, "Tapi jika garis ketentuan hidupnya sudah mencapai pada titik kematian, secara sengaja atau tidak sengaja, seseorang bisa saja membuatnya mati selama-lamanya. Entah dengan cara bagaimana dan dalam keadaan mati yang seperti apa, kita tidak tahu! Setiap oran

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   682. Part 7

    "Rupanya kau memang sengaja ingin adu ilmu kesaktian denganku, Bocah Kadal!""Aku tidak bermaksud begitu, tapi aku siap jika kau inginkan!""Kau tidak terkejut sedikit pun melihat aku bangkit lagi!""Itu permainan anak kecil! Tetanggaku punya anak, dan anaknya juga bisa bangkit lagi dari kematiannya! Itu hanya permainan anak-anak saja, tak perlu membuatku terheran-heran!""Kalau begitu, kutunjukkan jurus mautku yang bisa membuatmu terperangah dan terheran-heran! Hiaaaat...!"Perwira Mayat Hidup melompat bagaikan terbang ke arah haluan. Pendekar Kera Sakti segera melompat juga menyongsong gerakan terbang lawannya. Tapi tiba-tiba tubuh Perwira Mayat Hidup berhenti di udara tanpa beralaskan apa pun. Ia berdiri menghadang gerakan Baraka ke arahnya, lalu dengan cepat ia sentakkan tangannya yang mengeluarkan cahaya kuning itu.Clapp...!Baraka cepat kibaskan tangan dan sinar kuning itu tepat mengenai suling mustikanya.Tabb...! Wuttt

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pendekar Kera Sakti   683. Part 8

    Dan Hantu Laut segera mengenali orang itu. "Rupanya kau yang datang dan menghambat perjalananku ke Pulau Beliung, Jangkar Langit!""Ya. Aku yang datang, menuntut kematian adikku si Talang Sukma, dan merebut kembali Pusaka Tombak Kematian-ku itu!" kata Jangkar Langit dengan tegas. Lalu serta-merta Jangkar Langit sodokkan tangannya ke depan sebagai sodokan jarak jauh ke arah dagu lawannya.Wuttt!"Serahkan tombak itu! Kau tak akan bisa membunuhku, Hantu Laut!"Hantu Laut tersedak keras, mulutnya ternganga, muncrat darahnya dari mulut itu. Ia cepat berdiri mengambil keseimbangan badannya yang gemuk itu. Ia terhuyung-huyung dan hampir saja jatuh, untung tombak di tangannya cepat digunakan untuk menahan tubuh, hingga ia tak sempat jatuh.Jangkar Langit cepat menyerang kembali lawannya dengan pukulan tenaga dalam dari jarak lima langkah.Wuttt...!Tapi saat itu Hantu Laut cepat putarkan tombak di atas kepalanya, lalu keluarlah sinar hijau m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pendekar Kera Sakti   684. Part 9

    Hal itu membuat si Golok Makam palingkan wajahnya memandang Loh Gawe, lalu serukan kata dari haluan, “Tahanlah dulu nafsumu, Loh Gawe! Aku percaya Kapal Neraka itu berlayar ke Pulau Beliung! Di sana kita pasti akan bertemu dengan Hantu Laut, dan kita bisa tanyakan kepadanya siapa yang membunuh kakakmu si Tapak Baja itu. Apakah orang-orangnya Resi Kidung Sentanu, atau muridnya si Jangkar Langit! Sebab kulihat mayat Talang Sukma, adik Jangkar Langit, ada di Pulau Kidung juga!""Apakah mungkin orangnya Resi Kidung Sentanu ada yang masih hidup dan bisa mengalahkan kakakku, Tapak Baja itu!" suara Loh Gawe lebih besar dan bernada seperti orang menggeram dalam gerutuan."Setahuku, Kidung Sentanu mempunyai anak angkat yang bernama Lembu Ireng. Tadi tak kulihat mayat Lembu Ireng di antara mayat-mayat penduduk Pulau Kidung! Jadi jelas, Lembu Ireng belum terbunuh oleh Tapak Bajai""Kalau begitu kita cari si Lembu Ireng itu dulu!""Jangan, Loh Gawe! Tugas kita

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pendekar Kera Sakti   685. Part 10

    Sinar hijau selalu digunakan Hantu Laut untuk melindungi dirinya dari serangan Jangkar Langit. Sedangkan Jangkar Langit sendiri tahu, bahwa sinar hijau yang keluar dari tombak yang diputar-putarkan itu memang sulit ditembus oleh jurus apa pun.Tanpa disadari oleh keduanya, pertarungan itu mulai terlihat oleh sebuah perahu berlayar biru dengan simbol tengkorak dan tujuh mata rantai yang berwarna putih. Perahu itulah yang membawa Loh Gawe dan si Golok Makam untuk mendekati Kapal Neraka."Loh Gawe...! Lihat Kapal Neraka itu!" kata Golok Makam. "Sepertinya Hantu Laut sedang bertempur menghadapi tokoh tua berpakaian serba putih itu!"“Tak salah lagi, dialah si Jangkar Langit!" geram Loh Gawe dengan mata mulai membuas penuh nafsu membunuh. "Dekati terus kapal itu! Kita hajar si Jangkar Langit dari sini!"Loh Gawe melayangkan pukulan jarak jauhnya yang berwarna merah membara. Sasarannya adalah punggung Jangkar Langit yang sedang menghadapi tebasan-tebasan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pendekar Kera Sakti   686. Part 11

    "Aku tak jelas dengan maksud kata-katamu, Hantu Laut!" kata Golok Makam."Kau dipanggil sang ketua agar segera menghadap!""Aku tidak mau!" jawab Hantu Laut. "Jika sang ketua punya kepentingan denganku, biarlah dia yang menghadapku kemari!""Lancang sekali mulutmu, Hantu Laut!" sentak Loh Gawe dengan dada bergemuruh. Wajahnya pun menjadi tegang. "Apa maksudmu bicara begitu, Hantu Laut? Apakah kau ingin menentang sang ketua? Kau tak takut dibunuhnya!""Ha ha ha ha...!" Hantu Laut tertawa, Loh Gawe segera bernapas lega, karena menyangka itu tadi hanya kelakar Hantu Laut saja. Mereka tersenyum pahit sambil memandangi apa yang dilakukan Hantu Laut. Rupanya Hantu Laut mengangkat mayat Jangkar Langit dan dilemparkannya ke laut. Tapi mayat itu jatuhnya ke perahu berlayar biru."Hei, mayat itu jatuh di perahuku!" kata Golok Makam. Tapi Hantu Laut tidak peduli. Bahkan dengan menggunakan ujung tombak ia putuskan tambang penambat perahu itu, hingga kini perah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pendekar Kera Sakti   687. Part 12

    Kepergian Loh Gawe bukan sekadar kepergian seorang bawahan yang ingin melapor kepada atasannya. Hantu Laut tahu, Loh Gawe ketakutan menghadapi dirinya bersama Pusaka Tombak Kematian. Karenanya, Hantu Laut semakin bangga atas kekuatan dirinya, dan kian besar tekadnya untuk menundukkan Ratu Pekat di Pulau Beliung. Layar hitam bergambar tengkorak dengan tujuh rantai itu terlihat dari pantai Pulau Beliung. Waktu itu, Singo Bodong sedang dilatih jurus-jurus silat oleh orang berpakaian serba putih, bahkan ikat rambutnya yang pendek itu pun juga berwarna putih, padahal rambutnya sendiri sudah putih, bahkan alas kakinya pun dari sandal bertali putih. Agaknya orang ini menyukai warna putih, sehingga pantas ia menamakan dirinya sebagai Jalak Putih.Ketika menerangkan jurus gerakan cepat, Jalak Putih menancapkan gagang tombaknya ke pasir pantai. Tombak berujung bulan sabit yang berkilauan tajamnya itu berdiri dengan tegak dalam jarak lima kaki darinya.Singo Bodong sedang meniruk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pendekar Kera Sakti   688. Part 13

    "Apa... Baju?""Maju, kataku!" bentak Penghulu Petir. Tapi suara bentakan itu membuat si Latah Lidah kaget dan berseru, "Maju! Iya, iya... maju. Ciaaat...!"Si Latah Lidah tahu-tahu melayang dan menerjang Hantu Laut dengan tendangan terbangnya. Senjata pisau besarnya dicabut dan digunakan untuk membabat kepala Hantu Laut.Wutt...!Hantu Laut merendahkan badan menghindari tendangan kaki si Latah Lidah, ia melihat bayangan Latah Lidah di pasir pantai, lalu sambil memutar setengah jongkok ia goreskan tombak itu di pasir.Bruss...!"Aahk...!"Latah Lidah terpekik, jatuh tubuhnya dengan bersimbah darah. Rupanya ia terluka lebar dari pinggang kanan sampai ke pundak kiri. Isi perutnya nyaris keluar karena lebarnya luka. Tentu saja hal itu membuat si Latah Lidah kejang-kejang beberapa saat, kemudian tersentak dalam hembusan napas panjang, dan diam tak bergerak lagi.Jalak Putih dan Penghulu Petir terkejut melihat si Latah Lidah dalam s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pendekar Kera Sakti   689. Part 14

    Blarrr...!Terjadi ledakan dahsyat dari benturan dua cahaya biru itu. Pangeran Berdarah dan Hantu Laut sama-sama saling terpental ke belakang. Bahkan Penghulu Petir pun jatuh kelabakan hampir membentur batu kepalanya akibat hentakan gelombang yang keluar dari ledakan tadi. Sedangkan Tengkorak Terbang yang berbadan kurus tanpa daging ibaratnya, tersentak dan jatuh menabrak Singo Bodong.Bruss...!Hantu Laut cepat berdiri sambil berpegangan pada tombak yang pangkalnya menancap di pasir. Sedangkan Pangeran Berdarah masih terpaku dalam keadaan setengah berlutut, ia mengeluarkan darah dari mulutnya, sementara keris pusaka yang tadi memancarkan sinar biru itu dalam keadaan patah menjadi dua bagian."Luar biasa kekuatan dahsyat dari tombak itu," pikir Pangeran Berdarah. "Pantas kalau Guru sangat wanti-wanti untuk tidak gegabah menyerang orang yang bersenjatakan Pusaka Tombak Kematian! Tapi, bagaimanapun juga aku harus membalas kematian Guru!"Baru saja Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status