Jhon perlahan merebahkan tubuh Belle di atas tempat tidur. Begitu sudah berbaring, Belle benar-benar terpejam seolah dia sangat kelelahan. Jhon terdiam memandangi wajah Belle yang kini terlihat pucat dan tirus. Padahal, saat pertama kali Belle datang ke rumah itu, pipinya sedikit berisi, tubuhnya j
Jelios berjalan cepat menuju kamar yang saat ini digunakan oleh Belle begitu dia sampai di rumah. Seharian, dia benar-benar mengerjakan semua pekerjaannya seorang diri karena, Jhon tidak datang ke kantor. Belum lagi, dia juga harus pergi ke toko perhiasan untuk membeli cincin pernikahannya bersama d
Jelios memejamkan matanya. Sungguh, aroma tubuh Belle benar-benar membuatnya begitu tenang, juga begitu mudah untuk diingat. Jelios mengeratkan pelukannya yang dalam posisi memeluk Belle dari belakang lalu berkata, "Ada apa denganmu? Apa kau terbebani dengan kehamilanmu? Itu hanya hanya berlangsung
"Aku tidak tahu kalau pada akhirnya kita masih akan memiliki hubungan, meski bukan denganmu secara langsung." ucap Jelios selalu tersenyum kala menatap nisan kakak angkatnya. "Dulu, saat kau memutuskan untuk pergi dari rumah dan juga tidak lagi ingin memiliki hubungan dengan orang sepertiku, aku ben
Jelios tersenyum tipis melihat bagaimana Belle menikmati makanan sampai-sampai terlihat lupa dengan segala-galanya. Jelios ingin sekali mencoba mie kerang hijau karena tergiur melihat bagaimana Belle menikmati mie itu. Tapi, sepertinya satu porsi saja tidak akan cukup untuk Belle sehingga, Dia memut
Seharian Belle hanya berada di dalam kamar, sesekali dia keluar dari kamar mondar-mandir ke sana kemari membuang rasa bosan yang ia rasakan. Dia benar-benar jenuh!Belle berniat kembali ke kamarnya setelah cukup lama duduk di taman rumah. Akan tetapi, begitu dia sampai di depan pintu kamar kedua bo
Belle kembali menggigit bibir bawahnya, Dia sedang berpikir Apakah perlu dia membuka laci itu untuk memastikan benar dugaannya? Tetapi, kalaupun memang benar apa yang dia duga, lantas apa salahnya?Belle membuang nafasnya. Yah, ada atau tidaknya foto Yuri di dalam laci meja kerjanya, memang tidak a
"Sebenarnya, bisa saja Aku tidak mencari tahu siapa ayah dari anak yang dikandung oleh keponakanmu itu. Tetapi, kau seharusnya menikahkan keponakanmu itu dengan Jhon bukan? Karena, kalau mereka menikah dan hidup bersama, aku tidak perlu merasa keponakanmu itu adalah ancaman untukku bukan?" ujar Yuri
Setelah beberapa saat, Belle sudah mulai tenang jadi, Jelios juga sudah bisa kembali berbicara. "Aku perlu melakukan itu, sayang. Wanita itu harus diberikan pelajaran yang menyakitkan agar tidak bisa macam-macam. Jadi, sekarang sudah saatnya istriku yang manja ini berhenti murung kan?" bujuk Jelios
Jelios mengusap kepala istrinya lalu berbisik, "karena anak-anak sudah tidur, ayo ikut aku sebentar. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Jelios lalu tersenyum meski ucapannya itu tak mendapat respon apapun dari istrinya. Perlahan, Jelios memindahkan putri keduanya ke box bayi, lalu berge
Jenie tersenyum, dan rona malu yang timbul di wajahnya itu benar-benar bisa terlihat dengan jelas. Rasanya, debaran jantungnya seperti akan meledak karena perasaan gugup dan juga bahagia yang menjadi satu. Saat ini, Jenie tengah bersama dengan Jelios setelah beberapa saat yang lalu Jelios menghubun
Belle semakin menjadi saat dia kembali melihat unggahan Jenie pada akun media sosial miliknya. Jenie mengatakan bahwa, dia merindukan pria yang memberikan kenangan indah di dalam kamar hotel. Sungguh, Belle menjadi semakin menjadi-jadi dengan segala pemikiran negatifnya kepada Jelios. Apalagi, saat
"Sayang?" panggil Jelios begitu dia sampai di kamar. Yah, karena istrinya tidak menyambut kepulangannya, maka Jelios bergegas menjalankan kakinya menuju ke kamar. Biasanya, Belle akan menunggu Jelios pulang di depan pintu rumah mereka, tapi karena tidak ada Belle saat Jelios pulang, maka Jelios han
Sudah tiga hari berlalu, dan jenie masih belum mendapatkan kabar apapun dari Jelios membuat dia benar-benar gelisah sepanjang hari. Jenie benar-benar ingin dengan segera menjalin hubungan yang sebenar-benarnya bersama dengan, Jelios. Namun, karena tiga hari ini masihlah tidak ada kabar sama sekali,
Jenie terbangun dari tidurnya. Perlahan dia membuka matanya, dan ternyata Jelios sudah tak lagi ada di atas tempat tidur. Jenie bangkit dari posisinya, dia mencari keberadaan ponselnya. Mendapatkan ponselnya, akhirnya Jenie bisa melihat pukul berapa sekarang ini. "Ya ampun..... " ucap Jenie keheran
Jenie mengeratkan genggaman tangannya yang sejak tadi jemari di tangannya saling bertautan erat. Mendengar apa yang diucapkan oleh Jelios barusan, bohong saja kalau dia tidak merasa sangat gugup, dan juga takut. Bagaimanapun, sosok Jelios yang dewasa, dan juga terlihat sekali penuh dengan makna seti
"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Saya harap, kejayaan Horrison Food akan lebih maju kedepannya. Jadi, mohon kerja samanya," ucap Jelios kepada anggota dewan direksi. Jelios yang baru saja mengenalkan diri, dan memberikan sepatah dua patah kata untuk mengatakan beberapa hal yang perlu dia