Share

186. Part 7

last update Last Updated: 2024-06-19 01:02:44

"Apa sebenarnya yang telah terjadi, Sati? Apa yang telah kau katakan tadi adalah suatu kebohongan belaka, bukan?" selidik Baraka kemudian.

Terdiam Silasati. Mendadak, air bening menitik dari kedua sudut mata putri Bancaksika itu. Kening Baraka langsung berkerut rapat. Si pemuda merasa heran melihat perubahan sikap Silasati.

"Kau menangis? Kalau ada apa-apa, aku bersedia menolongmu...," tawar Baraka kebodoh-bodohan

"Te... terima kasih, Tuan Baraka...," sambut Silasati, sesenggukan. Nada bicaranya kembali menjadi hormat. "Kalau Tuan memang ingin menolongku, sudilah Tuan mengikutiku ke Puri Dewa Langit..."

"Itu akan menyelesaikan persoalanmu?"

Mengangguk Silasati.

"Kalau cuma itu permintaanmu, apa susahnya? Tapi, tidakkah kau ingin berterus terang kepadaku? Apa permasalahanmu sebenarnya? Ada hubungannya dengan Bancakluka?" desak Baraka.

Pemuda itu sudah tahu perihal pertunangan Silasati dengan Bancakluka. Silasati diam beberapa lama. Set

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   187. Part 8

    "Bancakluka! Bancakluka! Apa yang tengah kau lakukan"!" tegur si kakek.Pemuda bertubuh tinggi tegap tak menghentikan perbuatannya. Dia terus berlari-lari mengitari bangunan rumah panggung yang terbuat dari susunan kayu jati. Apa yang dilakukan si pemuda mirip perbuatan orang yang telah kehilangan akal sehat. Sementara menilik dari keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya, dapat dipastikan bila dia telah berlari mengempos tenaga cukup lama. Memang, tak kurang dari lima puluh kali dia berlari mengitari rumah panggung yang cukup besar itu.Ya! Dia memang Bancakluka. Dan, kakek yang tengah menatap penuh kekhawatiran itu adalah ayahnya, Bancakdulina, baulau atau kepala Suku Asantar.Berkali-kali sudah Bancakluka berlari sempoyongan dan hampir terpeleset jatuh. Tenaganya hampir terkuras habis. Namun demikian, tak ada tanda-tanda bila dia akan segera menghentikan perbuatannya."Bancakluka! Hentikan perbuatan gilamu itu!" seru Bancakdulina, lebih keras.

    Last Updated : 2024-06-19
  • Pendekar Kera Sakti   188. Part 9

    "Kita ke rumah Bancaksika saja. Kita cari keterangan di rumah pamanmu itu," ajak Bancakdulina kemudian. Bancakluka tak menjawab. Namun, dia bangkit berdiri pertanda menyetujui ajakan ayahnya.Bancaksika adalah ayah Silasati, dan merupakan adik Bancakdulina. Dalam aturan adat suku yang terletak di ujung selatan Pulau Salyadwipa itu, setiap warga Suku Asantar diperbolehkan melakukan perkawinan sedarah. Oleh karenanya, sah-sah saja kalau Bancakdulina menjodohkan Bancakluka dengan Silasati yang tak lain keponakannya sendiri.Sementara, rumah Bancaksika bersebelahan dengan rumah Bancakdulina. Jadi, Bancakdulina dan putranya tak butuh waktu banyak untuk sampai di tempat yang dituju."Bancaksika! Bancaksika!" seru Bancakdulina sembari mengetuk daun pintu keras-keras.Tak lama Bancakdulina menunggu. Pintu rumah segera terkuak, dan tampaklah seraut wajah kusut milik Bancaksika yang baru bangun tidur."Kau... Ada apa malam-malam begini?" ujar ayah Silasati i

    Last Updated : 2024-06-20
  • Pendekar Kera Sakti   189. Part 10

    Namun tanpa disadari oleh Baraka..., semakin dia mengempos tenaga, semakin cepat inti kekuatan tubuhnya terhisap. Hingga lama-kelamaan, Baraka merasakan tubuhnya amat lemah. Lalu di lain kejap, dia tak dapat menggerakkan tubuhnya lagi. Dia pun jatuh menggelosoh ke lantai dingin, bagai selembar kain tak berharga!Sementara, Danyangsuli yang masih terbaring di tilam tampak tersenyum puas. Bola matanya berbinar-binar saat bangkit. Tanpa mempedulikan keadaan tubuhnya yang tak tertutup selembar benang, wanita berwajah cantik jelita itu menatap tubuh lemah Pendekar Kera Sakti yang tergolek telentang di lantai. Sinar mata si pemuda telah redup. Inti kekuatan tubuhnya telah terhisap habis oleh Danyangsuli. Itu berarti seluruh ilmu kesaktian Pendekar Kera Sakti turut lenyap!"Ha ha ha...!" tawa gelak Danyangsuli. "Sungguh malang nasibmu, Baraka. Seluruh inti kekuatan tubuhmu telah pindah ke tubuhku. Kini, dirimu tak lebih berharga dari seonggok sampah! Ha ha ha...!""Dan

    Last Updated : 2024-06-20
  • Pendekar Kera Sakti   190. Part 11

    Setelah menghapus peluh di wajahnya, pemuda lugu itu merapikan pakaiannya yang kedodoran. Namun mendadak, dia terkesiap. "Astaga! Suling Krishna-ku lenyap!" serunya.Walau telah memutar pandangan dan mencaricari di beberapa tempat, Baraka tetap tak dapat menemukan senjata andalannya. Maka, menggeram marahlah dia teringat akan sosok Danyangsuli yang telah memasang perangkap terhadapnya."Pasti wanita itu yang membawa senjataku!" pikir Baraka. "Aku harus cepat keluar dari tempat ini. Aku harus merampas kembali senjataku sebelum dia menggunakannya untuk tujuan tak baik!"Karena desakan rasa khawatir, Baraka meloncat mengikuti jalan di lorong gua. Namun tanpa diketahuinya, ada sebentuk benteng gaib yang menahan luncuran tubuhnya. Hingga....Jder...!"Argh...!"Diiringi suara ledakan seperti genderang dipukul keras, tubuh Baraka terpental balik lalu jatuh bergulingan di lantai gua. Walau tak mendapat cedera berarti, tak urung sekujur tubuhnya ter

    Last Updated : 2024-06-20
  • Pendekar Kera Sakti   191. Part 12

    "Jahanam! Apa yang kau lakukan di sini, Padempuan"!" tegur Danyangsuli, keras menggelegar."Tahan hawa amarahmu dulu, Suli...," sahut Sasak Padempuan, tenang. "Sengaja aku mendatangimu di tempat ini karena ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu.""Tapi..., sungguh tidak pada tempatnya bila kau menungguku ketika aku dalam keadaan seperti ini, bukan?" tegur Danyangsuli lagi, duduk mendeprok di dalam air. Namun, tubuh bagian atasnya tetap saja terlihat dengan jelas."Jangan berlagak sok alim, Suli...," cibir Sasak Padempuan. "Aku tahu siapa dirimu. Bagaimanapun, kita pernah menjadi sepasang kekasih. Kita pernah menikmati kebahagiaan bersama-sama. Oleh karenanya, tak perlu kau bersikap ketus macam itu. Kau bukan gadis belia yang akan marah ketika tubuh telanjangnya diintip orang. Tubuhmu memang amat menggiurkan, Suli. Tapi, aku datang bukan untuk mengintip ataupun mencoba menikmati keindahan tubuhmu itu. Ada sesuatu yang memang harus kubicarakan denganmu. Seger

    Last Updated : 2024-06-21
  • Pendekar Kera Sakti   192. Part 13

    Kemauan keras untuk dapat terus hidup membuat Sasak Padempuan tak sampai jatuh pingsan, walau rasa sakit merejam sekujur tubuhnya. Putaran angin puting beliung membuat tubuh si pemuda berputar-putar terhisap, dan terhempas mengikuti ke mana angin itu membawanya. Bukan saja tulang-belulangnya terasa telah hancur berantakan, Sasak Padempuan juga merasakan kepalanya amat pening bagai dipukuli palu godam. Namun, semangat hidup pemuda itu benar-benar bagai api yang terus menyala, sehingga membuatnya dapat mempertahankan kesadarannya.Meski samar-samar Sasak Padempuan dapat melihat bagaimana keadaan puncak Bukit Silambar yang akan segera menyambut luncuran tubuhnya. Puncak bukit yang terletak cukup jauh dari perkampungan Suku Asantar itu dipenuhi bongkah-bongkah batu besar. Kalau tidak tersangkut di dahan pohon, pastilah tubuh Sasak Padempuan akan hancur berantakan bila jatuh di tanah berbatu-batu itu!Menyadari nasibnya yang akan segera dijemput ajal, tak dapat lagi Sasak P

    Last Updated : 2024-06-21
  • Pendekar Kera Sakti   193. Part 14

    "Apa yang Sangkuk katakan memang masuk di akal. Tapi, bagaimana dengan Baraka? Kenapa dia turut menghilang? Apakah memang ada orang jahat yang tidak suka melihat kehadirannya di Perkampungan Suku Asantar ini? Dan, bermaksud mencelakakan pemuda itu?""Begitulah kira-kira. Menurut dugaanku, entah didahului dengan peristiwa apa, Sadeng Sabantar dijadikan semacam sandera oleh seseorang yang punya maksud tak baik terhadap Baraka. Silasati yang amat mencintai Sadeng Sabantar dipaksa untuk membawa Baraka keluar dari rumah ini. Lalu setelah Baraka jatuh ke tangan orang jahat itu, Silasati dan Sadeng Sabantar menjadi amat ketakutan karena merasa bersalah telah menjerumuskan seorang tamu terhormat macam Baraka. Dan, karena rasa bersalah itulah mereka tak berani menampakkan diri di Perkampungan Suku Asantar ini. Yang merasa ketakutan itu terutama Silasati. Kalau dia muncul, bukankah kau bisa mengorek keterangan dan memaksanya untuk bicara? Bukankah kau yang menjadi saksi perbuatan Silas

    Last Updated : 2024-06-21
  • Pendekar Kera Sakti   194. Part 15

    Cusss...!"Akkhhh...!"Memekik parau lagi Sasak Padempuan. Gumpalan sinar merah berbentuk kerucut masuk perlahan ke tubuh Sasak Padempuan. Pada waktu masuk itulah Sasak Padempuan merasakan siksaan yang amat menyakitkan. Sekuat tenaga dia berusaha menahan rasa sakit itu. Karena kalau dia tak tahan dan sampai jatuh pingsan, maka sia-sialah usaha Danyangsuli yang hendak mengembalikan kekuatan ilmu sihirnya."Tahan, Padempuan! Sedikit lagi! Sedikit lagi!" seru Danyangsuli, tetap menyorongkan cincin mustikanya ke arah Sasak Padempuan.Tak ada yang dapat dilakukan Sasak Padempuan kecuali menjerit-jerit dan melonjak-lonjak bagai orang kesurupan. Namun tak lama kemudian, gumpalan sinar merah lenyap. Masuk semuanya ke tubuh Sasak Padempuan. Dan, Sasak Padempuan pun tak lagi tersiksa oleh rasa sakit. Rasa sakit yang semula merejamnya kini lenyap tanpa sisa. Bahkan, tubuhnya malah terasa amat ringan dan segar bugar!Angin yang berhembus di kala mentari bersin

    Last Updated : 2024-06-22

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status