“Hah? Itu kan punya kamu Ngel.” Kata Fanny.
“Hah!? Punya ku? Serius kamu Fan? Jadi, aku juga seorang pemulung disini?” Tanya Angel kepada Fanny.
“Ya-iya Ngel. Jadi, ketika kamu pertama kali pindah kesini, kamu adalah seorang pemulung. Kamu mengumpulkan barang-barang bekas, untuk memenuhi kebutuhan kamu di kampus. Ya, meskipun, aku, Chelsea, Cassey dan juga kamu mendapatkan Beasiswa, tapi kita juga membutuhkan uang tambahan untuk kebutuhan lain, seperti tugas misalnya.” Jawab Fanny.
“Hah? Jadi…”
“Iya, kamu adalah seorang pemulung, aku adalah seorang pegawai di sebuah toko, Cassey bekerja di sebuah laundry, dan Chelsea bekerja di kampus, sebagai pesuruh oleh para mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas mereka, dan kalau sudah selesai, mereka membayar Chelsea dengan uang.”
“Aduh, Fan. Sumpah, kepalaku pusing banget. Kalau kamu mau turun, yasudah, kamu duluan saja. Aku mau istirah
Pukul 19.00 malam, Angel terbangun dari tidurnya. Kemudian, dia berjalan keluar kamar, berniat untuk menemui William dan yang lain. Lalu, baru saja Angel menuruni 4 anak tangga menuju lantai 2, langkah Angel terhenti sejenak, sembari memandangi ruang playstation yang tampak sedikit terbuka.“Loh, pintu ruangannya terbuka, tapi? Kok tidak ada suara ya? William dan yang kemana?” kata Angel pada dirinya sendiri.Kemudian, Angel berjalan menuju ruangan itu, untuk melihat, siapa yang ada di dalamnya. Lalu, setibanya Angel di depan pintu ruangan itu,“Eh? Mereka mabuk, ya? Dan, William? Kok Cassey tidur, sembari memeluk William? Hah!?” kata Angel dengan nada bicara yang sedikit berbisik.Melihat itu, Angel menepuk kening dan menggelengkan kepalanya, sembari tersenyum kecil. Tapi, Angel tak mau ambil pusing. Angel menutup pintu itu secara perlahan, kemudian, Angel langsung turun kebawah, membuat segelas kopi, lalu pergi menonton TV di rua
“Huaaahhh… Emm… Eh? Joe dan tuan William, kemana?” tanya Samuel, yang baru saja terbangun dari tidurnya, sembari melihat ke sekeliling ruangan.Mendengar itu, Chelsea, Fanny dan Cassey, terbangun seketika.“Ada apa sih, Sam?” tanya Cassey pada Samuel.“Ini, Cass, tuan William dan Joe, tidak ada disini. Mereka kemana, ya?”“Ah, kamu ini, bikin kaget saja. Tuan William pergi ke kamar mandi. Kalau Joe, aku sih tidak tahu. Mungkin, ikut ke kamar mandi, bersama dengan tuan William.” kata Cassey dengan wajah yang sedikit sembab.“Huaaahhh… Kalian ribut sekali. Jam berapa sih ini?” kata Chelsea.“Astaga! Sudah pukul 20.30 malam! Serius ini? Wah, bakalan begadang kalau begini.” kata Samuel, sembari melihat kearah jam tangannya.“Wahh, efek anggurnya gila banget, ya. Kita tertidur sampai malam begini, karena anggur itu. Tapi, kepalaku … Ko
“Hai… Kalian sedang membahas apaan sih? Kayaknya, seru banget?” tanya Fanny, yang baru saja tiba, bersama dengan Samuel, dan juga Cassey.“Ah, ternyata kalian. Sini duduk dulu. Ini, Angel bertanya kepadaku, 2 hari lagi, kita akan mulai masuk kuliah. Nah, yang membuat aku merasa sedikit syok, Angel bertanya, dimana kampus kita. What!? Are you serious?” kata Chelsea.“Lah, kamu serius, Ngel? Kamu tidak tahu, dimana kampus kita? Terus, tentang pelajaran, yang sudah kita pelajari selama di kampus? Selama hampir 4 tahun? Kamu tidak ingat?” tanya Cassey pada Angel.“Iya, aku tidak ingat, Cass. Yang aku ingat, hanya usiaku saja. Aku sekarang, berusia 23 tahun. Dan,aku tidak tahu, kapan aku mulai kuliah.” jawab Angel, sembari menggelengkan kepalanya.“Ngel, kita masuk kuliah, saat berusia 19 tahun. Kita sudah hampir 4 tahun, bersama-sama di kampus. Dan, sebentar lagi, kita selesai. Dan sekarang, kamu ma
Setibanya William, Samuel, dan Joe di luar rumah Angel, 2 orang yang bertugas menjaga gerbang rumah Angel, datang menghampir mereka.“Selamat pagi, tuan muda.” kata salah seorang penjaga gerbang itu.“Pagi…” kata William.“Ah, begini, tuan muda. Emm… Malam tadi, ada sebuah mobil Chevrolet, berhenti di seberang jalan rumah nona Angel. Nah, kami perhatikan, sepertinya mobil itu mencurigakan. Mobil itu berhenti di seberang jalan, dengan lampu mobilnya yang mengarah ke rumah ini, tuan. Nah, karena kami sangat penasaran, dengan mobil itu, akhirnya, kami memutuskan untuk mendatangi mobil itu. Namun, ketika kami berdua baru saja tiba di dekat mobil itu, mobil itu langsung pergi, tidak tahu kemana. Mohon maaf, tuan. Apakah, anda tahu, siapa pemilik dari mobil itu?” kata seorang penjaga gerbang pada William.“Chevrolet?” tanya Samuel pada penjaga gerbang itu.“Iya, tuan.” jawab penjag
Beberapa saat kemudian, Desya keluar dari dapur, berjalan ke ruang keluarga, sembari membawa sepiring roti panggang di tangannya.“Nona, ini roti panggangnya.” kata Desya pada Angel, sembari memberikan roti panggang yang dibawanya, pada Angel.“Ah, terima kasih Desya. Yasudah, saya dan Chelsea, pamit dulu, ya” kata Angel pada Desya.“Iya, nona.”Setelah itu, Angel dan Chelsea, keluar dari rumah Jordi, dan langsung kembali ke rumahnya.“Fan, Angel dan Chelsea kemana, ya? Mengapa mereka lama sekali, ya? William dan yang lainnya juga sama. Hadehh… Perutku sudah laper, nih.” tanya Cassey pada Fanny.“Sama, nih. Perutku juga sudah laper. Iya juga, mengapa mereka belum kembali, ya? Jangan-jangan, Angel dan Chelsea, kesasar lagi?”“Mustahil, sih. Kamu pikir, rumah Jordi itu labirin? Ada-ada saja, kamu.”“Kami pulang…” kata Chelsea, yang b
“Tuan, izin melapor! Ini, saya sudah mendapatkan foto William Mendez. Adik dari Angel Mendez. Dia adalah pemilik tunggal, dari W Mall, yang ada di kota ini. Dan juga, dia berkunjung kesini, bersama dengan puluhan pasukan milliter pilihan, yang tengah menjaga Helikopternya, di sekitar pantai, di Hotel Mendez. Dan juga, menurut informasi yang saya dapatkan dari anak buah saya, William, bersama dengan kakaknya Angel, dan teman-temannya yang lain, sedang ada di rumah barunya Angel, yang tidak jauh dari kampusnya.” kata seorang pria paruh baya, di dalam sebuah ruangan yang gelap.“Bagus! Terima kasih atas informasinya. Sekarang, kamu boleh pergi. Emm… Angel… Kamu yang lebih dulu, mencari masalah denganku. Sekarang, saatnya aku membalas dendam, atas perlakuanmu kepadaku, hahaha.”……………………………………………………
Prok … Prok … ProkSeorang pria tak di kenal, memiliki tubuh yang tinggi, memakai jubah hitam, dengan sebuah topeng yang di kenakan, untuk menutup wajah, berjalan dari arah belakang, sembari bertepuk tangan, bersama dengan segerombolan pasukan berjumbah dan memakai topeng.Mendengar itu, Angel dan yang lainnya, langsung menoleh kearah belakang,“Hahaha … Sebuah pertunjukkan yang sangat bagus, bukan?” kata pria berjubah itu.“Siapa, kamu!?” bentak Samuel.“Aku? Ah, kalian tidak perlu tahu tentang, siapa aku, dan mengapa aku berada disini. Yang jelas, William? Hahaha … William sudah mati! Hahaha…”“Brengsek!!!”Plak!Bruaakk!!Sebuah tamparan yang sangat keras, mendarat di sisi sebelah kanan topeng pria itu. Pria itu langsung terduduk di atas tanah, dan topengnya, terlepas dari wajahnya. Pria itu langsung memalingkan wajahnya kearah belakang
“Hah? Ini dimana? Eh!? Kok, tanganku di ikat begini? Eh!? Kok aku hanya memakai pakaian dalam saja? Woi! Apa-apaan, nih! Baju dan Celana ku dimana, woi!!!” kata Angel yang baru saja terbangun, sembari sedikit teriak.Sebuah ruangan kecil yang gelap, dengan sedikit penerangan dari lampu yang sudah hampir rusak. Angel terbangun, dengan kondisi hampir tak berbusana, dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja, dengan tangan dan kaki, yang terikat. Angel di ikat dalam kondisi berdiri, di kedua buah tiang besi, yang ada di sisi kanan dan kirinya Angel.Tepat di hadapan Angel, ada sebuah pintu. Lalu, sembari Angel teriak-teriak, tiba-tiba,Jeglek!“Hai, Angel … Ah, kamu sudah bangun, ya? Selamat datang, di markas besarku. Sengaja, kamu di letakkan di ruangan ini, ruangan ini adalah, ruangan khusus penyiksaan. Dan, wah-wah, kamu terlihat ‘menggoda’ sekali. Wajahmu yang cantik, dengan tubuh putih mulus, dan … Waw, bag
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri