Camille masih menduduki Martin dan pangkal pahanya bisa merasakan batang jantan pria itu yang sangat mengganjal pada sela pahanya. Sama seperti sewaktu mereka hampir bercinta saat berada di perpustakaan kediaman Martin. "Nanti aku akan menjemputmu pulang kerja," cetus Martin seraya melingkarkan lengan besarnya mengelilingi pinggang ramping Camille. "Uhmmm!" Camille menjawab cepat yang terdengar seperti desahan di telinga Martin. Ponsel Martin berbunyi nyaring dari dalam kantong celananya yang akhirnya membuat Camille bergegas bangkit dari atas tubuh Martin tanpa sempat Martin meraih bibirnya kembali. "Aku akan kembal bekerja," ucap Camille yang terpaksa diangguki Martin setuju. "Ada apa Danno?" Daniel yang sedang menghubungi Martin bisa merasakan nada amarah dalam suara Martin. "Kamu sedang bersama Cammie?""Ya, dan kau menggangguku! Cepat katakan ada apa dan jangan sampai itu hal remeh ...""Kamu dan Camille mungkin tidak akan bisa bersama, Martin!" Daniel berkata cepat yang me
"Kamu serius?" Martin bertanya setelah terdiam beberapa saat mendengar penjelasan Daniel tentang Camille yang akan sulit bersatu dengannya dalam hubungan serius. "Ya! Dylan dan Solenne bukanlah orangtua kandung Camille. Beberapa waktu lalu aku mendampingi Clea melakukan test DNA dari sampel rambut Camille dan kedua orangtuanya. Hasilnya positif jika Camille adalah putri dari David Carle dan Eve Carle." "Tunggu, siapa Clea?" tanya Martin yang otaknya seperti padam tidak bisa berpikir, padahal Daniel sudah menjelaskan siapa Clea padanya sebelumnya. "Clea adalah gadis pelayan baru yang bekerja di Lemoncello, demi tujuannya dekat dengan Cammie," ulang Daniel singkat dan padat yang dianggukkan mengerti oleh Martin."Lalu masalahnya dimana yang membuat aku tidak bisa bersama Camille? David tidak memiliki hubungan darah denganku!" Daniel tersenyum tipis mendengar pertanyaan Martin yang kini mendadak kritis tanpa berpikir panjang. "David memang tidak memiliki hubungan darah denganmu teta
"Hei, kita tidak jadi bercinta?" tanya Camille saat melihat Martin mengemudikan mobil menuju jalan pulang ke rumahnya. Martin tergelak dengan keceplosan gadis muda di sebelahnya. Bukan hanya muda tapi juga gadis yang sangat cantik dan polos. "Sepertinya aku tak akan puas jika hanya bercinta satu kali denganmu. Bagaimana kalau kamu libur dulu bekerja untuk beberapa hari dan kita pergi liburan ...bercinta puas, bagaimana?" Martin menoleh sekejap pada Camille, lalu fokus mengemudikan mobil namun telinganya mendengar gadisnya itu mendecakkan bibirnya tertawa. Camille beringsut mendekati Martin dan berbisik dekat ke telinganya, "Kamu terlalu banyak permintaan Pookie! Atau memang kamu adalah pria yang rakus?" Martin menoleh cepat dan memberikan kecupan singkat ke bibir Camille yang bisa dia dapatkan di sela-sela mengemudi menuruni jalanan ke arah rumah tinggal Camille. "Sepertinya kamu juga tidak cukup dengan satu wanita, tapi sayangnya kamu alergi untuk bisa melampiaskan hasratmu
"Apa yang kau lakukan datang malam-malam ke sini, Gabriel Jakovsky?" tanya Martin menghampiri Papanya yang sedang duduk menunggunya di ruang kerja. Gabiel menyeringaikan senyuman tipis menanggapi Martin yang sudah berdiri di depannya, menatapnya tajam. "Apakah aku di larang untuk mengunjungi kediaman putraku sendiri?" cetus Gabriel seraya merentangkan kedua lengannya pada sandaran sofa yang dia duduki dan menyilangkan kaki panjangnya, tersenyum menatap putra tampannya yang mendengkus kesal. Martin menghenyakkan bokongnya duduk di sofa depan Gabriel, mencondongkan tubuhnya ke depan Papa kandungnya tersebut. "Tentu saja kau boleh datang berkunjung kapanpun ke sini. Tapi bukan bearti kau bisa sembarangan membawa perempuan datang bersamamu, Gabriel! Terutama masuk ke kediaman ini!" tukas Martin tidak senang melihat Papanya yang membawa seorang wanita muda dan dia tinggalkan di ruang tamu rumahnya. Gabriel menyunggingkan senyuman cerah pada wajahnya. "Perempuan itu adalah calon
Eve langsung mendatangi warung sekaligus ruko tempat tinggal Camille sekeluarga setelah Clea mendapatkan alamat tempat tinggal saudarinya itu dari Daniel. Sementara itu, Clea didampingi oleh Jared Leto pergi berkunjung ke beberapa rumah singgah milik perusahaan asuransi David dan teman-temannya termasuk Ralp Spencer dan Achilleo yang terdapat di Sorrento. Benar seperti yang diucapkan oleh Jared dan berdasarkan data yang dia dapatkan, rumah singgah milik perusahaan asuransi David dan teman-temannya tersebut adalah rumah penampungan untuk para wanita penghibur dengan kata lain bisnis karaoke dengan memberikan pelayanan dewasa. "Bisnis seperti ini memang sangat menjanjikan dan mendatangkan keuntungan besar, Nona Muda!" cetus Jared sembari tersenyum menelengkan wajahnya pada Clea yang duduk pada kursi penumpang dalam mobil yang dia kemudikan sendiri. "Kamu memanggilku Nona Muda seakan-akan seperti pesuruh dari Mamaku aja, Paman! Katakan, apakah Mamaku adalah cinta pertamamu?" tanya Cl
Clea memberikan beberapa informasi berharga pada Luca melalui pesan. "Jadi akhirnya kamu mengaku sebagai orang yang memberikan misi menguras perusahaan asuransi Papamu, Clea Carle?" tutur Luca sinis dalam sambungan telpon pada Clea. "Ya, itu aku! Tapi aku tidak memintamu untuk menjebloskan Papaku ke penjara, Luca Spencer!" sahut Clea tidak mengelak tapi tertawa kecil di ujung kalimat setelah menyebut identitas asli Luca. "Sejak awal, aku sudah mengetahui siapa dirimu, Luca! Dan aku yakin, dirimu sudah bisa menebak apa urusanku ke Furore waktu itu." tambah Clea menjelaskan jika dirinya selama ini sudah mengetahui identitas Luca. "Katakan posisimu, aku akan menemuimu!" cetus Luca tanpa membuang banyak waktu dengan Clea. Setelah Clea menyebutkan alamatnya, Luca segera memutuskan sambungan telponnya. "Aku mendengarmu menyebut nama Clea, kapan dia kembali bekerja?" Luciano muncul dan menepuk bahu Luca pelan sambil memeriksa daftar pesanan di atas meja yang belum di proses oleh L
"Malam ini aku agak terlambat menjemputmu ..." Martin berujar pada Camille melalui sambungan telpon yang dia merasa sangat luar biasa karena gadisnya itu mau menerima panggilan telponnya disaat dia sedang bekerja. "Tak apa! Tidak perlu menjemputku. Sore ini aku pergi berbelanja dengan Pierre, mungkin akan pulang malam." potong Camille cepat menjawab ucapan Martin. "Aku akan mengabarimu jika sudah sampai di rumah nanti!" tambah Camille karena Martin tidak menanggapi perkataannya. "Uhm, baik!" cetus Martin pendek yang kemudian sambungan telponnya diputuskan oleh Camille. "Siapa yang lebih kamu sukai? Martin atau Pierre?" celetuk Luciano berbisik dari belakang punggung Camille dekat ke kuping gadis itu. Camille tersenyum, memundurkan wajahnya memberi jarak lalu menoleh pada Luciano di belakangnya. "Aku suka dua-duanya!" sahutnya cepat sembari memberikan senyuman cerah pada Luciano yang juga tertawa kecil. "Kamu sudah tidur dengan Martin?" kejar Luciano yang selalu bicara bla
"Aku melihat photomu di ruang kerja Ralp Spencer, ketika aku berkunjung dalam mengkaji ulang hubungan kerjasama dengan perusahaanku saat itu," ucapan Clea masih terus terngiang dan bergema dalam kepala Luca. Luca sudah sampai di rumah tinggal Pierre tetapi pria itu masih belum kembali. Pun juga Luciano tidak ada di rumah. "Kamu ada dimana?" pesan dari Luca terkirim pada seseorang yang ditandai spesial di ponselnya. "Aku baru kembali di apartemen. Datanglah!" balasan pesan masuk ke ponsel Luca. Luca segera meninggalkan rumah Pierre, memanggil taksi pergi menuju apartemen seseorang yang sudah sangat dia kenali tersebut. Di tempat lain, Pierre dan Camille sangat antusias memilih dan memilah pernak-pernik seperti buku untuk design, pensil warna juga berbagai jenis bahan kain yang biasa digunakan oleh Martha dalam menentukan pilihannya jika akan membuat designnya menjadi sebuah pakaian, sarung tangan, syal atau lainnya. "Ini agar jemarimu tidak tertusuk jarum!" ucap Pierre memasangka
Acara makan perayaan ulangtahun Richie berjalan hangat kekeluargaan. Meskipun Eve dan Jared belum sempat datang karena kesibukan pekerjaan, anak lelaki itu tetap terlihat ceria melakukan panggilan video di pelukan Pierre yang membingkainya penuh kasih. "Tidak apa-apa, Granty. Selesaikan pekerjaan Granty dulu, nanti segera datang kalau adik Richie lahir." "Tentu, Sayang. Granty pasti datang ke sana. Nanti hadiahnya Granty kirimkan, oke?" Eve menjawab dan menatap lembut cucu lelakinya yang terlihat semakin 'dewasa' karena sebentar lagi akan memiliki adik. "Terima kasih, Granty. I love you!" Jared yang datang ke ruangan Eve, turut memberikan kecupan jauh untuk Richie bersama Eve melambaikan tangan dan panggilan video dimatikan oleh Richie. "Apakah sekarang kamu sudah senang? Granty-mu tidak bisa datang karena sibuk. Tapi segera mereka akan ada di sini begitu pekerjaan bisa ditangani untuk di pantau secara online." Clea berjalan membawa dua gelas minuman di tangannya ke arah Richie d
Pierre sudah dalam perjalanan ke rumah pantai Barcelona ketika ponselnya di atas dasbor bergetar mendapat panggilan telpon yang tersambung ke earphone pada telinganya. "Paman ..." terdengar suara anak lelaki memanggil Pierre. "Paman sudah dalam perjalanan ke sini? Sudah di mobil?" Sudut bibir Pierre refleks merekahkan senyuman manis hingga matanya menyipit. "Ya. Paman sudah di dalam mobil, Tiga puluh menit lagi sampai di rumah. Richie ingin dibelikan sesuatu? Paman akan melewati tempat jajanan kue-kue lezat ..." "Tidak! Paman cepatlah mengemudikan mobilnya! Kata Mama, sebentar lagi akan ada badai salju." anak lelaki yang dipanggil Richie oleh Pierre segera menjawab tegas juga terdengar kuatir pada nada suaranya. "Baik. Paman matikan dulu telponnya, oke?" "Oke, Paman! I love you!" Pierre segera memutuskan sambungan telponnya dari panggilan atas nama Camille tersebut setelah balas mengucapkan 'I Love You' pada Richie. Pierre mengemudikan mobilnya semakin cepat dan hati-hati, karen
"Sebenarnya Daniel mengajakku kencan ..." Clea berkata jujur seraya mengunyah potongan daging di dalam mulutnya. Gerakan tangan Pierre yang hendak menyendok soup hangat untuk Clea, langsung terhenti sejenak. Mata Pierre mengunci pandangan pada Clea, "Daniel asistennya Martin?" tanyanya sembari mengerjapkan kelopak mata menyunggingkan senyuman tipis. Clea mengangguk, "Uhm." "Daniel pria baik. Sepertinya cocok denganmu. Ku dengar, dia juga yang sebelumnya membantumu melakukan tes DNA Camille di Roma, bukan?" Pierre menyerahkan mangkuk soup ke depan Clea yang langsung diraih wanita muda itu, menyeruputnya lahap sembari memberikan anggukan sebagai tanggapan pertanyaan Pierre. "Daniel juga yang mendampingimu ketika kamu memberikan misi perampokan pada kami ..." Clea tergelak cerah melihat sinar mata bahagia di mata Pierre yang sangat jelas terlihat jika pria itu menyetujui Daniel bersama Clea. Memang tak ada cinta sebagai pria dewasa dari Pierre untuk Clea. "Aku juga sudah berkata 'y
Pierre semakin sibuk dengan pekerjaannya yang kembali mengelola Lemoncello. Pria tampan itu juga melakukan koordinasi bisnis cafe dengan Dylan, Solenne dan Christopher di Barcelona. Sebelumnya, semua urusan pasokan bahan baku untuk cafe di Barcelona, Pierre yang melakukannya. "Hari ini akan ada pasokan bahan baku, sayuran serta buah dari Toko A, besok untuk ikan segar dari Mister XX serta daging segar dari peternakan ..." "Maaf, selalu merepotkanmu, Pierre. Nanti saya akan coba menangangi dan melakukan pemesanan langsung ke orang yang biasa datang ke cafe." Dylan menyela perkataan Pierre yang menghubunginya melalui sambungan telpon. "Tak apa-apa, Paman. Pekerjaanku masih bisa dihandel oleh Luciano ..." "Pierre ..." Dylan memanggil, mendesah pelan tidak melanjutkan perkataannya. Pierre tertawa kecil, "Baiklah. Nanti aku akan pinta semua pemasok menghubungi Paman. Bagaimana kesehatan Paman dan Bibi? Ku dengar Abraham kembali ke Barcelona?"Pierre akhirnya membicarakan topik lain den
"Cammie ...ini tidak benar!"Pierre berusaha mendorong tubuh wanita yang beberapa saat lalu ia rengkuh masuk ke dalam pelukan dan lumat bibirnya penuh hasrat gairah. Clea yang dikira Camille oleh Pierre, tidak melepaskan pria itu yang ia dorong jatuh terlentang ke atas sofa. Secara sadar, Clea mengais bibir Pierre, memberikan kecupan dan hisapan pada pria yang sedang dalam pengaruh alkohol tersebut. Tiga puluh menit lalu, Pierre akhirnya sampai di kediamannya, sama sekali tidak menyadari ada sebuah mobil yang terus mengikutinya dari belakang, memastikan pria itu selamat sampai di rumah. Setibanya di dalam rumah, Pierre mengeluarkan koleksi minuman kerasnya yang biasanya ia nikmati bersama Luca. Satu-satunya sahabatnya yang ia pikir playboy namun bernasib nahas seperti dirinya karena tidak menemukan wanita yang cocok untuk menjadi pasangan. Ternyata Luca mengencani Martha yang terlanjur merasa sakit hati pada Pierre, mengira pria itu mengkhianatinya dengan Donna. Clea terus memper
Setelah pergulatan panas di atas geladak, Martin membopong tubuh lemas Camille memasuki ruangan kamar mereka. "Istirahatlah, aku ambil makanan ke bawah." bisik Martin lembut seraya memberikan kecupan ke kening Camille yang mengangguk pelan. Camille langsung bergulung dalam selimut tipis, bibirnya tersenyum membayangkan betapa nikmatnya berada dalam pelukan panas Martin sewaktu mereka bergumul di geladak. Jantung dalam rongga dada Camille kembali berdebar-debar hanya membayangkan jika dirinya sudah kembali merindu ingin disesaki batang jantan suami tampannya. "Hei, tidak istirahat, kenapa senyum-senyum sendiri?"Martin telah meletakkan nampan berisi makanan malam mereka berdua ke atas meja, lalu menghampiri Camille yang sepertinya terkejut menyadari kedatangannya. "Sudah tidak perih?" Martin bertanya sambil duduk pada tepian ranjang, menjalarkan telapak tangannya mengusap permukaan kulit perut Camille dari balik selimut. Camille meraih tangan Martin yang membelai perutnya dan memb
Seminggu sudah berlalu,Dylan, Solenne dan Christopher kembali ke Barcelona menggunakan penerbangan pribadi bersama Clea yang masih ingin bersama kedua orangtua angkat barunya sekaligus membantu menjalankan bisnis cafe mereka. Keadaan Abraham semakin membaik. Gabriel membawanya ke Palermo dan Abraham akan berada dalam pengawasan langsung dokter terbaik dari keluarga Salvatore di kediamannya. "Tandatangani surat di atas meja dan segera angkat kaki dari kediamanku!" tegas Gabriel pada Lili yang terkejut melihat suaminya pulang ke Palermo membawa seorang anak lelaki remaja. "Gabriel ...aku minta maaf ..." Lili menjatuhkan tubuhnya berlutut di kaki Gabriel. Gabriel menarik mundur kakinya, "Kau tandatangani surat itu, maka kau mendapatkan uang pesangon dariku. Jika kau menolak menandatanganinya, bearti kau tak akan mendapatkan apa-apa dariku!" "Statusmu sudah bukan lagi istriku! Richard juga bukan darah dagingku dan aku tak memiliki kewajiban untuk terus memberikan nafkah pada putramu
Achilleo dan semua rekan bisnis Ralp Spencer telah meninggalkan kediaman Spencer. Tetapi itu sama sekali tidak mengurangi kemeriahan dan sahdunya acara pernikahan Camille dengan Martin. "Selamat, Camille dan Martin."Ralp yang pertama kali mengucapkan selamat pada Camille dan Martin begitu mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri oleh Pendeta. Luca dan Martha saling berpandangan melihat Ralp yang sepertinya telah menyadari kesalahannya. Tanpa Luca menyebutkan dua kali, jika Camille adalah 'adik perempuannya', Ralp sudah maju seperti seorang Ayah untuk mengucapkan selamat pada Camille. "Terima kasih, Paman ..." sahut Camille atas ucapan selamat dari Ralp. Ralp menepuk pelan punggung tangan Camille, "Luca menganggapmu adik perempuannya, jadi sungguh sangat tidak etis jika aku sebagai Papanya Luca menganggapmu tetap orang luar. Panggil aku, Papa, Camille. Karena kamu adalah putriku dan sekarang, sungguh aku sangat bahagia melihat anak-anakku menikah di sini."Dylan tersenyum
Camille ditarik oleh Martha, membawanya masuk ke lantai dua kediaman, setelah gadis muda itu menerima lamaran Martin di halaman. "Oh, kamu sangat cantik, Cammie!" puji Martha atas gaun yang baru dia bantu pakaikan ke tubuh Camille, mengganti gaun gadis muda tersebut sebelumnya. "Terima kasih, Martha. Tapi gaunmu lah yang indah. Kamu memang perancang busana berbakat!" Camille balas memuji dan meneliti gaun pengantin pada tubuhnya dengan tatapan berbinar kagum. Luciano dan Eve melakukan touch up untuk riasan Camille yang sebelumnya Luciano sudah mendandani gadis muda mereka tersebut sebelum datang ke kediaman Spencer. "Nyonya Eve, sepertinya aku sudah mendapatkan model untuk rancangan gaun-gaunku." Martha berkata melirik Eve yang tersenyum mengangguk samar. "Apakah kamu mau menjadi model, Cammie?" Luciano bertanya setelah ia memulas bibir Camille dengan lipstik berwarna pink muda. Tak ada yang menduga jika pria iseng, sering berperan menjadi sopir di kelompok Libra tersebut dalam