"Habis dari mana?" Tanya Ranti. Dia terbangun ketika mendengar pintu ruangan terbuka perlahan.
"Dari dokter kandungan, Bu.""Kenapa hmm? Apa yang terjadi dengan cucu Ibu?" Tanya Ranti, dia terlihat khawatir karena ini adalah calon cucu pertamanya."Tidak terjadi apa-apa kok, Bu. Kandungan Flora baik-baik saja, tidak apa-apa. Jangan khawatir.""Lalu?""Hanya melakukan pemeriksaan rutin saja kok, Bu." Jawab Flora sambil tersenyum manis."Sayang, sudah kembali?" Tanya Abian dengan suara seraknya, dia mendudukkan tubuhnya lalu mengucek matanya. Dia menatap ke arah sang istri yang kini berjalan mendekat ke arahnya."Masih pusing atau mual, Mas?""Jam segini sih udah enggak, tapi pagi sama malem, pasti mual lagi.""Obat mualnya di minum, Mas. Biar gak mual lagi, kali ini jangan ngeyel coba. Biar sembuh, kasian badan kamu kalo terus-terusan kayak gini." Ucap Flora. Jiwa keibuannya meronta-ronta, inginnya dia mMalam harinya, seperti biasa Flora akan memasak untuk makan malam. Malam ini menunya sederhana saja sesuai dengan apa yang ada di kulkas, beberapa hari di tinggalkan membuat kulkasnya kosong."Sayang, masak apa?""Cumi tepung saus asam manis, Mas. Cuma ada ini di kulkas, gapapa ya?""Tapi Mas pengen ayam goreng." Lirih Abian."Yaudah, nanti beli online aja.""Kamu gapapa?" Tanya Abian dengan raut wajah khawatirnya."Gapapa, kalau Mas mau makan ayam goreng ya masa aku paksain makan cumi?""Hehe, makasih ya.""Iya, Mas." Flora tersenyum, lalu memesankan ayam goreng untuk suaminya. Dia akan dengan cumi saja, rasanya sama-sama enak kok. Tapi mungkin Abian sedang ngidam makan itu hari ini, padahal cumi-cumi adalah salah satu makanan kesukaan pria itu.Setelah selesai masak, keduanya pun makan dengan lahap. Flora tersenyum kecil ketika melihat suaminya makan selahap itu, syukurlah dia tidak perlu membuang ten
"Mas, kamu kok bau sih?" Tanya Flora ketika suaminya baru saja pulang kerja, meskipun masih lemas tetap saja pria itu harus bekerja karena tak mungkin dia selalu mengandalkan Kalandra untuk semua aktivitas. Dia juga punya kehidupan sendiri, kabarnya dia juga telah resmi berpacaran dengan Hanna.Sejak Flora hamil, pria itu menjadi lebih posesif menjaga istrinya, dia bahkan melarang keras agar wanita itu pergi ke toko kue dan menyerahkan semuanya pada Santi. Dia yang menghandle semuanya saat ini, hubungannya dengan Robi juga membaik, dalam waktu dekat mereka akan melangsungkan pernikahan."Ohh, mungkin karena Mas belum mandi, sayang." Jawab Abian sambil membuka jasnya dan kemejanya sekalian, dia berdiri sambil memamerkan tubuhnya yang indah dengan deretan roti sobek yang berjejer rapi disana. Terlihat indah, tapi apa Flora tergoda? Tidak, sama sekali.Jika dia wanita lain, mungkin sudah ngiler sedari tadi. Mungkin juga dia akan histeris ketika melihat penamp
"Sayang.." Panggil Abian."Hmm, apa Mas?" Tanya Flora, dia keluar dari kamar dengan menggunakan masker. What? Ini bukan jaman covid."Kenapa pakai masker?""Biar aroma badan kamu gak tercium, soalnya bikin mual.""Tapi di maskernya bau parfum aku?""Hehe iya, parfumnya wangi, aku suka.""Mas pakai parfum itu, sayang. Apa iya masih bau?" Tanya Abian. Ajaib sekaligus membuat heran, bagaimana bisa? Dia menyukai aroma parfum miliknya, tapi berbeda ketika dirinya sudah memakai parfum itu."Bau, baunya aneh banget Mas. Bikin mual, aku gak tahan baunya." Jawab Flora yang membuat Abian semakin mengernyitkan keningnya. Apa iya tubuhnya sebau itu? Kalau iya, kenapa Flora tidak mengatakannya sejak dulu?"Sayang, di kulkas gak ada apa-apa. Belanja yuk? Kuat gak?" Tanya Abian dan membuat wajah Flora berbinar ketika mendengar kata belanja yang keluar dari mulut suaminya."Ayo, Mas. Aku siap-siap dulu.." Ucapnya lalu
Di supermarket, Abian bertugas untuk mendorong troly besar berisi belanjaan yang sudah terisi cukup banyak. Wanita itu masih mencari-cari apa yang sekiranya dia butuhkan dan tidak ada di rumah."Mas, aku lupa beli seledri buat bikin sup." Ucap Flora."Sebentar, biar Mas yang ambil dulu. Kamu tunggu disini, ambil apa aja yang kamu mau." Abian berlari karena stand sayuran sudah terlewat cukup jauh, tapi Flora baru ingat sekarang.Flora mengangguk dan memilih untuk melihat-lihat daging dan ikan yang ada disana, dia mengambil beberapa dan juga olahan seafood yang areanya tidak terlalu jauh dengan stand daging."Aku bingung, bagus yang ini apa yang ini yaa?" Gumam Flora sambil menimbang, apa harus membeli olahan seafood yang setengah kilo atau satu kilo saja biar puas makannya. Terlebih, sekarang Flora lebih suka makan bakso-baksoan di banding nasi."Kenapa, sayang?" Tanya Abian sambil meletakkan satu pack seledri ke dalam troli belanja nya.
Hari ini, Flora akan akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya. Menurut perhitungan, bulan ini Flora memasuki usia kehamilan yang ke enam bulan. Hari demi hari, Minggu demi Minggu benar-benar berlalu tanpa terasa. Selama itu juga, mood bumil yang satu ini tidak stabil.Kadang dia manja, berubah cengeng, lalu ambekan, kadang juga dia agresif bahkan nyosor-nyosor duluan pada suaminya. Abian sendiri mulai menjalani kehidupannya seperti biasanya, dia bekerja setiap hari dan pulang tepat waktu untuk menemani sang istri yang kacang sikapnya berubah-ubah padahal usia kandungannya sudah cukup besar sekarang.Tidak ada lagi morning sickness, baik Abian maupun Flora, keduanya sama-sama sudah tidak mengalaminya. Hanya saja terkadang ngidam masih ada dan keduanya sering ngidam makanan yang terdengar sedikit aneh dan nyeleneh, namanya juga ngidam yaa pasti ada-ada aja.Wanita itu berjalan dengan langkah pelannya, hari ini dia periksa sendiri karena Abia
Dengan cepat, Abian menegakkan tubuhnya begitu juga dengan Arina, dia bahkan menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor karena ulah Abian."Sayang, kamu disini? Kok gak bilang-bilang mau kesini?" Tanya Abian sambil mendekat. Kedua mata Flora berkaca-kaca lalu tangannya bergerak untuk menampar wajah suaminya.Plak.."Kalau aku bilang mau kesini, lantas apa yang akan kamu lakukan, Mas? Andai saja aku tidak kesini, aku pasti takkan mengetahui ulah bejatmu ini, Mas!""Sayang, aku bisa jelasin.""Apa bedanya kamu sama Arifin hah? Kalian sama-sama brengseek!""Sayang, dengerin dulu.""Lepasin aku, silahkan kamu lanjut saja adegan yang sempat terganggu tadi, aku pergi." Ucap Flora berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan Abian."Astaga, istriku.""Ini semua gara-gara Lo ya, kalo aja Lo gak kesini pasti ini semua gak bakalan kejadian!""Kok gue? Lo aja tuh yang punya kaki kepanjangan sampe keserimpet sendir
Abian memasuki rumahnya, dia mencari-cari kunci rumah yang biasa Flora letakan di bawah pot bunga atau di bawah keset, tapi nihil dia tidak menemukannya sama sekali."Nyari apa?" Tanya seseorang yang membuat Abian menoleh, matanya menatap haru ketika melihat sosok istrinya berada di ambang pintu dengan pakaian rumahannya berupa daster. Sejak hamil, Flora mengganti piyama tidurnya dengan daster karena lebih nyaman."Sayang..""Masuk, nyariin apaan sampe angkat-angkat pot segala?""Kunci rumah, aku pikir..""Masuk." Ucap Flora singkat, lalu masuk dan meninggalkan suaminya. Abian tersenyum dan menghela nafasnya dengan lega, dia sudah menemukan istrinya, jadi dia bisa tenang sekarang. Tak lupa, dia juga memberi kabar pada Adijaya agar tidak mengkhawatirkan putrinya karena dia sudah pulang."Habis dari mana? Tumben pulang malem, nganterin Arina dulu?" Tanya Flora tanpa menoleh ke arah sang suami yang baru saja masuk. Wanita itu nampak
Hari ini, Flora berkunjung ke toko kue setelah sekian lama. Jangan tanyakan bagaimana hubungannya dengan Abian, sudah jelas tidak baik. Semalam saja, Flora memilih untuk tidur di kamar tamu. Bukan apa-apa, dia tidak bisa tidur karena terbayang-bayang kejadian yang membuat hatinya terasa sangat sakit.Dengan perut buncitnya, wanita itu berjalan menyusuri toko kuenya yang di penuhi oleh aneka jenis kue basah maupun kue kering."Mbak, aku pingin ini." Flora menginginkan kue yang terlihat sangat menggoda. Wajar saja jika pemilik toko kue memakan kue yang dia jual kan? Itu bukanlah kesalahan."Boleh, kamu lama disini gak?" Tanya Santi sambil mengambilkan kue itu beberapa potong. Flora ingin memakan kue bolu marmer yang menjadi kue andalan di toko kuenya karena rasanya yang enak dan lembut, juga harganya yang terjangkau."Paling hanya setengah jam, Mbak. Setelah itu aku mau pulang. Mbak kapan pulang dari Bali?" Tanya Flora sambil duduk, begitu juga deng