Chi yang terkutuk, seni iblis, teknik terlarang yang merupakan hal tabu. Banyak sebutan dari itu semua yang mengartikan satu hal yakni, kutukan. Sebuah kutukan yang mampu membuat pengguna sengsara, merasa sakit dan tidak berdaya. Mengalami kecacatan sehingga sudah sangat sulit terutama bagi para pendekar untuk menggunakan chi atau energi dalam mereka. Hal yang sama terjadi di Lingkaran Langit, dan anehnya hal yang terjadi di sana membuat Wu Chen kesakitan. Wu Chen saat itu terpaksa berbaring dengan kondisi lemah tak berdaya. "Suamiku, apa kamu benar-benar tidak apa? Kamu merasa panas dan sakit di sekujur tubuh. Aku ingin memanggil tabib," ucap Lin, istrinya merasa sangat cemas. "Tidak apa. Dan memanggil tabib juga percuma saja. Hal seperti ini tidak bisa disembuhkan. Aku juga sudah bilang bukan?""Iya, suamiku Chen. Tetapi aku tidak tega melihatmu berbaring menahan sakit." "Jangan khawatir. Selama ada istriku di sisiku, aku akan cepat pulih," ucap Chen yang tersenyum. "Kamu ini
Pemimpin Kultus diketahui sudah mati, inilah kabar buruk yang paling tidak diinginkan oleh para pendekar. Wen Hu Jie tidaklah mati di tangan musuh melainkan di tangannya sendiri. Ia melakukan itu dengan kepastian takkan dimanfaatkan lagi oleh musuh-musuhnya. Ketika mendengar berita itu dari Hao Ling, Wu Chen lekas menyuruhnya untuk pergi bersama istrinya. "Penjaga Hao, segeralah pergi dari sini dan bawa istriku juga ke tempat yang aman," pinta Wu Chen kepadanya."Ke tempat yang aman? Ada apa Tuan Wu Chen?" Hao Ling bingung lantas bertanya apa maksud ucapan Chen saat itu. Dan tanpa mendengar jawaban, ia pun sudah mengetahuinya saat pria bertopeng itu datang tiba-tiba. Wu Chen duduk di tepian ranjang seakan bergerak untuk melindungi mereka."Kalau sudah paham, cepatlah pergi.""Baik, Tuan!" Segera Hao Ling pergi melewati pintu belakang sembari membawa istri Wu Chen pergi. Hanya Wu Chen yang menyadari keberadaannya sebelum benar-benar datang, sungguh Hao Ling pun sangat terkejut."Bis
Wu Shi menghilang setelah bertemu dengan pria bertopeng. Pemimpin Kultus Putih, Wen Hu Jie tewas bunuh diri akibat tekanan batin serta tekadnya sendiri yang menghindari agar tidak dapat dikendalikan pria bertopeng. Lalu Lingkaran Langit dipenuhi oleh para pengguna Teknik Terlarang, terutama di kalangan murid yang tidak bersalah.Para pendekar kultus yang ada di sekitar turut membereskan hal itu bersama kedua pendekar tingkat menara. Sebagian besar pendekar lainnya mencari keberadaan Tulang Naga yang seharusnya belum pergi jauh. Sementara di saat yang sama, salah satu pendekar bersaksi atas keberadaan yang mencurigakan, tengah mengincar nyawa salah satu murid—Wang Ji. Lalu, di sisi lain. Bertempat di kediaman Wu. Setelah kedatangan Hao Ling, Wu Chen menyuruhnya untuk pergi bersama istrinya. Lantaran tidak lama setelah itu Wu Chen kedatangan tamu besar yang tidak diundang datang, ialah pria bertopeng. Sesosok lelaki berambut panjang, Pendekar Tingkat Menara Pertama Bayangan, orang ter
Terjadinya suatu musibah di Kultus Putih memang tidak bisa lagi dihindari. Di saat yang sama Wu Shi berada di suatu tempat yang gelap dengan di sekitarnya terdapat dinding tanah. Kedua tangan dan kakinya diikat kencang, serta kedua matanya pun ditutup rapat dengan sehelai kain hitam. Membuat Wu Shi tidak dapat bergerak di satu tempat yang sempit di sana. Beberapa saat sebelumnya Wu Shi belum sadarkan diri, ia sempat pingsan karena pria bertopeng melakukan sesuatu kepadanya. Lalu sekarang begitu ia sadarkan diri, Wu Shi mencari cara agar dapat melarikan diri dari tempat ini. "Talinya diikat kencang, bagaimana bisa aku melepaskannya?" Banyak bekas luka meskipun pendarahan telah berhenti. Rasa sakit di sekujur tubuh masih ia rasakan sampai membuat tulang-tulangnya meringis. Wu Shi hanya bisa berusaha untuk saat ini, melarikan diri dari pria itu, rupanya adalah hal yang tersulit. "Aku sempat bingung. Kenapa dia tidak membunuhku?" gumam Wu Shi bertanya pada diri sendiri.Kemudian sesua
"Tenang saja, Wu Shi. Setidaknya kau akan pergi lebih dulu daripada Ayahmu. Biarkan aku membunuhmu."Ekspresi yang tidak terlihat, ditutup topengnya membuat pria ini menjadi makin misterius. Wu Shi terdiam dan kesal, sembari menahan ujung bilah pedang yang teracungkan ke lehernya. Kabar buruk yang barusan diungkapkan kepadanya, memang ia tidak bisa langsung mempercayainya namun entah mengapa Wu Shi berpikir orang ini dapat melakukannya."Tidak akan aku biarkan.""Ekspresi kesalmu memang membuatku sedikit merinding. Jangan-jangan ucapan peramal itu ada benarnya, bahwa kau lah musuh utama kami," tutur pria itu yang terus mendorong pedangnya ke depan.Setidaknya sekali pernah Wu Shi dengar dari para penjaga, terutama Penjaga Wen. Tulang Naga saat ini mempercayai seorang peramal, apa pun yang dikatakan oleh peramal pasti mereka akan melakukan suatu tindakan pencegahan demi menjaga rencana mereka ke depannya."Ayah, Ibuku, penjaga dan guruku, semuanya adalah bagian dari keluargaku. Setelah
Keberadaan yang seolah lenyap ketika terpisah jalan dengan Tian Xu. Pertemuan tak terduga yang dialami olehnya, yang langsung bertemu pria bertopeng itu lagi setelah sekian lama. Lalu berbagai tragedi yang terjadi, serta rahasia kecil namun besar terungkap. Semua hal tersebut sejujurnya membuat Wu Shi, pemuda itu merasa linglung sesaat. Dirinya yang ingin menghindari kekacauan dan mengubah seluruh kejadian buruk di masa depan. Satu persatu dapat ia lakukan dengan bebas sampai ketika pria bertopeng menanyakan hal tak wajar padanya."Kau adalah orang dari masa depan. Peramal dari barat yang mengatakannya."Bagi Wu Shi yang kembali ke masa lalu, tentunya pertanyaan itu adalah hal terburuk yang pernah ada. Bagaimana ia bisa menghindar atau melawan, saat ketika kedua tangan dan kakinya terikat, seolah jalan tertutup rapat.Mendengar pria bertopeng mengatakan itu, Wu Shi pun langsung menyangkalnya mentah-mentahan. Ia tidak menginginkan adanya resiko besar bila seseorang mengetahui rahasian
"Raja Pengembara, Pendekar Buta, aku yakin itu adalah kau setelah dipikirkan baik-baik. Dan kau mengakuinya.""Lalu?""Aku mengagumi dirimu yang berani menjatuhkan kaisar Ming. Kau benar-benar sungguh hebat. Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini."Pertarungan terhenti karena satu dua patah kata dari pria bertopeng itu. Ia memiliki rencana untuk mengubah sistem kultus, dan karena apa yang dulu pernah dilakukan oleh Raja Pengembara, ia jadi mengaguminya tanpa sadar. Bagi Raja Pengembara, kedatangannya pada tahun-tahun itu adalah aib. Ia tidak berniat menjadi pahlawan yang telah menjatuhkan kaisar yang jahat atau bahkan menjadi penjahat itu sendiri. Sejak awal ia memang tidak berniat begitu, akan tetapi rumor tentangnya di masa lalu ternyata menyebar cukup jauh."Oh, jadi kau adalah orang yang mengagumi diriku. Ya, aku sangat senang." Pria bertopeng itu menunduk hormat, mengembalikan bilah pedang itu ke sarungnya. Ia tak berniat bertarung setelah tahu siapa lawannya. Jelas ia t
Susah payah melarikan diri demi nyawa, Hao Yun dipertemukan dengan kedua sosok perempuan yang tidak dikenalinya. Awalnya Hao Yun merasa tidak ingin berada di tempat ini namun tubuhnya tidak bilang begitu sehingga ia pun menerima tawaran yang diberikan oleh mereka. Lin dan Xie adalah dua perempuan yang terbilang cukup hebat. Mereka berdua mengaku, bahwa tempat ini sebenarnya adalah sekte. Salah satu sekte yang dipercayai oleh Kaisar Wang. Tak disangka Hao Yun malah berjumpa dengan orang seperti itu. "Aku terkejut. Bertemu dengan orang di pinggir lautan saja sudah membuatku kaget. Apalagi mengetahui bahwa kalian adalah salah satu sekte yang kuat itu," ucap Hao Yun berwajah datar."Kau terkejut? Sayangnya itu bukanlah apa-apa." Hao Yun melirik kebingungan, menatap mereka berdua seolah ingin bertanya banyak hal. Namun ia tahu bahwa segala pertanyaan mungkin memang bisa ditanyakan tapi belum tentu akan dijawab."Mendengar kalian adalah salah satu sekte itu, aku berharap dapat menjelaska
Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta
Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas
Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba
Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit