Home / Pendekar / Pendekar Kembara Semesta Seri 2 / Pertarungan Menggunakan Senjata Sakti

Share

Pertarungan Menggunakan Senjata Sakti

last update Last Updated: 2022-04-30 05:05:30

Pasir yang diinjak tiga pembokong itu tak bersuara sama sekali. Ketiga orang yang ingin menyerang dari belakang itu merasa mereka bakalan dengan mudah menghabisi Tunggulsaka. Mereka yakin sebentar lagi bekas Senapati Tunggulsaka akan terbujur kaku di atas pasir Pantai Utara.

Secara serentak Jegonglopo dan dua kawannya mengayunkan golok masing-masing sekuat tenaga untuk mencincang tubuh Tunggulsaka. Jegonglopo ingin membelah kepala, dua temannya ingin memangkas bahu kanan dan bahu kiri Tunggulsaka!

Wut! Wuut! Wuuut!

Tiga golok tajam berkilat-kilat terayun kuat menuju sasaran.

Trang!!!

Pedang terpegang kuat di tangan kanan Tunggulsaka menangkis tiga golok secara bersamaan. Benturan keras terjadi. Jegonglopo dan dua anak buahnya terdorong mundur beberapa tombak sambil tetap memagang golok masing-masing yang hampir lepas dari genggaman!

Ketiga pembokong terlongong. Mereka berdiri tegak dalam keadaan bengong. Mulut menganga, mata membelalak saking kagetnya. Mereka tidak percaya sesuatu di luar perhitungan telah terjadi.

Tunggulsaka berdiri tegak seolah-olah kedua kaki menancap di pasir putih. Bekas senapati itu memandang tajam kepada tiga orang yang gagal membokongnya.

“Heran karena aku tahu gerak-gerik kalian?” tanya Tunggulsaka bernada sinis. “Golok tajam kalian yang berkilat-kilat tertimpa sinar matahari dari arah barat, kilatan itu menerpa tubuhku. Aku melihat tangan kananku tertimpa kilatan sinar dari golok kalian. Jadi aku tahu ada yang ingin menyerangku dari belakang. Saat itu aku langsung mencabut pedangku secara diam-diam untuk menangkis golok kalian.”

Sungguh luar biasa senapati dari Karangtirta ini. Kata batin Jegonglopo. Kalau bukan Senapati Tunggulsaka pasti sudah mati dengan tubuh rejam. Namun karena kehebatannya dalam mencium gelagat lawan, bisa terhindar dari bahaya.

”Hebat..., hebat..., kamu benar-benar senapati Karangtirta yang dapat diandalkan,” kata Jegonglopo disertai senyum tipis bernada meremehkan.

”Jangan sebut aku sebagi senapati Karangtirta! Aku sekarang rakyat jelata dari Kerajaan Karangtirta. Siapa namamu? Mengapa kamu dan teman-temanmu ingin membunuhku? Apakah aku pernah bersalah pada kalian atau pun kerabat kalian?”

Jegonglopo memperhatikan wajah Tunggulsaka yang berwibawa dan tegas dalam mengucapkan kata-kata. Kata-kata tanya yang memojokkan orang-orang suruhan Ganggayuda itu. Raut wajah Tunggulsaka terlihat tenang.

”Aku Jegonglopo,” Jegonglopo berterus terang. “Kalau kamu sudah mengenal Olengpati, aku ini salah satu anak buahnya. Dari sekian anak buah Olengpati, aku termasuk yang paling dia percaya untuk melakukan tugas-tugas berat. Kedatanganku kemari hanya satu, melenyapkan sesuatu yang sekarang berada di depan mataku.”

Kata-kata bernada ancaman yang diucapkan Jegonglopo terkesan merendahkan Tunggulsaka. Namun Tunggulsaka kebal terhadap gertakan kelas rendahan seperti itu. Tunggulsaka malah tersenyum mendengar gertakan Olengpati. Kalau Jegonglopo suruhan yang paling dipercaya, berarti punya kehebatan linuwih dibandingkan anak buahnya yang lain. Begitu kata hati Tunggulsaka. Kalau Jegonglopo anak buah andalan Olengpati, kenapa untuk membunuhku saja mesti main keroyokan? Selain itu au curiga, ada orang di belakang Olengpati.

”Jawablah secara terus terang, Jegonglopo!” desak Tunggulsaka. “Siapa sebenarnya yang menyuruhmu? Apakah benar-benar Olengpati yang menyuruhmu? Ataukah orang lain selain Olengpati yang menyuruh kamu dan dua temanmu?”

Tunggulsaka kelihatannya curiga tentang siapa yang menyuruhku. Dia mencurigai ada orang lain yang menyuruhku selain Olengpati. Aku harus merahasiakan siapa yang menyuruhku untuk membunuh Tunggulsaka. Ini rahasia besar yang haruskujaga dengan nyawa sebagai taruhannya.

”Yang menyuruhku untuk mencarimu sampai ketemu adalah Olengpati. Olengpati secara tegas mengatakan, kalau ketemu Tunggulsaka, langsung bunuh. Olengpati memerintahkan kami bertiga untuk membunuhmu.”

”Bohong!” keras kata-kata Tunggulsaka. “Tidak mungkin! Itu tidak mungkin. Dengan alasan apa pun, tidak mungkin Olengpati menyuruhmu untuk membunuhku.”

”Kenapa tidak mungkin? Semua ada kemungkinannya. Kamu meremehkam Olengpati?”

”Terus terang, iya! Olengpati itu siapa kok bisa punya pemikiran untuk membunuhku? Apa untungnya Olengpati membunuhku? Mau menjadi senapati di Kerajaan Karangtirta?”

Jegonglopo terdiam. Dia mendapati jalan buntu untuk menjawab pertanyaan telak dari Tunggulsaka. Pertanyaan Tunggulsaka sulit dijawab karena Olengpati bukan prajurit. Olengpati hanyalah pimpinan gerombolan perampok. Pemimpin gerombolan yang suka menggarong ke rumah-rumah penduduk yang dipandang kaya. Tidak ada hubugannya dengan Senapati Tunggulsaka atau pun pangkat kasenapaten yang melekat pada diri Senapati Tunggulsaka, saat masih menjadi senapati di Kerajaan Karangtirta.

Seseorang menyuruh orang lain untuk membunuh pasti ada keuntungan yang diperoleh saat korban pembunuhan telah mati. Olengpati mendapatkan keuntungan apa kalau Tunggulsaka mati? Itu pertanyaan mendasar yang berkecamuk dalam pikiran Tunggulsaka. Maka Tunggulsaka memastikan bahwa yang menyuruh Jegonglopo untuk membunuh dirinya adalah bukan Olengpati. Kalau begitu siapa?

Pertanyaan ini yang mesti dicari jawabnya dari Jegonglopo sekarang.

“Aku tahu, Olengpati dan kamu beserta cecurut-cecurut itu hanya wayang. Hanya kroco-kroco. Pasti ada dalang di balik ini. Kalian semua ini ini hanya wayang yang dimain-mainan oleh seseorang. Pasti ada dalang atau pemimpin tertinggi yang mengerakkan kalian untuk membuat kekacauan di Kerajaan Karangtirta. Katakan siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku! Bila kamu katakan, maka kamu akan kubiarkan menikmati gerlapnya dunia. Kalau kamu bungkam, dirimu tak akan selamat!”

”Huahahaha..., kamu benar-benar pintar, Tunggulsaka!” Jegonglopo mengakui kecerdasan Tunggulsaka. “Sayangnya aku tidak akan menawab pertanyaanmu. Karena kujawab pun tidak ada manfaatnya. Sebentar lagi kamu akan menemui ajal, hiaaat!”

Serentak Jegonglopo dan dua temannya mengayunkan golok masing-masing untuk membunuh Tunggulsaka secepatnya.

Tunggulsaka bergerak cepat. Dia memutar pedangnya dengan sabetan-sabetan kilat. Menangkis serangan ketiga lawannya, sekaligus balas menyerang. Dentingan-dentingan suara senjata beradu memekakkan telinga. Kerasnya dentingan suara senjata beradu, menyaingi suara deburan ombak yang menghantam batu karang.

Suatu saat tubuh Tunggulsaka melenting tinggi dengan sabetan pedang mengarah ketiga lawannya. Dia ingin menebas kepala tiga pengeroyoknya. Bagi Tunggulsaka, tak guna melihat manusia-manusia tengul itu. makin lama menatap wajah mereka, makin membuat mual saja! Daripada hati sebal menyaksikan aksi mereka, lebih baik dilenyapkan saja!

Trang! Ting! Tang!

Ketiga golok menangkis ayunan pedang yang disertai tenaga dalam. Ketiga orang suruhan Ganggayuda itu merasakan tangan mereka kesemutan. Getaran senjata beradu membuat ketiga begundal itu mengakui bahwa Tunggulsaka kesatria tangguh yang layak dikagumi oleh kawan atau pun lawan.

Saat pedang dan golok beradu, kedua kaki Tunggulsaka mendepak dada lawan-lawannya. Ketiga lawan terhayung dengan dada sesak. Tunggulsaka memutar pedangnya dengan gerakan kilat.

Dua lawannya terbabat. Satu tergores kepalanya cukup dalam, satunya lagi teriris lehernya. Keduanya tergeletak di pasir pantai dalam keadaan tak bernyawa!

“Benar kata orang, Tunggulsaka bukan senapati sembarangan,” kata Jegonglopo pada musuh di depannya. Tunggulsaka berdiri tegar dengan pedang yang ujungnya berdarah. Gagang pedang tergenggam erat dalam rengkuhan jari-jari kokoh di telapak tangan kanan.

“Tapi kamu harus tahu bahwa Jegonglopo juga tidak bisa dianggap sepele,” kata Jegonglopo sambil membuang goloknya ke pasir pantai. Golok menancap di pasir putih. Ada ombak yang menelan golok itu.

Dari balik bajunya dia mencabut senjata andalannya. Sebuah tombak pendek yang memancarkan sinar merah membara dan menebarkan hawa panas. Tombak Wisodahono! Sebuah tombak sakti yang pernah menggetarkan dunia persilatan beberapa waktu yang lalu karena kesaktiannya.

”Tunggulsaka..., jangan merasa dirimu berada di atas angin! Nih..., terimalah ajalmu!”

Jegonglopo melesat dengan tombak sakti meluncur ke arah dada lawan. Tunggulsaka cepat-cepat memasukkan pedang ke sarungnya. Tunggulsaka pun mencabut senjata andalannya. Sebilah keris yang diselipkan di pinggang. Keris Tejawulung! Sebilah keris yang memancarkan sinar biru juga berhawa panas menebar ke sekelilingnya.

Trang!

Dua senjata beradu. Jegonglopo terpental mundur dua tombak, Tunggulsaka tetap tegak berdiri di tempatnya semula. Malah dia balik melancarkan serangan ke arah lawan dengan sabetan-sabetan keris saktinya.

Jegonglopo beberapa kali berhasil menangkis serangan lawan. Namun dia terus mundur karena keteter, sehingga Tunggulsaka berhasil menendang perut Jegonglopo. Anggota gerombolan Olengpati itu terhuyung-huyung dengan pandangan mata kabur.

***

Related chapters

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Pendekar Berpakaian Serba Kuning

    Jegonglopo berusaha melihat walau pandangannya kabur. Pandangan Jegonglopo kabur akibat tendangan Tunggulsaka yang mengena perutnya. Sesaat setelah terkena tendangan, Jegonglopo merasakan sakit yang tak tertahankan. Dia mundur beberapa langkah, terhuyung, lalu terbungkuk-bungkuk sambil memegangi perut dengan tangan kiri. Tangan kanan masih memegang senjata saktinya.Saking menahan rasa sakit yang mendera, seluruh tubuh terasa lunglai. Mata pun berkurang keawasannya. Pandangan mata jadi kabur. Dia masih terhuyung sambil terus menjauhi musuh. Dalam kondisi seperti saat ini bila Tunggulsaka mau, bisa membunuh Jegonglopo dengan sekali tebasan keris saktinya.Tunggulsaka bukan tandinganku. Begitu kata hati Jegonglopo yang paling jujur. Mestinya yang melawan Tunggulsaka secara langsung adalah Olengpati atau Gusti Patih Ganggayuda.Tunggulsaka berdiri tegar menunggu dengan sabar dan tenang sampai lawannya siap untuk bertarung lagi. Tunggulsaka selalu

    Last Updated : 2022-05-01
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Malam Mencekam di Kota Kerajaan Karangtirta

    Ganggayuda dan Jegonglopo bersusah payah berusaha keluar dari seretan ombak. Ombak besar hendak menyeret tubuh dua manusia kejam itu menuju ke tengah lautan. Lautan ingin menelan mereka. Barangkali laut itu tidak suka pada dua manusia yang suka menebar kejahatan itu. Setelah bersusah payah melepaskan diri dari jeratan ombak, mereka berhasil berenang hingga sampai di tepi pantai. “Brengsek! Ajian dari Suro Joyo memang hebat dan sulit ditangkal,” kata Ganggayuda sambil menyeka air dari wajahnya. “Untung saja kita tidak terseret ombak besar. Kalau sampai terseret ombak besar, kita bisa tenggelam dan mati ditelan lautan.” “Ya, kita masih beruntung, Gusti Patih,” Jegonglopo menanggapi. “Kebanyakan musuh Suro Joyo yang terkena Ajian Rajah Cakra Geni menemui kematian. Kita sangat beruntung karena lolos dari kematian ketika kena hantaman Ajian Rajah Cakra Geni.” “Apa benar yang kamu katakan itu Jegonglopo?” “Benar, Gusti Patih. Jati Kawangwang, Riris

    Last Updated : 2022-05-02
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Pertemuan Sejoli di Kota Kerajaan Karangtirta

    Mengancam dan membunuh merupakan ‘pekerjaan’ para gerombolan perampok pimpinan Olengpati. Dengan dia cara itulah mereka mencari makan. Mereka mengumpulkan harta benda dengan cara menakut-nakuti dan meneror korban. Kalau cara pertama, yakni menakut-nakuti dan meneror gagal, maka cara kedua ditempuh, membunuh. Menghilangkan nyawa orang lain untuk mendapatkan hartanya secara paksa. Pakaian warna hitam menjadi ciri khas anak buah Olengpati. Pakaian warna gelap itu memudahkan mereka untuk bersembunyi dan menyusup ke rumah calon korban. Setelah mendapatkan hasil, pakaian hitam itu memudahkan mereka bersembunyi dari kejaran prajurit atau penduduk desa yang punya nyali. Kadang-kadang di sebuah desa ada saja pendekar pemberani yang siap bertarung untuk menghabisi anak buah Olengpati. Malam ini dua anak buah Olengpati telah mengetuk pintu rumah penduduk yang ada di Kota Kerajaan Karangtirta bagian utara. Pemilik rumah membukakan pintu. Dia mengira prajurit Karangtirta yang men

    Last Updated : 2022-05-05
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Menghindari Serangan Prajurit Karangtirta

    Janurwasis tidak langsung menjawab pertanyaan Wening Kusuma. Dia malah membayangkan kalau dalam waktu dekat nanti bisa bermesraan lebih mendalam dengan gadis cantik itu. Tangan Janurwasis sudah gatal untuk meraba-raba lekuk liku tubuh si gadis. “Janurwasis!” panggil Wening Kusuma dengan nada agak keras. Dia amati kekasihnya itu memandang ke kejauhandengan pandangan kosong. Seperti melamunkan sesuatu. “E…, i-iya…, ya, ya…, ada apa?” Janurwasis gelagapan. “Ada apa, Wening?” “Lho…, kamu ini bagaimana? Lha wong ditanya saja belum menjawab, malah balik bertanya!” “Eh, iya, kamu tadi tanya apa?” “Aku tadi tanya, kabarmu bagaimana setelah kita lama tak jumpa?” ”Baik. Aku baik-baik saja,” jawab Janur singkat. “Selama berpisah denganmu, aku baik-baik saja. Tidak ada sesuatu pun yang buruk terjadi padaku.” Wening Kusuma tersenyum. Lalu senyum-senyum. Wening Kusuma memandangi wajah tampan di depannya dengan senyum-senyum. Senyum W

    Last Updated : 2022-05-08
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Siap Bangkit untuk Melawan Pemberontak

    Janurwasis dan Wening Kusuma mundur beberapa langkah. Mereka menjauhi dua prajurit Karangtirta yang dengan semangatnya menyerang dengan tangan kosong. Dalam pemikiran mereka, tidak ada gunanya bertarung dengan dua prajurit itu. juga tidak ada gunanya melakukan pertarungan melawan Ganggayuda. Ada urusan lebih penting yang mesti didahulukan.“Kita kabur sekarang,” bisik Janurwasis dekat telinga sang kekasih.“Ya, aku sudah siap sekarang,” sahut Wening Kusuma juga dengan berbisik.Ganggayuda pasang kuda-kuda karena melihat gelagat mencurigakan pada Janurwasis dan Wening Kusuma. Ganggayuda curiga kedua orang itu akan meninggalkan arena pertarungan.“Hei, kalian bisik-bisik ada apa?” tanya Ganggayuda dengan nada tinggi. “Kalian mau membuat kerusuhan di Karangtirta?””Maaf, Patih Ganggayuda..., bukan bakat kami membuat kerusuhan,” kata Janurwasis tenang. “Kami ini orang baik-baik yang kebe

    Last Updated : 2022-05-10
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Ancaman Maut dari Para Pengacau di Karangtirta

    Tunggulsaka tersenyum sambil berkata, “Kamu berhak mewarisi tahta Kerajaan Krendobumi karena kamu putra mahkota, tetapi kamu secara halus menolak tahta itu. Dengan kata lain kamu tidak ingin menjadi raja di Kerajaan Krendobumi, padahal sebagai putra mahkota, kamu sudah sepantasnya kelak menjadi raja di Krendobumi.”“Sebaliknya,” lanjut Tunggulsaka, “Patih Ganggayuda, yang tidak berhak jadi raja di Kerajaan Karangtirta, tetapi sangat berkeinginan menjadi raja. Patih Ganggayuda sangat berambisi menjadi raja di Karangtirta. Saking nekatnya, dia ingin melakukan pemberontakan.”Suro Joyo tersenyum setelah mendengar sanjungan Tunggulsaka. Sebagai orang yang biasa memposisikan diri sebagai rakyat jelata, bukan pangeran atau putra mahkota, Suro Joyo kurang nyaman kalau disanjung. Kenapa? Karena yang dia jalani atau lakukan dia anggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Bukan istimewa. Bukan sesuatu yang perlu disanjung.”Tunggulsak

    Last Updated : 2022-05-12
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Menggali Uang Emas

    Tunggulsaka merasa tidak enak hati terhadap Suro Joyo. Dia merasa terlalu merepotkan orang lain. Bahkan Tunggulsaka merasa dirinya menjadi beban karena keadaan tubuhnya yang belum sembuh aibat luka dalam yang dideritanya.Namun dalam situasi sekarang, Tunggulsaka tidak perlu memikirkan hal yang sepele seperti itu. Ada bahaya yang mengancam mereka. Setidaknya, telah ada percobaan dari orang-orang misterius yang ingin membunuh mereka bertiga.Tunggulsaka menduga bahwa yang ingin membunuh tadi adalah anak buah Olengpati. Olengpati tentunya tidak senang kalau ada orang atau orang-orang yang ingin membantu Tunggulsaka dan Kerajaan Karangtirta dari serangan pemberontak. Olengpati yang berada di barisan pemberontak bisa dipastikan akan menghabisi orang-orang yang dianggapnya sebagai musuh.Suro Joyo telah mengungkapkan rasa khawatirnya, dia yang mempunyai keinginan menuju Goa Setan. Tanpa berkata-kata lagi, Suro segera memanggul Tunggulsaka untuk dibawa kab

    Last Updated : 2022-05-14
  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Bertempur Melawan Gerombolan Jegonglopo

    ”Eit! Tunggu!” Wening Kusuma tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Tangan kanannya telah digandeng Janurwasis.“Ada apa?” Janurwasis merasa heran.“Uang emasnya mau ditinggal di sini?”“Oh iya ya…. Saking senangnya aku dapat gadis cantik macam kamu, sampai melupakan uang emas itu. Secantik apa pun uang emas, masih cantik kamu, Wening.”“Ah…, merayu terus sukanya.”“Tidak. Aku tidak merayu kok. Dirimu benar-benar cantik tiada duanya di dunia ini. Soal kabar miring yang menyatakan bahwa aku menjalin hubungan dengan gadis lain, itu bohong semua.”Wening Kusuma tersenyum senang mendengar kata-kata manis dari Janurwasis.Laki-laki itu segera memanggul peti kecil berisi uang emas yang terbuat dari logam mulia. Siapa pun yang berhasil memiliki uang emas sepenuh peti baja kecil itu, keak akan menjadi orang yang kaya raya.Janurwasis ber

    Last Updated : 2022-05-16

Latest chapter

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Aksi Sanggaliwung

    Sebelum menemukan satu cara untuk menghadapi jurus lawan, tiba-tiba Suro Joyo tertawa-tawa riang. Dia ingat sesuatu. Sesuatu itu adalah nama jurus terakhir yang akan dikeluarkan lawannya. ”Hehehe..., aku sudah tahu sekarang!” kata Suro Joyo. “Kamu mau mengeluarkan Jurus Ular Api Neraka. Iya kan? Ah..., tapi aku ngak percaya kalau jurusmu itu hebat. Soalnya caranya seperti cacing kepanasan... !” ”Suro Joyo! Tak perlu banyak bacot! Sekarang bersiap-siaplah kukirim ke neraka, hiaaat…!” teriak Sanggariwut sambil melompat tinggi dengan gerakan tangan siap mencakar lawan. Gerakan cepat yang dilakukan Sanggariwut ini merupakan kembangan dari jurus mautnya. Kembangan jurus ini dinamakan gerakan ’Ular Neraka Mematuk Mangsa.’ Sanggariwut meluncur ke arah Suro Joyo untuk mencakar wajah lawan. Secara sigap, Suro Joyo melibaskan pedang saktinya untuk menebas leher Sanggariwut. Namun Sanggariwut malah menggenggam ujung pedang Suro Joyo dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri siap mencakar

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Jurus Terakhir

    ”Kalau kamu tak percaya, akan kubuktikan sekarang juga, hiaaat...!” seru Wadungsarpa sambil menusukkan kerisnya ke arah leher lawan.Sargo cepat menangkis dengan pedangnya. Terdengar dentingan nyaring disertai sinar berkilatan. Saat pedang Sargo berbenturan dengan keris lawan, pedang itu patah menjadi beberapa bagian.Senapati Pulungpitu itu terbelalak kaget. Wadungsarpa tak memberi kesempatan, dia segera melesat cepat dengan ujung keris mengarah dada lawan.Gerakan Wadungsarpa sangat cepat, membuat Sargo panik. Dia tak mungkin menangkis senjata sakti Wadungsarpa hanya dengan menggunakan pedang yang tinggal gagangnya! Ketika Sargo sedang berpikir untuk menyelamatkan diri, Keris Kawungtunjem terus melesat untuk menembus jantungnya!Secara tak terduga, tiba-tiba terdengar ledakan keras. Baru saja terjadi benturan keras antara Keris Kawungtunjem dengan Pedang Dadaplatu. Benturan dua senjata sakti juga menimbulkan pijaran api. Pedang sakti berkelo

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Bertemu Musuh Lama

    “Bisa saja. Makanya, aku lebih baik menjadi pendekar pengembara.”Kedua pendekar muda itu bercakap-cakap cukup lama. Sampai tak menyadari kehadiran Ratri di dekat mereka.”Oh, Nona Ratri!” sapa Sargo yang lebih dulu mengetahui kehadirannya. ”Belum tidur?””Belum, aku merasa sulit tidur. Maka aku kemari kerena juga ada perlu dengan Suro,” jawab Ratri. Sekaligus menyuruh Sargo meninggalkan tempat itu secara halus.”Kalau begitu, aku permisi dulu,” kata Sargo tahu diri.“Maaf, Senapati, kalau mengganggu.”“Tidak apa-apa, Nona. Mari Suro!””Mari,” sahut Suro Joyo. Lalu Sargo bergegas masuk ke rumah.Samar-samar wajah cantik Ratri diterangi oleh sinar lentera yang tergantung di teras. Sebenarnya dada Suro Joyo sedikit berdesir-desir seperti orang naksir. Namun dia tahan sekuat tenaga. Untuk saat ini dia belum berminat memikirkan kekasih.

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Membalikkan Ajian Lawan

    Keksi Anjani menghantamkan Ajian Maruta Seketi ke arah dada Miguna. Hantaman angin puting beliung siap menghempaskan tubuh tua itu sejauh ribuan tombak. Atau bisa juga membenturkan tubuh Miguna dengan benda keras hingga remuk!Terdengar suara puting beliung menggiriskan hati.Miguna memutar pedang saktinya di depan dada. Lalu dia silangkan pedang di depan dada. Ketika angin puting beliung menghantam dada, angin deras itu membalik ke arah Keksi Anjani!Keksi Anjani menghindar, angin puting beliung menghantam pendapa kalurahan hingga berkeping-keping! Pendapa Jenggalu hancur berkepingan terkena terjangan Ajian Maruta Seketi.Putri Siluman Alan Waru itu tertegun setelah tahu bahwa ajiannya dapat ditangkis dan dibalikkan oleh lawan. Lawan yang sudah tua renta lagi! Sungguh malu dan geram Keksi Anjani atas kenyataan dihadapi.Keksi Anjani mencabut pedangnya. Pedang tipis tersebut akan dia padukan dengan gerakkan yang cepat seperti siluman untuk menyeran

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Aksi Miguna yang Tak Terduga

    Di tengah berkecamuknya pertarungan, tiba-tiba Sanggariwut dan Keksi Anjani terjun di arena pertempuran. Mereka mengamuk ke dalam barisan prajurit Pulungpitu. Para prajurit yang bersenjata pedang itu bertumbangan terkena sabetan selendang Keksi Anjani yang mematikan.Sudah beberapa saat berlalu pertarungan semakin seru. Para prajurit yang bertarung melawan anak buah Wadungsarpa tidak merasa kesulitan dalam merobohkan lawan. Karena anak buah Wadungsarpa memang tidak begitu pandai memainkan jurus pedang. Jadi dengan mudah dapat dirobohkan.Pertarungan semakin seru juga terjadi antara Taskara melawan Bremara. Taskara telah mengeluarkan senjata andalannya berbentuk trisula. Bremara pun mengeluarkan tongkat semu dari balik pinggang. Taskara langsung menusukkan senjatanya ke arah lawan. Bremara menangkis senjata lawan dengan tongkat semunya. Beberapa kali dia berhasil menangkis trisula lawan. Pada satu kesempatan Bremara mengetokkan tongkatnya

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Serangan dari Pulungpitu

    ”Kalau kamu masih penasaran dan ingin bertarung denganku, kutunggu di Jenggalu!” seru Sanggariwut sambil melesat pergi bersama Keksi Anjani. Mereka melesat ke arah selatan, menuju Jenggalu. Sepeninggal mereka, Suro Joyo segera mendekati Sargo yang tertelungkup di tanah. Di punggungnya yang robek terlihat dua tapak kaki yang gosong. Suro Joyo pernah mendengar tentang Jurus Ular Api Neraka yang hanya dimiliki Sanggariwut. Tendangan maut itu kalau dilakukan secara sempurna, maka yang ditendang akan jebol dan gosong. Mungkin tendangannya tadi kurang sempurna, sehingga punggung Sargo hanya gosong. Tapi, masih hidupkah dia? Suro Joyo meraba pergelangan Sargo. Ternyata masih ada denyutan. Berarti senapati muda itu masih hidup. Segera Suro Joyo mencabut pedang saktinya. Dia tempelkan gagang pedang pada punggung Sargo yang gosong. Hal itu untuk menyerap hawa panas akibat tendangan jurus maut dari Sanggariwut. Setelah tubuh Sargo normal, Suro Joyo mengembalikan pedangnya di sarung yang meling

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Jurus Maut Sanggariwut

    Pada sisi lain, pertempuran antara anak buah Sanggariwut melawan para prajurit Pulungpitu semakin seru. Kedua pihak timbul korban. Walau jumlahnya berimbang, tapi anak buah Sanggariwut semakin menipis. Sekarang tinggal beberapa orang saja yang kocar-kacir mencari selamat dengan melarikan diri memasuki Jenggalu. Para prajurit Pulungpitu terus mengejar mereka secara beramai-ramai. Sanggariwut yang melihat anak buahnya berlarian, jadi semakin gusar. Sungguh tak diduga bahwa mereka ternyata pengecut dan memalukan! Hal ini justru membuat Sanggariwut ingin segera menyelesaikan pertempuran ini. Dia segera mencabut senjata andalannya. Cambuk Sewugeni! Cambuk tersebut langsung dia sabetkan secara bertubi-tubi ke arah lawan. Sargo mesti berjumpalitan mencari selamat. Setiap cambuk menghantam pohon, maka pohon itu hancur dan terbakar. Terdengar suara menggelegar setiap kali cambuk sakti disabetkan. Batu yang tersabet ujung Cambuk Sewugeni pun hancur berkeping-keping disertai letupan api. Sargo

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Aksi Keksi Anjani

    Sanggariwut kini menyadari bahwa lawan-lawan yang dihadapi bukan sembarang pendekar. Mereka ternyata orang-orang hebat, jago-jago silat dengan segudang pengalaman di dunia persilatan.Bukan hanya Sanggariwut, Keksi Anjani pun sadar diri bahwa lawan-lawan mereka ternyata para pendekar hebat yang menjadi senapati Pulungpitu. Pendekar wanita itu makin sadar diri setelah tahu kehebatan Sargo.“Keksi…, lawan kita ternyata para pendekar hebat,” kata Sanggariwut kepada Keksi Anjani dengan nada lirih. “Mereka orang-orang pilih tanding yang punya banyak pengalaman. Kalau kita tadi hati-hati, justru kita berdua yang tewas di tangan mereka.”“Aku pun tak menduga kalau orang-orang Pulungpitu itu ternyata ada yang hebat,” sahut Keksi Anjani. “Benar-benar ini sebuah kejutan.”Walaupun dirinya tahu kalau lawan-lawan yang dihadapi punya kelebihan yang layak diperhitungkan, Keksi Anjani tidak mau harga dirinya jatuh. Dia tak ingin terlihat lemah, apalagi terkesan kalah di depan lawan-lawannya. Keksi A

  • Pendekar Kembara Semesta Seri 2   Kehebatan Sargo

    ”Huahahaha..., aku sudah tahu tujuan kalian,” kata Sanggriwut dengan lantang. ”Kalian pasti ingin menggempur Jenggalu. Maka dari itu, kami sudah menyiapkan sambutan yang sangat meriah untuk kalian. Kayu besar ini akan kami gunakan untuk menyambut kalian...!”Sanggariwut dan Keksi Anjani bersalto ke belakang. Lalu kedua tangan mereka yang dimuati tenaga dalam, disorongkan ke depan untuk menghantam kayu gelondongan yang melintang di jalan. Kayu gelondongan melesat cepat ke arah Sargo dan anak buahnya! Kayu besar tersebut melesat untuk menghantam dan menggencet mereka...!“Awas!” teriak Panggas memperingatkan kepada teman-teman dan anak buahnya.Panggas tidak ingin dirinya, teman-teman, dan prajurit Pulungpitu celaka akibat terpaan gelondongan kayu yang besar. Kayu gelondongan yang besar itu sangat berat. Manusia yang terhantam bisa celaka. Manusia yang tergencet, bisa tewas seketika.“Cepat menghindar!” Sargo menyambut teriakan Panggas. Sargo, Sang Senapati Pulungpitu, juga punya pemik

DMCA.com Protection Status