Share

Kekuasaan

Penulis: Ken Matahari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-11 14:16:08
Berpasang-pasang burung rangkong terbang kembali ke sarangnya. Keriuhan mereka akan segera digantikan oleh satu dua kelelawar yang mulai muncul dan terbang cepat di sela-sela dedaun pohon buah-buahan hutan.

Sore hari ini, gelap terasa lebih lambat menyergap. Terutama bagi ratusan sisa prajurit Sriwijaya di Delta Kematian yang terus-menerus dijemput malaikat maut. Racun Datuk Lepu dan tangan-tangan buas Pendekar Pisau Terbang, Cakar Macan, Siluman Serigala, seakan berperan jadi tangan-tangan haus darah milik malaikat pencabut nyawa. Jerit kematian, darah menganak sungai, dan tubuh-tubuh gosong manusia memenuhi setiap sudut Delta Kematian.

Situasi makin kritis. Saat itulah dari kejauhan terlihat ratusan gugus perahu pasukan Sriwijaya yang dipimpin langsung oleh Pangeran Indrawarman muncul. Kehadiran gugus pasukan dengan puluhan senapati dan ribuan prajurit tersebut menerbitkan sedikit harapan di tengah keputusasaan.

Mengetahui datangnya bala bantuan Sriwijaya, pertarungan sengit yang ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Bujang Selir Laksita

    Langkah cekatan Rajaputra Aruna dan Pisau Terbang taktis menembus guyuran anak panah. Sesekali, ketika langkah kaki keduanya harus menjadikan tubuh prajurit yang tewas sebagai pijakan. Puing papan dan balok sudah mulai jauh berkurang dibawa arus Sungai Komering.Hari mulai gelap. Matahari telah tergelincir dan menyerahkan tugasnya pada kegelapan malam.Serangan anak panah dari pasukan Sriwijaya mereda. Malam mulai menghalangi pandangan mereka.Pada perang konvensional di abad ketujuh, seluruh pasukan dan petarung yang terlibat pertempuran seharusnya telah menghentikan adu senjata dan beristirahat. Namun pengecualian sepertinya berlaku pada pertempuran di Delta Kematian.Sama sekali tak terlihat niat kedua belah pihak untuk mengendurkan serangan. Apalagi sampai menghentikannya. Semangat perang dsn saling menghabisi mereka malah makin berlipat ganda.Melalui pesan berantai, Rajaputra Aruna memerintahkan seluruh sekutu dan sisa pasukannya menumpuk kekuatan di dinding kiri Delta Kematian.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Kekuasaan, Pilihan Rajaputra Aruna

    Ketika jarak Sadnya berada di hitungan puluhan depa, dalam kegelapan malam, Sadnya sudah berhasil melihat sosok Rajaputra Aruna dengan jelas.Ketajaman melihat dalam malam hari merupakan salah satu keistimewaan yang diwarisi Sadnya dari Ibu Harimau. Walaupun secara genetika Sadnya bukanlah seekor harimau, namun Ibu Harimau selama sepuluh tahun berhasil melatih seluruh panca indera Sadnya. Itulah yang menjadi bekal hidup Sadnya selama sepuluh tahun hidup di alam hutan bebas yang buas.Semua hal yang diajarkan Ibu Harimau ternyata berguna besar bagi Sadnya hingga hari ini."Rajaputra Aruna! Apa kabar?" Sadnya menyapa calon lawannya dengan menggunakan tenaga dalam. Anak muda yang jarang bicara tapi pandai meledek lawan-lawannya itu memang selalu memulai setiap pertarungan dengan tegur sapa. Pantang baginya untuk membokong dari belakang siapapun yang menjadi lawan.Rajaputra Aruna terkesiap mendengar getar teguran Sadnya. Matanya mencari kesana kemari. Samar-samar dikejauhan ia melihat se

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Racun Menebar Kematian Yang Ompong

    "Siap Senapati Pendekar!" Pada meletakkan dayung dan mendekati Sadnya. Sebuah benda terbungkus kain putih tergenggam ditangannya."Babinya mana Senapati Pendekar hehe...?" canda Pada."Babinya? Itu yang sedang menyerang ke arah kita haha...!" jawab Sadnya dengan santai sambil menunjuk ke arah Datuk Lepu. Keduanya terus bergurau. Seperti tak sedang berhadapan dengan bahaya yang sebentar lagi sampai ke arah mereka.Canda keduanya terhenti ketika mereka mendengar Datuk Lepu berteriak kencang merapalkan mantera-mantera Ilmu Racun Menebar Kematian."Hooooiiii...demi roh para leluhurku! Racunku, racun jagat! Manusia terkena racun pasti kaku dan sekarat!""Hooooiiii...demi roh para leluhurku! Racunku, dibuat dalam sunyi! Manusia terkena racun pasti kaku dan mati!"Mantera-mantera itu diikuti dengan membumbungnya tubuh Datuk Lepu ke udara. Asap hitam tipis mulai melingkungi tubuh rentanya. Asap hitam itu kemudian makin menebal dan berkumpul di kedua telapak tangan dan cepat membentuk dua bola

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Jurus Harimau Mencari Mangsa VS Racun Menebar Kematian

    Semua orang yang mengetahui Sadnya terpental karena serangan gelap Datuk Lepu, jerih membayangkan akibat dari serangan itu. Benak mereka dipenuhi dengan bayang-bayang sebuah tubuh manusia yang hitam terbakar. Mungkin lebih mirip zombie daripada sekedar mayat gosong.Gempita dan semangat pasukan Sriwijaya yang baru saja bangkit jadi padam kembali. Diperahunya, dengan wajah geram dan gigi bergemeletuk, Pangeran Indrawarman menahan emosi. Ia bergeming dan mengumpat perlahan, "Dasar dukun culas! Serangan Datuk Lepu sungguh licik dan tak bisa dimaafkan!"Senapati Madya Arsa yang berada di sebelah Pangeran Indrawarman, segera melakukan tindakan pertahanan untuk melindungi Pangeran Indrawarman, Permaisuri Sobakencana, dan Selir Laksita."Seluruh pasukaaaan...! Bentuk formasi cakrabyuhaaaa...!" perintah itu segera diikuti dengan gerakan puluhan perahu pasukan Sriwijaya membentuk sebuah lingkaran berlapis-lapis untuk melindungi seluruh anggota Kedatuan Sriwijaya. Kalau hanya prajurit biasa yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Jurus Harimau Mencari Mangsa VS Racun Menebar Kematian 2

    "Bum...! Buuum...!"Ledakan dasyat terjadi saat bola api Datuk Lepu melumat tubuh Sadnya tanpa ampun."Duar...! Blaaar...!"Bola api beracun yang dilemparkan Datuk Lepu terus menimbulkan ledakan menggelegar.Mulanya dari kejauhan Sadnya terlihat menggerakkan dan menempatkan kedua tangan di atas kepala. Tapi gencarnya serangan bila api merah kebiruan Datuk Lepu membuat Sadnya tak punya banyak kesempatan baginya untuk mengeluarkan jurus harimau mencari mangsa."Blar...! Blar...! Buuum...!" ledakan besar terus terjadi.Gelora api dari ledakan besar serangan Datuk Lepu membuat tubuh Sadnya tak terlihat lagi. Seluruh pasang mata di Delta Kematian hanya mampu melihat ledakan bola api yang bertubi-tubi menelan tubuh Sadnya. Mengurung dan melumatnya seperti lidah api memangsa pada ilalang keting. Sementara perahu yang dinaikinya telah hancur berkeping-keping.Pada yang tadinya tenang menjaga keseimbangan dan arah perahu juga terpental jauh dan jatuh ke Sungai Komering.Beberapa prajurit Sriwi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Jurus Harimau Mencari Mangsa VS Racun Menebar Kematian 3

    Sadnya sadar penuh jika kondisi pertahanannya mulai memburuk. Kini ia merasakan aliran darahnya mulai kacau tak beraturan. Efeknya, ia konsentrasi Sadnya mulai pudar.Satu hal lain juga menggelisahkan Sadnya. Benturan dua kekuatan besar yang bertubi-tubi dan menghasilkan ledakan besar, makin lama makin membuat siapapun yang berada di sekitar area pertarungan Sadnya dan Datuk Lepu terancam jiwanya. Termasuk keluarga Kedatuan Sriwijaya. Kapanpun, nyawa Pangeran Indrawarman dan Permaisuri Sobakencana bisa tersambar dan mati sia-sia.Sebelum konsentrasinya makin memburuk, Sadnya segera mengambil keputusan."Aku harus segera keluar dari lingkaran serangan bola api beracun laknat ini! Aku harus menjauhi Delta Kematian supaya tak membahayakan Pangeran Indrawarman dan Permaisuri Sobakencana!" gumam Sadnya pada diri sendiri. Ucapan itu kemudian diikuti oleh upaya Sadnya meningkatkan konsentrasi dan penyaluran energi pada kedua telapak tangan.Sadnya tetap menyilangkan kedua tangan di atas dahi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Kembalinya Golok Melasa Kepappang

    Saat Sadnya mengeluarkan benda yang terbungkus kain hitam ditangannya, Rajaputra Aruna terperangah. Ia sama sekali tak percaya dengan kenyataan yang dilihatnya. Anak Selir Laksita itu benar-benar terkejut melihat benda pusaka di tangan Sadnya."Demi Ruh Para Leluhur! Benarkah itu Golok Melasa Kepappang? Lalu benda macam apa yang kupegang ini?" batin Rajaputra Aruna dalam hati. Mata dan pikirannya terpecah. Kebingungan menguasainya.Rajaputra Aruna sontak tak menghiraukan pertarungan hidup mati Sadnya dan Datuk Lepu yang makin brutal. Mata pemuda ambisius berwatak culas itu lebih fokus menatap teliti golok di tangan kanannya. Ia tak habis pikir, mungkinkah Golok Melasa Kepappang itu palsu?Dahi Rajaputra Aruna berkernyit. Tajam ia perhatikan tiap jengkal golok ditangannya dengan teliti. Begitu terus berulang-ulang."Aaaah...tak ada yang berbeda? Tak ada cacat sama sekali. Ini Golok Melasa Kepappang yang berkali-kali kulihat dari Paman Balin! Drama apa yang dibuat oleh senapati kapiran

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Sadnya Mengubah Strategi

    Mata Rajaputra Aruna terus menatap lekat golok ditangannya. Berulang kali ia menggelengkan kepala tak percaya. Sama sekali ia tak menemukan kejanggalan pada rupa golok pusaka Wangsa Birsha tersebut."Demi Ruh Para Leluhur! Apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana mungkin leluhurku membuat sepasang Golok Melasa Kepappang?" gusar Rajaputra Aruna dalam hati.Dalam penglihatan Rajaputra Aruna, golok yang berada digenggamannya itu itu adalah Golok Melasa Kepappang yang asli. Tiap sudut dan guratnya ia hapal. Maka tak heran jika ia tak habis pikir jika ada Golok Melasa Kepappang yang lain. Namun Rajaputra Aruna harus menunda keheranannya.Di kejauhan, Rajaputra Aruna melihat Sadnya 'secara ajaib' bisa keluar dari neraka bola api beracun Datuk Lepu. Tubuhnya dengan gagah dan ringan meliuk dan hinggap dari satu tumpuan ke tumpuan lain, lalu menjauh dari arena pertarungan.Sadnya terus menjauh dari Delta Kematian. Ia baru berhenti di sebuah tanah lapang sempit di sebelah kanan Delta Kematian. Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20

Bab terbaru

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Momentum

    "Nadir adalah penyusup itu!" semua yang hadir seperti tersambar petir di siang bolong mendengar nama Nadir disebut Candra sebagai telik sandi Sriwijaya yang berhasil menyusup ke dalam tubuh gerakan kemerdekaan Melayu. Wak Baidil menjerit histeris."Apa? Nadir? Aku tak salah dengar Candra?""Tidak Wak! Nadir memang penyusup itu!""Demi Buddha! Nadir...! Tak kusangka anakku itu ternyata seorang musuhku sendiri...," ucap Wak Baidil lemas. Tubuhnya seperti kehilangan tulang penyangga tubuh. Ia duduk lemas tanpa daya. Ia benar-benar tak menyangka, anak angkat yang sangat ia kasihi itu ternyata seorang mata-mata Sriwijaya. Dengan suara parau, Wak Baidil berkata, "Alangkah sial hidupku ini. Setelah seumur hidup tak punya keturunan, saat punya anak angkat ternyata ia adalah musuhku!"Mata Wak Baidil berkaca-kaca. Orang tua itu setengah mati berusaha menahan tangis. Tapi ia gagal melakukannya kali ini. Air mata Wak Baidil menderas. Sekuat mungkin ia menahan ledakan tangis yang bisa merusak su

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Siapa Penyusup Itu?

    Pertemuan yang dipimpin Wak Baidil terus berlanjut. Setelah membahas tentang Persatuan Melayu, kini pertemuan mulai membahas soal isu-isu dan peristiwa terkini yang terjadi di Lubuk Ruso dan Melayu. Berbeda dengan materi sebelumnya yang cenderung kaku. Sekarang suasana berubah jadi lebih cair.Situasi di kota Melayu yang menjadi pokok bahasan pertama. Dalam bahasan Melayu ini, Wak Baidil minta Pak Cik dibantu Candra untuk menjelaskannya.Pak Cik berkesempatan menjelaskan situasi Melayu lebih dulu. Dengan penuh semangat ia lalu menceritakan kondisi Melayu. Mulai dari proses perembesan prajurit masuk ke Melayu hingga konflik yang terjadi antara Tara dan Senapati Madya Danar.Dalam kesempatan itu juga, Pak Cik menjelaskan tentang peta kekuatan pasukan Sriwijaya di Melayu. Baik kekuatan pasukan reguler, pasukan khusus, dan telik sandi milik Sriwijaya.Koh Bai yang jadi orang pertama bertanya pada Pak Cik. "Apa kabar sahabat lama? Senang bisa bertemu denganmu hari ini Cik. Apalagi aku mas

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Pertemuan Lubuk Ruso dan Melayu

    Hari belum lagi dini hari. Kokok ayam jantan pertama baru terdengar ketika rombongan Wak Baidil sampai di tepi Melayu. Sebelum meneruskan perjalanan masuk ke kota Melayu, Aditya menugaskan Muri dan Yoga untuk lebih dahulu masuk kota untuk memantau situasi dan memberitahu Pak Cik soal kedatangan mereka. Kehadiran mereka tak boleh diendus siapapun.Setelah menunggu cukup lama, Muri dan Yoga sudah kembali. Dari laporan mereka, situasi cukup aman bagi rombongan untuk dengan cepat mengendap dan langsung menuju kedai Pak Cik.Tanpa membuang waktu, seluruh rombongan bergerak senyap. Tak boleh ada suara ringkikan kuda yang terdengar. Tak ada satupun penduduk Melayu yang harus terbangun karena mendengar langkah kaki mereka.Jelang dini hari, rombongan Lubuk Ruso sudah sampai di rumah Pak Cik. Tak ada kendala selama perjalanan mereka dari pinggir kota hingga ke tujuan.Muri dan Yoga adalah orang yang terakhir masuk. Keduanya punya tugas tambahan menghapus seluruh jejak kaki mereka. Terutama je

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Tugas Awang

    Pagi ini Tara melakukan dinas militer seperti biasa. Seolah tak ada ketegangan yang sedang terjadi antaranya dengan Senapati Madya Danar dan Ishra. Setidaknya begitu dihadapan para prajurit bawahan.Setelah apel pagi, Tara langsung masuk ke dalam ruangan. Sementara prajurit peserta apel lain masih bergerombol dan mengobrol di lapangan. Di antara mereka terlihat Senapati Madya Danar, Ishra, dan Awang.Sejak peristiwa amukannya terhadap Senapati Madya Danar, Tara lebih banyak memilih diam di ruang kerjanya ketimbang harus berbaur dengan prajurit lain. Ia terlalu muak dan khawatir tak mampu mengontrol emosi jika melihat Senapati Madya Danar dan Ishra.Saat Tara berjalan menuju ruang kerjanya, di kejauhan Senapati Madya Danar melihat sinis pada perwira cantik itu. Tak perduli ia sedang berada di tengah orang ramai, ia dengan terbuka menunjukkan rasa permusuhannya."Ishra, kau tengoklah Tara bangsat itu! Gaya jalannya sudah macam Datu Sriwijaya pula? Congkak!" desis Senapati Madya Danar ny

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Rencana Menjebak Tara

    "Kau benar Ishra. Emosi hampir membuatku terjebak dalam kebodohan. Memang, sudah selayaknya aku dapat keuntungan dari matinya iblis perempuan bernama Tara itu!" ucap Senapati Madya Danar yang mulai tersadar dari amarahnya. Ia telah kembali ke watak aslinya yang culas dan licin. "Bagaimana Ishra? Kini kita mulai susun skenario untuk membunuh Tara?""Siap Senapati! Makin cepat, makin baik!" jawab Ishra tak kalah licik.Keduanya kembali tenggelam dalam siasat untuk membunuh Tara. Tak lupa tentu keuntungan-keuntungan yang harus mereka dapat dari kematian Tara.Malam makin larut, obrolan Senapati Madya Danar dan Ishra makin serius. Seperti tak ada hari esok bagi keduanya. Menjelang fajar barulah obrolan kedua manusia culas itu selesai. Begitu semua rencana mereka dirasa matang, dengan cepat Ishra kembali ke baraknya. Tak boleh seorangpun yang melihat pertemuan mereka.Saat Ishra baru menutup pintu barak, sebuah bayangan manusia berkelebat di keremangan fajar. Ia menyelinap cepat di balik t

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Hasutan Ishra

    Istana Kedatuan Melayu malam hari. Tak ada aktivitas berarti di dalamnya. Gelap malam dan suasana sepi makin menambah muram istana yang pernah bersinar dan dikenal hingga ke negeri jauh itu.Istana Kedatuan Melayu terletak cukup jauh dari tepi Sungai Batanghari. Posisinya sendiri berada di antara bukit-bukit kecil. Pendahulu Sang Mahadatu Melayu memang sengaja memilih lokasi istana jauh dari Batanghari dengan pertimbangan pertahanan dan keamanan. Tapi setelah invasi Sriwijaya ke Melayu, pertimbangan tersebut terbukti rapuh[1].Jika menilik luas area yang dijadikan kawasan kompleks istana, maka kita tak akan mendapatkan jawaban pasti. Ada yang mengatakan luasnya lima hektar, ada yang menyebut lebih dari lima hektar, dan ragam pendapat lain.Di dalam area tersebut berdiri kompleks istana yang terdiri atas beberapa bangunan, bangunan utama dan beberapa bangunan pendukung.Bangunan utama dalam komplek Istana Kesatuan Melayu adalah istana yang kini didiami oleh Sang Mahadatu Melayu Muda da

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Aku Cinta Padamu Vidya

    Beberapa hari ke muka, halaman depan gubuk Wak Baidil terlihat ramai. Di keramaian terlihat Wak Baidil, Aditya, Nadir, Koh Bai, dan seluruh penduduk Lubuk Ruso. Tampak juga Umak dan beberapa perempuan lainnya. Tapi tak tampak Vidya di antara mereka.Keberangkatan Wak Baidil dan rombongan baru dilakukan setelah Muri terlebih dahulu pulang dari Melayu. Dengan begitu, setelah mendengar informasi perkembangan Melayu dari Muri, semua gerakan bisa disusun dan dilakukan dengan baik.Pagi ini, sesuai dengan hasil pertemuan yang dilakukan para tetua Lubuk Ruso beberapa hari sebelumnya, maka Wak Baidil bersama rombongan akan melakukan long march menyusuri seluruh bumi Melayu. Terutama dusun dan negeri yang berada di sepanjang aliran Sungai Batanghari melalui jalur darat. Jalur darat dipilih karena jauh lebih aman dari intaian pasukan Sriwijaya.Ikut dalam rombongan Wak Baidil adalah Aditya dan Koh Bai. Mereka berdua sengaja diminta langsung oleh Wak Baidil karena keduanya memiliki pengetahuan y

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Jalan Panjang Kebangsaan Melayu

    Ketiga anak beranak itu benar-benar tenggelam dalam obrolan panjang. Sampai matahari tenggelam, mereka masih tak beranjak dari tempat duduk masing-masing. Obrolan mereka hanya terpotong ketika Umak memaksa mereka untuk makan malam. Setelah itu, obrolan mereka kembali dilanjutkan.Saat sedang asyik mengobrol, dari gerbang pintu rumah, tampak Koh Bai menghampiri mereka."Wah...obrolan Wak Baidil dan dua pemuda tampan ini tampaknya asyik juga. Apakah kehadiranku ini mengganggu kalian?" tanya Koh Bai setibanya di teras gubuk Wak Baidil."Eh...Koh Bai. Kebetulan kau datang. Ayo sini bergabung," ajak Wak Baidil pada Koh Bai. "Nadir kau ambilkan kursi satu lagi di dalam. Biar Koh Bai bisa ikut ngobrol bersama kita."Nadir langsung bangkit dari duduk dan mengerjakan perintah Wak Baidil. Kini mereka berempat mulai terlibat obrolan yang lebih panjang."Kalau aku boleh tahu, apa sebenarnya yang dengan kalian bertiga obrolkan Wak?" tanya Koh Baidil membuka pembicaraan."Naaaah...kalau pertanyaanm

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Rasa Kebangsaan

    Lubuk Ruso di waktu yang sama. Di beranda gubuk Wak Baidil, Aditya, Nadir, dan Wak Baidil seperti biasa, tampak bercengkrama. Santai tapi serius.Tema obrolan mereka kali lumayan berat. Tentang Persatuan Melayu."Aditya, Nadir, sejak obrolan kita terakhir soal Persatuan Melayu, aku benar-benar terganggu. Sulit aku tidur memikirkannya," Wak Baidil mengungkap kegelisahannya pada Aditya dan Nadir."Bak, sudahlah! Bak jangan berpikir yang berat-berat. Ingat. Bak sudah tua. Kalau Bak sakit, yang merasakan juga Bak sendiri!" omel Nadir pada Wak Baidil.Bukannya menuruti omongan Nadir, Wak Baidil malah menyanggah Nadir dengan omelan khas orang tua."Tahu apa kau Nadir! Justru di masa tua ini aku harus makin giat memikirkan negeriku, Melayu! Kau yang muda justru harus malu padaku! Kalian mestinya harus lebih giat memikirkan dan bekerja untuk Melayu!"Hampir saja Nadir mendebat Wak Baidil. Untungnya Aditya segera menengahi debat antara bapak dan anak tersebut agar tak memanjang."Sudah! Sudah!

DMCA.com Protection Status