Jelios Kembali keluar dari kamar setelah dia selesai membantu istrinya untuk mengambil istirahat di dalam kamar. Jelios mulai melangkahkan kakinya menuju ke ruangan tengah di mana Jenie dan pria itu berada. Pria itu tersenyum miring begitu melihat Jelios tiba di ruang tengah dan menatap ke arahnya
"Kau seharusnya berpenampilan lebih baik," ujar Ken tanpa ekspresi, "lain kali, periksa penampilanmu terlebih dahulu sebelum ikut pergi denganku," ucapnya tak perduli apakah yang dia katakan itu menyakitkan Untuk didengar atau tidak. Ken, saat ini pria itu tengah berada di dalam mobil menuju ke rum
Ken memaksakan senyumnya, sebisa mungkin dia mencoba untuk memperlihatkan senyum terbaiknya seolah-olah dia tidak mengalami masalah apapun lalu berjalan mendekati neneknya dan berkata, "ada beberapa hal yang harus aku kerjakan terlebih dahulu, Nek. Jadi, aku baru sempat menemui Jelios sebelum memutu
Jelios mengeraskan rahangnya begitu dia membaca surat undangan yang dikirimkan kepadanya belum lama ini. Surat undangan itu berasal dari keluarga Horrison, dan tentu saja Jelios sendiri sama sekali tidak menyukai datangnya surat undangan itu, ditambah dia juga tidak memiliki niatan untuk memenuhi su
"Apa kau tahu Belle?" Tanya Jenie berjalan mendekati Belle yang kini tengah duduk di kursi tamu undangan lalu kembali berkata, "penampilanmu saat ini benar-benar menggelikan sekali. Seluruh tubuhmu, dari ujung kaki hingga ke ujung kepala benar-benar bengkak dan sangat tidak enak untuk dilihat."Jeni
Jelios membuang nafas kesalnya saat tahu dia lagi-lagi mendapatkan hadiah dari Tuan dan juga Nyonya Horrison yang mengatasnamakan bayi di dalam perut istrinya. Sungguh, Jelios sangat tidak menyukai hadiah itu meskipun memang benar tujuannya adalah untuk diberikan kepada dua bayinya yang akan lahir s
Belle dan Jelios berakhir dengan ciuman bibir entah apa pemicunya intinya mereka benar-benar mulai terbawa suasana karena perasaan bahagia yang mereka rasakan. Di sisi lain. Jhon membuang nafas kasarnya sembari menyadarkan punggungnya pada sandaran sofa yang ia duduki sejak tadi. Jhon mengusap waj
Jhon mendorong lengan Yuri berharap Yuri menghentikan apa yang dia lakukan saat itu. "Nona," panggil Jhon namun dia tidak bisa melanjutkan apa yang ingin dia katakan karena Yuri tak membiarkan Jhon melepaskan ciuman mereka. Jhon mencengkram cukup kuat kedua lengan Yuri. Sungguh, dia tidak bisa men