Hotel Mendez, 20 Sept 2014, 07:00 Pagi.
Ke-esokkan harinya, Angel, William dan Jordi kembali ke Hotel Mendez setelah berkonsultasi dengan teman Jordi yang merupakan seorang dokter spesialis saraf di salah satu rumah sakit yang cukup terkenal di WDC. Mereka memutuskan untuk menginap di hotel terdekat di sekitar rumah sakit itu untuk menginap satu malam dan kembali ke Hotel Mendez di pagi harinya.
“Kak, ayo sarapan dulu…” Kata William kepada Angel.
“Samuel kemana? Dan… Yang lain? Mereka tidak sarapan?” Tanya Angel.
“Eh? Iya juga ya, ruang makannya juga masih sepi nih. Emm… Apa mungkin mereka masih di posko?” Jawab William.
Lalu,
“Selamat pagi tuan William, nona Angel…” Kata Desya yang baru saja tiba bersama anak-anaknya.
“Loh, kalian dari mana sayang?” Tanya Jordi.
“Dari kamar dong ayah…” Jawab Almero mewakili Desya.
“Emm… Black Card itu apa Will?” Tanya Angel yang dari tadi hanya diam sembari mendengarkan mereka berbicara.“Hah!?”Mendengar itu, mereka semua langsung menoleh kearah Angel.“Ngel? Kamu tidak tahu Black Card? Kartu credit yang biasa kamu gunakan untuk membayar itu loh…” Kata Chelsea.“Emm… Apa? Kapan?” Tanya Angel.“Ah, aku lupa, kamu tidak mengingatnya ya”Angel menggelengkan kepalanya kepada Chelsea.“Oh iya kak, dimana Black Card kakak? Ponsel kakak?” Tanya William.“Black Card? Black Card itu apaan sih Will, kok sepertinya berharga banget ya? Terus, sejak kapan aku memilikinya? Dan, ponsel? Sejak kapan aku punya ponsel?” Jawab Angel.“Loh! Serius kak? Jadi, Black Card kakak…”“Emm… Mungkin terjatuh bersama dengan ponsel dan dompetnya Angel ketika kami lompat ke laut untuk m
“Ah, begitu ya… Eh, ngomong-ngomong tuan apa kabar nih? Sudah lama sekali sejak terakhir kali anda berkunjung kesini, membeli hotel yang hampir sama sekali tidak memiliki pengunjung, kemudian merubah hotel menjadi Mall yang sangat megah ini. Dan ya, saya sangat bersyukur sekali bisa bertemu anda tuan.” Kata Toni.“Hahaha… Ah, iya Ton, waktu itu, kamu pemilik dari hotel itu kan?”“Iya tuan, padahal, hotel itu cukup terbilang mewah. Tapi ya, ternyata tidak sesuai dengan harapan saya tuan. Jadi, saya memutuskan untuk menjualnya kepada anda. Nah, entah kenapa, ketika Mall ini selesai dibangun dan baru saja mulai beroperasi, Mall ini langsung ramai. Mall ini tidak pernah sepi akan pengunjung setiap harinya. Dan, sampai sekarang, saya masih bingung bagaimana cara anda memp-promosikan Mall ini.”“Emm… Saya rasa, saya sama sekali tidak pernah mem-promosikan Mall ini. Tapi menurut saya, orang-orang yang menye
“Hah? Ingat? Kakak ingat apa?”“Iya kan Ngel, kamu ingatkan?”Tanya William dan Cassey secara bergantian.“Iya aku ingat… Semuanya masuk begitu saja ke kepalaku… Tapi…”“Tapi apa Ngel?” Tanya Cassey.“Aku hanya mengingat kalau beberapa minggu yang lalu, aku pernah membeli semua gaun dari sebuah toko yang ada di Mall ini. Tapi, ya hanya itu saja yang aku ingat. Aku masih tidak siapa kamu, hehe…” Jawab Angel.“Emm… Yasudah, tidak masalah Ngel, tidak perlu terburu-buru Ngel, santai saja. Lambat laun, ingatanmu pasti bakalan kembali seperti semula. Tenang saja, aku, Chelsea dan Fanny akan terus membantu kamu mengingat semuanya.” Kata Cassey sembari merangkul Angel.“Terima kasih…” Kata Angel.“Yasudah, pakaian-pakaian ini bagaimana kak? Jadi dibeli semua atau tidak?” Tanya William.“
Sesampainya di Hotel Mendez… Braak! “Kak, mau makan siang dulu atau langsung ke kamar?” Kata William sembari menutup pintu mobil. “Emm… Makan saja lah Will. Aku juga belum mengantuk kok…” “Yasudah, setelah makan, kakak coba tidur ya, supaya kepala kakak bisa lebih membaik.” “Sudahlah Will, kamu tidak perlu meng-khawatirkanku. Kepalaku sakit, mungkin karena aku belum makan. Kemungkinan sih begitu…” “Hadehh… Yasudah lah kak, terserah kakak saja.” Samuel dan yang lainnya juga sudah keluar dari mobil. Kemudian, mereka semua masuk ke dalam Hotel dan langsung berjalan ke ruang makan. “Emm… Istri saya dan anak-anak kemana ya?” Kata Jordi kepada dirinya sendiri sembari melihat ke sekeliling tempat. Mendengar itu, William langsung menjawab perkataan Jordi, “Istri dan anak-anakmu? Loh, kan tadi mereka bilang, mereka ingin bermain di pantai. Ingat tidak?” “Ah, iya tuan, saya lupa, hehe… Yasudah, saya ke pan
“Hadehhh… Kok kenyang ya? Perasaan, sebelum makan tadi, perutku terasa lapar deh? Tapi, setelah makan, eh malah kenyang.” Kata Cassey sembari memegangi perutnya.“Apa!? Kamu kenyang Cass? Wahh, keren banget kamu… Apa tadi? Sebelum makan, perut kamu terasa lapar?” Tanya Chelsea.“Iya Chel” Jawab Cassey.“Terus, setelah makan, kamu merasa kenyang dan tidak lapar lagi?”“Iya nih. Menurut kamu, itu kenapa ya Chel?”“Emm… Entah, aku juga bingung Cass. Mungkin, karena otakku masih normal kali ya?”“Loh, jadi maksud kamu, otakku tidak normal begitu!?”“Eh, kamu sendiri yang bilang loh, bukan aku, hahaha” Kata Chelsea sembari tertawa.“Kalian bahas apa sih? Kok aku jadi kayak bego banget ya? Sejak dari tadi kalian mengobrol, mengapa hanya aku yang sampai sekarang belum paham tentang apa yang sedang kalian bahas.&rd
“Hahaha… Kalian ini ada-ada saja… Oh iya, semua sudah selesai makan siang kan? Yasudah, kita pulang ke rumahku yuk, aku sudah tidak sabar nih…” Kata Angel.“Kakak serius mau pulang? Tidak mau istirahat dulu?” Tanya William.“Yakin Will. Lagian, apa bedanya di Hotel ini dengan rumahku?”“Sama aja sih, tapi kan…”“Maaf tuan, tapi menurut saya, apa yang di katakan nona Angel ada benarnya juga. Karena…”“Yaudah iya-iya, terserah kalian saja lah.” Kata Samuel memotong perkataan Samuel.Setelah itu, William dan yang lain kembali ke kamar mereka masing-masing terlebih dahulu untuk mengemas semua barang-barang mereka. Setelah selesai, mereka langsung berkumpul di depan Hotel Mendez. Lalu, Jordi berlari menuju parkiran untuk mengambil mobil Limousine dan kemudian, kembali ke depan Hotel untuk menjemput William dan yang lain. Setelah Jordi tiba m
“Nah, kita sudah sampai nih…” Kata Chelsea.Sontak, William dan yang lain langsung melihat kearah luar mobil.“Kak? Ini rumah kamu?” Tanya William kepada Angel sembari pandangannya masih terfokus pada rumah Angel.“Hah? Aku juga gatau Will. Perasaan, aku juga tidak begitu asing dengan rumah ini. Tapi…” Jawab Angel.Tin tin…Jordi membunyikan klakson mobilnya. Mendengar itu, para penjaga gerbang rumah Angel langsung bergegas membuka gerbang dan mempersilahkan mobil mereka masuk ke dalam rumah.Sesampainya di halaman rumah Angel,Brakk!“Wahhh… Ini serius rumah kakak? Besar banget… Rumahku saja, tidak sebesar ini loh kak. Dan, wahhh… Aku jadi iri, hahaha” Kata William sembari menutup pintu mobil.“Maaf tuan, jika anda memiliki pertanyaan seputar rumah nona Angel, anda bisa bertanya kepada saya. Sebisa mungkin, saya akan menjawab
“Eh, ngomong-ngomong nih, Camille apa kabar ya? Melihat Ace di penjara, reaksi Camille bakalan gimana ya?” Tanya Cassey.“Emm… Kalau menurutku sih, Camille pasti senang banget.” Jawab Chelsea.“Emm… Iya juga ya, secara kan, kelakuan Ace sudah keterlaluan banget sih. Untung ada Samuel. Kalau tidak, mungkin sampai sekarang mereka masih menjalin hubungan tanpa tahu apa yang telah dilakukan Ace terhadap teman-temannya Camille.” Kata Cassey.“Iya, pacarku memang paling The Best lah, hahaha…” Kata Fanny sembari memeluk Samuel.“Ace? Camille? Tunggu-tunggu, kalian sedang membicarakan siapa sih? Tolong dong, ceritakan sedikit. Siapa tahu, aku bisa mengingat sesuatu.” Kata Angel.“Nona, kalau seandainya di ceritakan, nanti bakalan panjang banget. Lagian, kita juga bingung harus mulai dari mana.” Kata Samuel.“Emm… Begitu ya. Emm… Aku ngant
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri