"Hai," sapa Camille pada Martin yang hendak turun membukakan pintu penumpang mobilnya untuk gadis mudanya itu. "Jangan turun!" tambah Camille yang segera berputar masuk ke posisi penumpang. Donna yang dalam perjalanan pulang mengikuti Camille, melihat gadis yang dia benci itu masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam gelap dengan jendela juga berwarna hitam tidak tembus pandang. "Ck! Dasar pelacur murahan! Mentang-mentang muda dan cantik, ternyata tidak lebih dari sekedar seorang pelacur! Huh! Kalian semua buta Pierre dan Martin!" gerutu Donna penuh emosi. Donna tidak mengetahui jika Martin yang menjemput Camille. Karena pemuda kaya itu menggunakan mobilnya yang lain dari biasanya untuk menjemput Camille. "Mulai besok tamat riwayatmu, gadis sok polos! Aku akan memberitahu Pierre mengenai perbuatanmu!" Donna mengambil ponsel untuk merekam, namun detik itu juga mobil Martin berkamuflase berganti warna menjadi warna merah metalik, berbelok ke arah lain dengan sangat cepat. "A
Sudah hampir sepekan Clea Carle berada di Sorrento. Gadis muda itu memeriksa data serta keuangan bank milik keluarganya yang kebobolan oleh kelompok Libra. "Alama, tolong jelaskan untuk apa uang ini digunakan oleh Mister David dan darimana datangnya aliran dana ini!" tegas Clea pada Alama selaku Direktur penanggung jawab bank LilC di Sorrento. Clea menemukan banyak aliran uang keluar juga dana yang masuk bukan dari nasabah bank yang dia curiga Papanya melakukan tindakan kecurangan. "Mengenai ini, kita sudah memiliki team khusus menanganinya, Nona," Alama menjawab seraya mengatur pernapasannya agar tetap stabil. David berpesan untuk menjaga rahasianya dari Clea. "Oke! Bawa mereka semua padaku. Oh ya, ku dengar brangkas perusahaan kontraktor Achilleo juga di bobol ya? Apakah metodenya sama dengan pembobolan bank kita? Jika ya, bearti ada pesan dari pembobol ini untuk kita, Achilleo berteman dengan Papaku, 'kan?" Alama mengangguk, "Metodenya sama, Nona Clea," jawabnya pendek,
"Heh! serius, motor sport ini untukku?" tanya Camille kesekian kalinya pada Pierre yang juga terus mengangguk membenarkan pertanyaan gadis muda yang dia sukai itu. "Kenapa?"Camille bukanlah gadis bodoh yang mau begitu saja menerima hadiah dari seorang pria, seringkali ada permintaan dari sang pria yang harus wanita penuhi. Dirinya sudah memiliki janji dengan Martin. "Kita akan semakin sering beraksi, mungkin akan sampai ke daerah lain. Jadi, aku tidak ingin kamu kelelahan dalam perjalanan naik angkutan umum pulang pergi bekerja di Lemoncello. Atau, kamu mau berhenti bekerja?" "Tidak, ku mohon jangan pecat aku!" "Kalau gitu, terima motornya. Anggap ini adalah fasilitas anggota Libra," Camille menarik napas panjang lalu melepaskannya perlahan-lahan. "Rumah kami sangat penuh dengan jualan dan bahan makanan. Karena ini fasilitas anggota Libra, maka aku akan menggunakannya dalam misi. Jangan kuatir, aku masih muda dan tidak lelah pulang pergi bekerja di sini," sahut Camille tegas
Deru suara motor membelah jalanan siang hari daerah Furore terdengar lebih berisik dari biasanya. Para anak muda sedang mengadakan festival di sepanjang jalanan yang akan berlangsung sampai tengah malam. Untuk itu perusahaan di sekitar tempat pesta berlangsung ditutup dari aktifitas kerja, karyawan diliburkan. Camille mengenakan celana hitam ketat dipadankan dengan jaket kulit yang juga sangat modis padanya. Rambut panjangnya di urai setelah dia turun dari memarkirkan motornya. "Wow! Mau kencan denganku, Camille?" cetus Luciano terpukau dan spontan berkata yang juga bermaksud menggoda Pierre. Pierre menatap tidak berkedip pada Camille, bahkan saat dalam perjalanan dari Sorrento ke Furore, pria itu selalu berada di belakang atau samping motor Camille. "Nih, kencani!" Pierre melemparkan gantungan kunci yang ditangkap Luciano cekatan sambil tertawa kecil. Camille dan Luca juga ikut tertawa melihat kedua pria berbeda usia itu yang sering saling menggoda. Diam-diam Luca melirik C
Camille membonceng Clea sampai ke Sorrento diiringi Pierre, Luca dan Luciano. Camille mengajak Clea masuk ke dalam cafe Lemoncello yang tetap buka seperti biasanya, karena ada beberapa pekerja sambilan juga Bibi Martha di bagian dapur yang membantu mengkoordinasi. Malam sudah turun tapi masih ada waktu dua jam untuk cafe Lemoncello buka yang sedang ramai dikunjungi pelanggan. "Ku pikir kalian ikut serta dalam festival," cetus Clea seraya menyesap minuman di atas mejanya sambil menatap Camille yang menghidangkan camilan untuknya. Camille tersenyum tipis, "Selamat menikmati," ujarnya tanpa menjawab ucapan Clea. Pierre dan Luca juga langsung mengambil alih pekerjaan barista yang sebelumnya di handle oleh pekerja sambilan. Begitu juga dengan Luciano yang sudah bolak-balik sibuk keluar masuk dapur dan ruangan cafe hingga halaman mengantarkan pesanan para tamu. Truk sayuran yang membawa uang hasil pembobolan brangkas Spencer Corp sudah menjalankan tugas mereka, mengantarkan uang te
Martin baru saja tiba untuk menjemput Camille saat gadisnya itu keluar bersama seorang gadis muda. Setelah membantu Clea mencarikan taksi, Camille menghampiri mobil Martin yang langsung pintu pada sisi penumpang dibuka oleh Martin agar Camille bergegas masuk. Martin langsung mengemudikan mobilnya begitu Camille telah memasang sabuk pengaman. Tetapi dia masih diam, memilih kata-kata yang tepat untuk berbicara dengan gadisnya itu karena kuatir dia akan bertanya tentang aksinya di Furore dan bisa menyinggungnya. "Ada apa? Anda terlihat pendiam malam ini, Tuan Martin?" cetus Camille kembali ke mood awal saat dia bertemu dengan Martin. Martin menoleh sekilas pada Camille dan sebelah tangannya menjepit hidung mancung gadisnya itu gemas. "Sekali lagi kamu memanggilku seperti tadi, sungguh aku akan membawamu kabur jauh ke ujung dunia!" seloroh Martin yang ditanggapi Camille tertawa kecil. Banyak tempat indah di Sorrento yang dikelilingi lautan mediterania. Kali ini Martin membawa C
Martin menunggu di dalam mobilnya selama empat puluh lima menit. Dia memeriksa pekerjaan Daniel yang sudah melenyapkan semua bukti video pembobolan brangkas di Furore hingga tak berjejak sama sekali. Camille mengetuk jendela pintu mobil Martin dan tersenyum lebar saat Martin membukakan pintu untuknya masuk. "Boleh ku tau apa yang kamu bicarakan dengan Paman dan Bibimu? Apakah Abraham sehat?" tanya Martin ingin tahu juga dia ingin dekat dengan semua anggota keluarga Camille. "Uhm ...kamu tidur jam berapa dan apakah sekarang langsung pulang ke rumahmu? Trus kapan orangtuamu datang ke sini?" "Jangan mengalihkan pembicaraan ...kamu ga pintar bohong sama aku. Katakan, ada apa dengan tebing sana?" Martin memang belum menjalankan mobilnya dan dia parkir menghadap ke arah tebing yang beberapa waktu lalu Camille membawanya terjun dan berenang di sana. "Aku ingin mengontrak rumah kosong yang di dekat tebing sana untuk Paman dan Bibi juga Abraham. Pindah buka usaha di sana sepertinya m
Clea sudah tiba di cafe Lemoncello saat Camille baru saja masuk. "Hai, selamat pagi dan selamat datang," sapa Clea tersenyum ceria menyambut Camille. Camille membalas sapaan Clea dengan senyum yang tidak kalah lebarnya. Luca memperhatikan interaksi Clea dan Camille yang terlihat sangat mirip saat kedua gadis itu tertawa."Kalian berdua terlihat sangat mirip," cetus Luca saat Camille dan Clea menghampirinya di meja bartender. "Oh ya?" Camille mendudukkan bokongnya pada kursi tinggi di depan meja Luca, menggedikkan kedua alisnya naik turun sebagai tanggapannya atas ucapan Luca. "Boleh aku memanggilmu, Kakak?" Clea bertanya yang membuat Camille menoleh cepat menatapnya. "Aku punya saudara laki-laki berusia sepuluh tahun dan dia tidak pernah memanggilku kakak. Jadi, cukup panggil saja namaku dan aku belum terlalu tua untuk dipanggil kakak olehmu," sahut Camille seraya tersenyum manis pada Clea dan mengedipkan matanya pada Luca yang tertawa kecil mendengar ucapannya.Clea mengangguk