"Persetan dengan permintaan maafmu!" geram Hantu Tari dengan suara berat. "Kau berhutang satu jurus padaku! Akan kubalas kalau luka ini telah sembuh! Tunggu, tak akan lama kita pasti bertemu dan kau harus bayar hutangmu ini!"
Weess...!
Setelah bicara begitu, Hantu Tari larikan diri dengan menahan luka di dadanya. Pendekar Kera Sakti tak sempat menahan gerakan Hantu Tari. Tapi pikirnya, memang tak ada perlunya menahan Hantu Tari, sebab ia tak punya persoalan dengan perempuan itu. Namun kepada Dungu Dipo, ia punya persoalan sendiri, yaitu sebagai calon tamu di tempat Dungu Dipo mengabdikan dirinya. Jika Baraka lakukan penyelamatan terhadap Dungu Dipo, hal itu disebabkan karena ia ingin menjalin persahabatan dengan pihak Dungu Dipo, terutama dengan ratu gustinya. Sebab dengan menjalin persahabatan itulah, Baraka berharap dapat mengetahui rahasia pedang pusaka yang konon disimpan oleh gadis gila di sebuah gua di Bukit Tungkai.
Baraka membawa Dungu Dipo ke tempat ker
"Apakah Palupi menjadi gila juga karena pukulan beracunnya Hantu Tari!" pikir Baraka kala ia bersembunyi di balik pohon besar berbatang pipih, menyerupai bilik-bilik dinding."Tak ada salahnya jika ia kulumpuhkan dulu walaupun terluka, tapi harus segera kutolong agar nyawanya tak terlanjur melayang."Selagi Baraka berpikir, tiba-tiba ia mendengar suara jeritan seorang wanita."Aaaah...!"Baraka tersentak kaget. "Itu suara Palupi! Ya, pasti Palupi!" Dan Baraka pun segera sentakkan kaki, pergunakan ilmu peringan tubuhnya untuk melesat dengan cepat melebihi anak panah.Zlaaap...! Dalam sekejap ia sudah berada di tempat yang datar, di sana ia melihat Palupi sedang dikejar-kejar Dungu Dipo. Bahkan sebuah pukulan bertenaga dalam tinggi dilepaskan oleh Dungu Dipo ke arah punggung Palupi yang berlari-lari ketakutan itu.Claap...! Sinar merah dari tangan kiri Dungu Dipo melesat cepat menghantam Palupi. Tapi Pendekar Kera Sakti bergerak lebih cepat la
"Sial! Cepat sekali gerakan si bayangan hitam tadi. Jangan-jangan memang benar, Siluman Selaksa Nyawa yang membawanya pergi dan masuk ke alam gaib! Ah, sudahlah! Biarkan dulu si Dungu Dipo. Aku perlu menanyakan beberapa hal kepada Palupi! Gadis itu hampir saja cedera karena tingkahnya yang membuatnya jatuh dari pohon. Untung segera berhasil kusambar kembali!" sambil menggumam begitu, Baraka bergegas kembali ke tempat di mana ia tinggalkan si gadis gila itu.Tetapi alangkah kecewanya hati Pendekar Kera Sakti setelah sampai tempat semula, ternyata Palupi sudah tidak ada di tempat. Matanya memandang sekeliliing, bahkan sempat naik ke atas pohon dan memeriksa alam sekitar dari sana. Gadis gila itu tidak terlihat sedang melarikan diri ke suatu tempat. Baraka menjadi cemas dan berkata dalam hatinya, "Jangan-jangan dia ikut dibawa lari oleh Siluman Selaksa Nyawa? Ah, kacau sekali pikiranku. Mereka lenyap begitu saja, seperti ditelan bumi. Apakah benar orang berpakaian serba hitam ta
Ketika Tandu Terbang melayang dengan pedangnya, Hantu Tari menangkis menggunakan trisula emasnya.Trang...! Lalu kakinya menendang bagian bawah kayu pemikul.Daahg...! Tendangan bertenaga dalam tinggi itu membuat tandu berjungkir balik di udara, tapi tak membuat rusak keadaan penutupnya. Penghuni tandu pun tidak terlempar keluar dan, ketika diam di tempat, tandu itu sudah dalam keadaan seperti semula.Kedua kayu pemikulnya menghadap ke arah Hantu Tari. Keadaan tandu itu tidak menyentuh tanah, mengambang di udara tanpa bergerak, seakan menunggu serangan lawan selanjutnya."Jika bukan orang berilmu tinggi yang ada dalam tandu itu, tak mungkin ia bisa gerakkan tandu itu dan diam dalam keadaan melayang di udara," pikir Pendekar Kera Sakti. "Benar-benar tinggi ilmu si penghuni tandu itu. Sri Maharatu pun kalah tinggi ilmunya dengan orang dalam tandu. Aku yakin, pasti Pendita Arak Merah sendiri yang menghuni tandu tersebut."Tiba-tiba terdengar suara Han
TIBA-TIBA sesosok tubuh kurus sudah berdiri di belakang tandu. Sesosok tubuh kurus itu miiik seorang nenek berambut putih dengan rambut disanggul sebagian. Wajahnya kempot, kulitnya keriput, matanya cekung, namun mempunyai pandangan yang tajam.Nenek itu kenakan jubah merah muda yang sudah kusam dengan pakaian dalam warna hitam. Nenek itu masih tegak walau usianya diperkirakan sekitar sembilan puluh tahun lebih, ia mengipas-ngipas diri dengan kipas warna hitam bertepian garis kuning emas. Di bagian tengah kipasny aterdapat lukisan seekor burung murai.Rupanya nenek itu mendengar suara lawan bicaranya sehingga tahu-tahu ia menjawab, "Benar! Tak salah dugaanmu, Tandu Terbang. Akulah yang bernama Nyai Paras Murai, guru dari Hantu Tari!"Lalu, nenek itu diam beberapa saat bagai mendengar suara, setelah itu terdengar berkata bagaikan menjawab sebuah pertanyaan, "Tak peduli apa urusanmu dengan muridku, tapi aku tak rela jika muridku kau lukai begitu! Aku berhak membel
"Dungu Dipo ada di sana? Hmm... siapa orang yang sedang diserangnya itu?" pikir Baraka sambil kian mendekati tempat pertarungan Dungu Dipo melawan tokoh tua berpakaian serba hitam. Rambutnya masih tampak hitam pekat walau wajahnya mencerminkan usia di atas sembilan puluh tahun. Tubuh kurus yang terbungkus baju jubah hitam itu masih mampu bergerak lincah, walau pada akhirnya terjungkal karena tendangan kaki Dungu Dipo yang mempunyai hentakan tenaga dalam dan membuat tubuh lawannya terpental sebelum kaki menyentuh tubuh itu."Bahaya! Dungu Dipo masih ganas saja. Pengaruh 'Racun Murka' belum hilang dari jiwanya, ia masih kelihatan bernafsu membunuh siapa saja, termasuk lawannya itu. Tapi... bukankah lawannya itu yang tadi kulihat berkelebat menyambarnya? Pakaiannya hitam, rambutnya panjang dan hitam, kulitnya pun tergolong hitam. Jangan-jangan memang orang itu yang tadi menyambar Dungu Dipo?"Dalam satu kesempatan, Dungu Dipo melihat lawannya yang tua terkulai lemas dan m
Ketika orang tua itu mendengar nama Baraka dan gelarnya;Pendekar Kera Sakti, maka rasa heran itu pun lenyap dari hatinya."Pantas kalau kau bisa lakukan hal-hal seperti itu, ternyata kau si Pendekar Kera Sakti, muridnya Setan Bodong!" katanya ketika itu, dan Baraka hanya tersenyum ramah, tanpa kelihatan membusungkan dada atas kesaktiannya.Hubungan mereka bertiga menjadi baik. Bahkan Ki Palaran sempat menceritakan siapa Hantu Tari dan Nyai ParasMurai itu."Paras Murai adalah bekas kekasihku," kata Ki Palaran agak malu-malu, namun masih kelihatan ketegasan dan kewibawaannya. "Kami tak jadi melanjutkan hubungan cinta karena orangtua kami saling bermusuhan. Walau sekarang aku dan Paras Murai sudah sama-sama tidak mempunyai orangtua, namun hubungan cinta sudah telanjur putus dan sepertinya kami sama-sama enggan menyambung kembali di usia setua ini."Dungu Dipo masih bersandar di pohon sambil duduk melonjor seakan menunggu pulihnya tenaga yang terkuras habis k
"Takut kurang jelas bagimu. Tapi setahumu..., eh... setahuku, gadis gila itu tak ada hubungannya dengan Ratu Gustiku, sebab kami mengetahui gadis itu baru beberapa hari yang lalu, yaitu ketika ia berteriak-teriak di depan pintu gerbang mengatakan akan menjual Pedang Kayu Petir kepada siapa saja yang mau membelinya. Gadis itu segera diusir oleh penjaga pintu gerbang. Penjaga pintu gerbang sempat bocor kepalanya karena dilempar batu oleh gadis gila itu. Ratu Gusti Purnama Laras mendengar teriakan gadis gila yang menawarkan Pedang Kayu Petir, lalu menyuruh kami untuk menghadapkan gadis itu. Tapi... gadis itu malah lari sehabis melukai kepala si penjaga pintu gerbang. Kami ditugaskan mencari dan membawanya pulang ke Muara Singa. Hanya itu yang kau tahu, eh... yang kutahu tentang gadis tersebut.""Apakah ceritamu itu bisa kupercaya?"Dungu Dipo diam sejenak, lalu angkat bahu, "Terserah padamu. Aku tidak memaksamu untuk mempercayai ceritaku. Karenanya kusarankan agar kau tem
"Jangan katakan bahwa kau pernah bertemu dengan gadis gila itu," kata Dungu Dipo.Kata-kata itu membuat Baraka menjadi heran dan menaruh curiga, sehingga meluncurlah pertanyaan dari mulutnya, "Mengapa begitu? Apa akibatnya jika kuceritakan tentang hal yang sebenarnya kualami bersama Palupi?""Pokoknya jangan ceritakan soal Palupi. Berlagaklah pura-puratidak bertemu dengan gadis gila itu. Aku takut Ratu Gustiku akan menaruh curiga padamu, Baraka. Dikiranya kau telah berhasil memiliki Pedang Kayu Petir."Baraka hanya tersenyum dan manggut-manggut. Sebenarnya jika Pendekar Kera Sakti tidak berbelok arah untuk saksikan pertarungan Dungu Dipo dengan Palupi, ia dapat jumpai pertarungan hebat antara Nyai Paras Murai. Tandu Terbang berhasil mendesak Nyai Paras Murai, sehingga hampir-hampir Hantu Tari hancur menjadi sasaran pukulan tenaga dalam yang dilancarkan dari dalam tandu. Untung Nyai Paras Murai cepat-cepat lindungi muridnya, hingga punggungnya menjadi sasaran tel
Sang Begawan tersenyum, "Dalam teropong batin dan jalur lacak sukma, gadis itu tidak bisa diketahui dari mana asalnya. Dia mempunyai pelapis jiwa yang membuat seseorang tak bisa melacak sukmanya dan meneropong batinnya. Mungkin karena dia memiliki pedang pusaka itu maka jati dirinya tak bisa diketahui oleh siapa pun, Gusti."Baraka sempat berdebar-debar. Agaknya memang benar, Palupi mempunyai Pedang Kayu Petir. Terbukti tokoh sesakti Begawan Demang Buwana sampai tak bisa melacak jati diri gadis itu. Jika demikian halnya, maka besar kemungkinan Ratu Purnama Laras punya maksud tertentu dengan memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Palupi. Barangkali sang Ratu menginginkan agar hanya dialah yang mengetahui di mana pedang maha sakti itu tersimpan aman di tempatnya. Sang Ratu tak ingin gadis itu bicara kepada siapa pun, sehingga perlu mengamankan atau menyembunyikan Palupi dari pergaulan di rimba persilatan. Jika Palupi lebih dulu tertangkap Ratu Purnama Laras, maka akan sul
Jika petapa tua itu dapat melihat noda di kening Baraka, maka Baraka pun tahu bahwa petapa itu adalah seseorang yang berilmu tinggi yang kesaktiannya melebihi dirinya sendiri. Terbukti, sebelum Baraka dan Dungu Dipo memperkenalkan diri, Begawan Demang Buwana sudah bisa menyebutkan nama mereka masing-masing, padahal mereka merasa baru pertama jumpa dengan sang Begawan.Hal yang menarik lainnya adalah keajaiban pondok tersebut. Dari luar Baraka dan Dungu Dipo melihat pondok itu kecil, sangat sederhana. Mungkin hanya muat untuk ditempati satu orang. Tapi ketika mereka berdua masuk ke dalam, ternyata pondok itu tampak lebar dan bisa digunakan bermalam empat atau lima orang. Itulah yang membuat kedua tamu sang Begawan tertegun kagum."Apakah Begawan Demang Buwana masih ada hubungannya dengan nama Nyai Demang Ronggeng?" tanya Baraka kepada sang Begawan."Demang Ronggeng adalah adik bungsu saya, Gusti Manggala," jawab sang Begawan tetap menghormat kepada Baraka.
"Raja Tumbal sendiri pernah utarakan ingin peristri Hantu Tari, tanpa peduli istrinya sudah tiga. Tapi Hantu Tari tidak beri jawaban apa-apa kecuali menghilang dari orang-orang Lumpur Maut.""Tapi mengapa ia masih dimusuhi oleh Tandu Terbang?""Karena Tandu Terbang tak mau percaya dengan kenyataan yang ada," jawab Nyai Paras Murai. "Di samping itu, Tandu Terbang memang liar dan ganas!"Persoalan yang belum ditemukan oleh sang Ratu adalah penyerangan Tandu Terbang terhadap anak buah Batu Sampang. Ratu Purnama Laras mengetahui cerita tentang amukan Tandu Terbang di masa lalu. Tetapi sasarannya bukan kepada orang-orang Muara Singa, sedangkan sang Ratu merasa tidak mempunyai persoalan dengan Tandu Terbang. Sejak menerima laporan dari Batu Sampang, Ratu Purnama Laras selalu memikirkan alasan penyerangan Tandu Terbang terhadap orang-orangnya dengan menggunakan racun itu.Sang Ratu akhirnya setuju memberikan perlindungan kepada Hantu Tari dan gurunya. Ketika san
Zlaaap...!Sebatang anak panah diarahkan padanya, dan bergerak cepat menuju punggung sang nyai. Namun gerak nalurinya cukup tinggi. Tangannya cepat menyambar kipas dari pinggang, lalu tubuhnya berputar sambil kibaskan kipas ke samping dalam keadaan terbuka.Wuuuut...! Weeesss...!Hembusan angin kencang membuat anak panah yang sedang menuju ke arahnya menjadi berbelok arah dan mengenai dinding bangunan lain.Traak...! Anak panah itu patah bagian ujungnya karena menghantam dinding."Pencuri! Pencuri masuk! Awaaas...! Pencuri masuk!" teriak penjaga di atas benteng yang gagal memanah Nyai Paras Murai. Teriakan itu segera diteruskan oleh penjaga lainnya, lalu beberapa penjaga segera berhamburan mengepung Nyai Paras Murai dengan senjata terhunus.Batu Sampang segera muncul dari serambi Istana. Dengan berdiri di anak tangga keenam, Batu Sampang pandangi Nyai Paras Murai yang tampak tak pedulikan kepungan para pengawal istana itu. Mata Nyai Paras Mu
"Kurasa ada baiknya kutemui Ratu Purnama Laras untuk meminta perlindungan! Di sana aku bisa sembuhkan luka Hantu Tari sebelum ajal menyambutnya lebih dulu. Aku yakin, penguasa Muara Singa tak keberatan jika aku dan Hantu Tari memohon perlindungan dari kejaran Tandu Terbang, toh Hantu Tari masih punya hubungan keluarga dengan penguasa Muara Singa itu!"Tanpa rasa ragu sedikit pun, Nyai Paras Murai bergegas lanjutkan perjalanannya ke arah barat sambil memanggul Hantu Tari dipundak kirinya. Gerakan cepat itu tiba-tiba terhenti karena kemunculan dua orang berpakaian biru dengan ikat kepala merah dan hijau. Dua orang berbadan tegap itu muncul dari balik kerimbunan semak ilalang yang tumbuh di bawah pohon beringin putih."Penjaga tapal batas!" gumam Nyai Paras Murai pelan sekali, tak terdengar oleh dua orang tersebut, karena jaraknya masih tujuh langkah ke depan.Keduanya kini melangkah tiga tindak, lalu yang seorang menyapa dengan sikap tegas, "Nyai Paras Murai! Aku
"Jangan katakan bahwa kau pernah bertemu dengan gadis gila itu," kata Dungu Dipo.Kata-kata itu membuat Baraka menjadi heran dan menaruh curiga, sehingga meluncurlah pertanyaan dari mulutnya, "Mengapa begitu? Apa akibatnya jika kuceritakan tentang hal yang sebenarnya kualami bersama Palupi?""Pokoknya jangan ceritakan soal Palupi. Berlagaklah pura-puratidak bertemu dengan gadis gila itu. Aku takut Ratu Gustiku akan menaruh curiga padamu, Baraka. Dikiranya kau telah berhasil memiliki Pedang Kayu Petir."Baraka hanya tersenyum dan manggut-manggut. Sebenarnya jika Pendekar Kera Sakti tidak berbelok arah untuk saksikan pertarungan Dungu Dipo dengan Palupi, ia dapat jumpai pertarungan hebat antara Nyai Paras Murai. Tandu Terbang berhasil mendesak Nyai Paras Murai, sehingga hampir-hampir Hantu Tari hancur menjadi sasaran pukulan tenaga dalam yang dilancarkan dari dalam tandu. Untung Nyai Paras Murai cepat-cepat lindungi muridnya, hingga punggungnya menjadi sasaran tel
"Takut kurang jelas bagimu. Tapi setahumu..., eh... setahuku, gadis gila itu tak ada hubungannya dengan Ratu Gustiku, sebab kami mengetahui gadis itu baru beberapa hari yang lalu, yaitu ketika ia berteriak-teriak di depan pintu gerbang mengatakan akan menjual Pedang Kayu Petir kepada siapa saja yang mau membelinya. Gadis itu segera diusir oleh penjaga pintu gerbang. Penjaga pintu gerbang sempat bocor kepalanya karena dilempar batu oleh gadis gila itu. Ratu Gusti Purnama Laras mendengar teriakan gadis gila yang menawarkan Pedang Kayu Petir, lalu menyuruh kami untuk menghadapkan gadis itu. Tapi... gadis itu malah lari sehabis melukai kepala si penjaga pintu gerbang. Kami ditugaskan mencari dan membawanya pulang ke Muara Singa. Hanya itu yang kau tahu, eh... yang kutahu tentang gadis tersebut.""Apakah ceritamu itu bisa kupercaya?"Dungu Dipo diam sejenak, lalu angkat bahu, "Terserah padamu. Aku tidak memaksamu untuk mempercayai ceritaku. Karenanya kusarankan agar kau tem
Ketika orang tua itu mendengar nama Baraka dan gelarnya;Pendekar Kera Sakti, maka rasa heran itu pun lenyap dari hatinya."Pantas kalau kau bisa lakukan hal-hal seperti itu, ternyata kau si Pendekar Kera Sakti, muridnya Setan Bodong!" katanya ketika itu, dan Baraka hanya tersenyum ramah, tanpa kelihatan membusungkan dada atas kesaktiannya.Hubungan mereka bertiga menjadi baik. Bahkan Ki Palaran sempat menceritakan siapa Hantu Tari dan Nyai ParasMurai itu."Paras Murai adalah bekas kekasihku," kata Ki Palaran agak malu-malu, namun masih kelihatan ketegasan dan kewibawaannya. "Kami tak jadi melanjutkan hubungan cinta karena orangtua kami saling bermusuhan. Walau sekarang aku dan Paras Murai sudah sama-sama tidak mempunyai orangtua, namun hubungan cinta sudah telanjur putus dan sepertinya kami sama-sama enggan menyambung kembali di usia setua ini."Dungu Dipo masih bersandar di pohon sambil duduk melonjor seakan menunggu pulihnya tenaga yang terkuras habis k
"Dungu Dipo ada di sana? Hmm... siapa orang yang sedang diserangnya itu?" pikir Baraka sambil kian mendekati tempat pertarungan Dungu Dipo melawan tokoh tua berpakaian serba hitam. Rambutnya masih tampak hitam pekat walau wajahnya mencerminkan usia di atas sembilan puluh tahun. Tubuh kurus yang terbungkus baju jubah hitam itu masih mampu bergerak lincah, walau pada akhirnya terjungkal karena tendangan kaki Dungu Dipo yang mempunyai hentakan tenaga dalam dan membuat tubuh lawannya terpental sebelum kaki menyentuh tubuh itu."Bahaya! Dungu Dipo masih ganas saja. Pengaruh 'Racun Murka' belum hilang dari jiwanya, ia masih kelihatan bernafsu membunuh siapa saja, termasuk lawannya itu. Tapi... bukankah lawannya itu yang tadi kulihat berkelebat menyambarnya? Pakaiannya hitam, rambutnya panjang dan hitam, kulitnya pun tergolong hitam. Jangan-jangan memang orang itu yang tadi menyambar Dungu Dipo?"Dalam satu kesempatan, Dungu Dipo melihat lawannya yang tua terkulai lemas dan m