Belle menggelengkan kepalanya tidak percaya mendengar percakapan yang sangat sadis itu. Panggilan Tuan dari pelayan rumah itu, jelas saja di tunjukkan kepada Jelios bukan?Belle menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya erat-erat karena dia tidak ingin sampai dia mengeluarkan suara dan disadari
Belle masih mengunci dirinya hingga pagi lagi tiba. Perutnya benar-benar sangat lapar, tapi dia tidak berani keluar dari kamarnya. Namun, semakin lama dia juga semakin tidak tahan karena perutnya benar-benar menjadi sakit. Belle memutuskan untuk kembali meminum air keran cukup banyak, namun sayangny
Belle menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, sebentar memejamkan matanya sembari merasakan kelegaan yang tidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata. Belle kembali membenahi duduknya, dia mengeluarkan sesuatu yang dia selipkan di dadanya yaitu, sertifikat kepemilikan harta benda milik ibunya. Bel
Belle mengepalkan tangannya. Kedua bola matanya benar-benar tertuju kepada sepasang mata Jhon yang terus menatap lurus kearahnya. Belle, benar-benar bingung harus bagaimana dia menjawab atau menanggapi Jhon barusan. Jhon menghela nafasnya, melangkahkan kakinya untuk bisa semakin dekat dengan Belle
"Nona, ke mana tujuan anda setelah ini?" tanya Jhon. Belle menatap Jhon dengan tatapan bingung dan juga penuh tanya. Kenapa Jhon bertanya ke mana tempat yang akan dia tuju? Kenapa pertanyaan Jhon seperti seolah mengizinkan Belle untuk meninggalkan rumah Jelios?"Aku akan pergi ke hotel, sore hari b
Belle memeluk kedua lututnya. Dia duduk di lantai, ujung kamar hotel karena merasakan takut yang sangat luar biasa. Namun ketakutannya itu tidak berhenti sampai di situ saja, karena tiba-tiba saja suara pintu itu terbuka membuat Belle lebih merasakan takut. Belle bangkit dan berniat lari, tapi lang
"Kau sudah sadar rupanya?" Suara itu membuat Belle tersentak kaget namun juga masih diam tak mengeluarkan suara apapun juga tak dapat bereaksi apapun. Belle hanya bisa membuka sedikit bibirnya, namun tak dapat mengatakan apapun seolah ada banyak sekali obat bius yang masuk kedalam tubuhnya. Suara
Belle tersentak. Dia terkejut mendengar namanya dipanggil dengan begitu lantang oleh seorang pria yang tiba-tiba saja datang, entah Sejak kapan juga Belle sama sekali tidak menyadarinya.Belle menatap pria itu dengan tatapan dingin dan juga penuh dengan kemarahan. Yah, pria itu adalah, Jelios. Jeli
Setelah beberapa saat, Belle sudah mulai tenang jadi, Jelios juga sudah bisa kembali berbicara. "Aku perlu melakukan itu, sayang. Wanita itu harus diberikan pelajaran yang menyakitkan agar tidak bisa macam-macam. Jadi, sekarang sudah saatnya istriku yang manja ini berhenti murung kan?" bujuk Jelios
Jelios mengusap kepala istrinya lalu berbisik, "karena anak-anak sudah tidur, ayo ikut aku sebentar. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Jelios lalu tersenyum meski ucapannya itu tak mendapat respon apapun dari istrinya. Perlahan, Jelios memindahkan putri keduanya ke box bayi, lalu berge
Jenie tersenyum, dan rona malu yang timbul di wajahnya itu benar-benar bisa terlihat dengan jelas. Rasanya, debaran jantungnya seperti akan meledak karena perasaan gugup dan juga bahagia yang menjadi satu. Saat ini, Jenie tengah bersama dengan Jelios setelah beberapa saat yang lalu Jelios menghubun
Belle semakin menjadi saat dia kembali melihat unggahan Jenie pada akun media sosial miliknya. Jenie mengatakan bahwa, dia merindukan pria yang memberikan kenangan indah di dalam kamar hotel. Sungguh, Belle menjadi semakin menjadi-jadi dengan segala pemikiran negatifnya kepada Jelios. Apalagi, saat
"Sayang?" panggil Jelios begitu dia sampai di kamar. Yah, karena istrinya tidak menyambut kepulangannya, maka Jelios bergegas menjalankan kakinya menuju ke kamar. Biasanya, Belle akan menunggu Jelios pulang di depan pintu rumah mereka, tapi karena tidak ada Belle saat Jelios pulang, maka Jelios han
Sudah tiga hari berlalu, dan jenie masih belum mendapatkan kabar apapun dari Jelios membuat dia benar-benar gelisah sepanjang hari. Jenie benar-benar ingin dengan segera menjalin hubungan yang sebenar-benarnya bersama dengan, Jelios. Namun, karena tiga hari ini masihlah tidak ada kabar sama sekali,
Jenie terbangun dari tidurnya. Perlahan dia membuka matanya, dan ternyata Jelios sudah tak lagi ada di atas tempat tidur. Jenie bangkit dari posisinya, dia mencari keberadaan ponselnya. Mendapatkan ponselnya, akhirnya Jenie bisa melihat pukul berapa sekarang ini. "Ya ampun..... " ucap Jenie keheran
Jenie mengeratkan genggaman tangannya yang sejak tadi jemari di tangannya saling bertautan erat. Mendengar apa yang diucapkan oleh Jelios barusan, bohong saja kalau dia tidak merasa sangat gugup, dan juga takut. Bagaimanapun, sosok Jelios yang dewasa, dan juga terlihat sekali penuh dengan makna seti
"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Saya harap, kejayaan Horrison Food akan lebih maju kedepannya. Jadi, mohon kerja samanya," ucap Jelios kepada anggota dewan direksi. Jelios yang baru saja mengenalkan diri, dan memberikan sepatah dua patah kata untuk mengatakan beberapa hal yang perlu dia