"Cepat cari tahu siapa yang telah menjual perhiasan hari ini." Nang Bey memberikan perintah pada karyawan toko. Emosinya meledak, rasanya Nang Bey ingin memporak-porandakan isi toko."Tidak bisa, Tuan. Itu adalah privasi pelanggan kami," ucap salah satu penjaga toko wanita sambil mengulas senyum tipis.Wanita cantik itu tahu seperti apa Nang Bey namun yang ia katakan adalah kebenaran. Tak lama setelah wanita cantik itu mengatakan hal demikian Nang Bey mengeluarkan pistol dan menodongkan ke arah wanita itu lalu beralih ke pemilik toko yang berdiri tak jauh dari pelayan toko perhiasan. Semua terdiam kecuali pemilik toko yang mendekat ke arah Nang Bey, "kami akan menyelidikinya, namun jika kami tidak menemukannya, itu bukan kesalahan kami." Senyuman merekah di bibir Nang Bey, ia mengangguk lalu menurunkan pistolnya, pemilik toko menekan panggilan pada rekannya, proses pun berlangsung begitu lama karena harus menghubungi dari toko ke toko lainnya. ** Di tempat yang berbeda saat ini B
Mau tidak mau saat ini Barnard harus mengikuti George demi nyawa seseorang, entah kenapa dengan Flow ia begitu lemah padahal ia sudah terbiasa membunuh tapi tatapan Flow yang mengiba membuat Barnard kasihan pada wanita itu. "Kirim mobilku kesini!" perintah Barnard pada Edward. "sedang dalam perjalanan." Edward keluar dari rumah lalu menyalakan mesin motor kemudian pergi begitu saja.Kemarin ban mobil Barnard meledak karena George jadi George harus bertanggung jawab atas kesalahannya dan secepat mungkin membawa mobil Barnard ke bengkel tapi saat ini George sedang ada urusan jadi Edward yang akan menggantikan George sementara waktu. "Terus apa rencana selanjutnya," lanjut Barnard sambil menatap laki-laki yang pernah menjadi bosnya dulu sekaligus laki-laki yang ingin menghabisi nyawanya beberapa kali. Carlos tersenyum kecil saat melihat kesombongan pada diri Barnard saat ini, sebenarnya tanpa dirinya Barnard tidak akan sejauh ini. Mungkin juga tidak akan bertemu orang-orang kuat."Ki
Di kota kithe, Barnard berdecak kagum saat melihat rumah penjudi terkenal yang begitu mewah. "Kau yakin?" Edwar terihat ragu sesaat setelah menatap wajah Barnard yang terlihat begitu kaku. "Kenapa tidak? Semua akan baik-baik saja." Barnard terlihat begitu percaya diri. Sungguh saat ini Barnard tidak menyadari kalau pemain judi terbaik tidak pernah membagi trik bermain termasuk pada orang terdekat sekali pun. Hanya bermodalkan keyakinan, Barnard yakin akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Cukup lama Edward manatap Barnard hingga Edward memutuskan meninggalkan Barnard di depan rumah orang yang begitu asing. "Semoga berhasil!" Edward menepuk bahu Barnard lalu pergi begitu saja setelah Barnard mengangguk mantap. Barnard memantapkan langkahnya lalu berjalan menuju gerbang seseorang menatap ke arah Barnard tidak suka. Bagaimana pun dari perbedaan kulit saja mereka sudah tahu kalau Barnard bukanlah warga lokal. "Mau apa?" Bodyguard berbadan tinggi dan tegap menghalang tubu
BAB 21 Di dalam ruangan kedap udara, tempat berkumpulnya para penjudi. Barnard saat ini sedang memandang wajahnya di cermin. Banyak bekas luka di wajahnya, perlahan Barnard mengusap bekas luka itu lalu tersenyum kecil. "Starla," lirih Barnard nyaris tidak terdengar. Setelah dirinya puas mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk, kini Barnard kembali menuju meja di mana Xiauli berada. Bosnya itu sedang bermain trik bersama rekan lainnya. Barnard terperanjat saat seorang wanita menghalang dirinya dan langsung menyentuh dadanya. Barnard menatap lama wanita yang berubah drastis di hadapannya. "Starla," guman Barnard, sementara wanita cantik itu hanya mengangguk. Sedangkan dari kejauhan sepasang mata menatap lalu mengambil gambar dengan cepat, lalu pergi begitu saja, sementara Barnard masih terpaku manatap wanita yang pernah membuatnya jatuh hati. "Pergi! Aku ada urusan." Barnard mendorong sedikit tubuh Starla agar memberinya jarak untuk lewat namun Starla bergeming. Saat Barna
Malam terus beranjak beberapa orang masih sibuk dengan dunia bisnisnya termasuk Barnard saat ini, di malam yang nyaris pergi ia masih berdiri di atas balkon sambil ke lantai bawah. Seseorang yang ia kenal sedang berada di sana sambil menodong pistol ke arah Xiauli, siapa lagi kalau bukan Jack Marker, pria itu dengan mudah menemukan kediaman Xiauli, tak heran karena Xiauli begitu banyak anak buah yang bisa ia andalkan. Barnard saat ini mencoba membidik Jack namun seketika ia sadar kalau orang seperti Jack Marker pasti banyak pengawal dan sniper ahli. Segera Barnard mengecek sekeliling, persis seperti dugaan Barnard, Jack membawa ahli snipernya untuk mencoba membunuh Barnard kali ini, sepertinya Jack mengingikan kematian Barnard segera. Setelah Barnard mengedarkan pandangannya sekeliling, benar saja ada cahaya dari pinggir pagar rumah yang berasal dari senjata anak buah Jack, cukup jelas terlihat dari atas balkon. Barnard seketika tersenyum sinis melihat tekat Jack yang begitu kuat
"Selesai." Barnanrd telah berhasil membongkar berankas berisikan sejumlah uang dan emas milik bosnya yang sombong itu. Tak sia-sia Barnard belajar membuat dan belajar secara otodidak sendiri di rumah saat berada di negaranya sendiri, walaupun tidak ada niat jahat saat itu tapi hari ini ilmu yang ia pelajari sangat berguna dan berarti untuknya. "Seseorang ada di kamar pribadi tuan Xiauli! " Teriak anak buah Xiauli dengan cepat mendekat dan mencari orang yang telah berani membobol ruang rahasia yang menyimpan banyak uang dan perhiasan di sana. Tak ada seorang pun di sana, sunyi padahal baru saja anak buah Xiauli mendengar suara gesekan benda yang begitu brisik dari ruangan itu. Sementara di luar ruangan Barnard melambaikan tangan lalu memasukkan semua hasil curiannya ke dalam mobil yang telah ia parkirkan lumayan jauh agar tidak ketahuan dan mereka tidak akan menuduhnya sebagaim pencuri. Pemberian sedikit uang oleh Xiauli tidak cukup bagi Barnard, ia ingin lebih dari itu namun mere
Dua hari berlalu, Barnard masih di rumah Shua, menunggu bukan hal menyenangkan namun Barnard tidak ingin menanyakan apa pun pada Shua tentang senjata yang wanita itu simpan. Beruntung mobilnya telah di antarkan oleh Edward kemarin, jika Barnard ingin meninggalkan rumah Shua pun akan lebih mudah. "Apa yang kau pikirkan?” Tiba-tiba Shua kini berada di samping sofa dimana Barnard sedang duduk. "Memikirkan senjata," jawab Barnard reflek. Sebenarnya Barnard sudah menjaga hal yang tak ingin dia ucapkan pada Shua. "Jangan hanya dipikirkan. Tanya saja, makan aku akan menunjukkannya padamu," kata Shua. Bergeser sedikit lalu duduk di sampaing Barnard kemudian menatap Barnard begitu dalam. Sebenarnya gadis manis itu ingin ada seseorang yang menemani hari-harinya yang sepi dan ada yang melindunginya. Shua meraih tangan Barnard lalu menggenggamnya. Seperti ada percikan api cinta di mata Shua namun tidak dengan Barnard. "Kau tahu? Senjata itu aku gunakan sebagai bentuk perlindungan diri namun
”Kau terluka.” Shua meraba punggung Barnard, ada luka bekas peluru di sana, luka di punggung Barnard begitu pas dengan jantungnya sedikit lagi peluru itu hampir terkena Jantungnya. Jack telah menembakkan timah panas di punggung Barnard saat Barnard berusaha melindungi Shua dari bidikan Jack. "Kejar mereka sampai ketemu!" perintah Jack pada kedua anak buahnya saat Jack tak melihat keberadaan Shua dan Barnard. Dua anak buah Jack terus mencari keberadaan Barnard dan Shua, namun Barnard dan Shua sedang bersembunyi di atas balkon dekat dengan vas palem besar yang menutup tubuh mereka berdua. Derap langkah anak buah Jack mendekat ke arah Barnard dan Shua saat melihat jejak darah Barnard di lantai namun Jack memanggil mereka berdua karena ada suara sirine polisi yang datang mendekat. Anak buah Jack pun meninggalkan Barnard dan Shua lalu turun ke lantai bawah setelah mendapat perintah dari Jack. Secepat mungkin Jack beserta anak buahnya meninggalkan kediaman Shua. "Kau melaporkan kasus
Malam dengan gemerlap lampu diskotik menerangi ruang penuh dengan suara musik dan tawa, terdengar samar seseorang sedang berbisik di ujung bar sambil melirik ke arah seorang pria yang duduk sendiri. "Bawa minuman ini padanya!" Seorang laki-laki berpakaian jas rapi menyuruh seorang pelayan mengantarkan minuman padanya. Barnard duduk sambil menatap gelas yang berisi anggur di tangannya, pikirannya tak luput pada wanita yang kini menjadi sekretarisnya, Barnard menaruh kecurigaan kalau wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih darinya. "Tuan, mau anggur dengan rasa khas yang agak klasik namun menarik untuk rasa yang lebih baru," ucap salah seorang pelayanan bar yang sebelumnya adalah suruhan laki-laki misterius itu. Suara pelayan itu cukup membuat Barnard terkejut namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Barnard menegak dengan cepat minuman yang baru saja diberikan oleh pelayan namun minuman itu justru membuatnya begitu cepat pusing dan rasa ingin muntah. "Oh, Tuhan! Aku sepert
"Caline, apa kau yakin bisa membuatnya tunduk padamu?" tanya Carlos sesaat mereka tiba di rumah. Berlian yang baru saja mereka curi segera mereka simpan di salah satu tempat yang begitu rahasia. Carlos tidak begitu yakin dengan rencana yang di susun oleh Caline. "Aku yakin, aku tahu siapa Barnard, satu langkah lagi ...." Bragh .... Suara pintu di dobrak begitu memekakkan telinga, terlihat seseorang berdiri sambil menodongkan pistol ke arah mereka berdua, senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajah itu walaupun terlihat sedikit ada dendam. "George!""Kau terkejut?" George terkekeh lalu mendekati mereka berdua. "Harusnya kau bekerja dan mengandalkan aku, bukan wanita jalang ini. Wanita bisa saja berkhianat bukan?" George terlihat begitu kesal pada Carlos namun Caline hanya diam saja. "Bukan begitu, Caline akan membuat Barnard jatuh lagi. Caline mampu menguras semua harta yang Barnard miliki dan kita akan kaya raya," terang Carlos namun George hanya diam saja. Rasa dendamnya
Setelah satu tahun berlalu dari hadapan Jack dan Starla kini Barnard kembali muncul dengan gaya baru. Ia begitu muak dalam gangguan Jack dan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, maka sementara ia menghindari mereka karena ingin hidup tenang. Di negara ini tak cukup membuat Barnard senang, ia masih memikirkan apa yang seharusnya ia dapatkan, kini bersama dua orang pengawal yang telah menemaninya hampir dua tahun Barnard ingin membalas dendam pada Jack. "Ternyata kau lagi," ucap Jack yang sedang merapikan jasnya.Bagaimana bisa Jack lupa dengan kerja sama yang mengatasnamakan nama samaran lagi, ini kali ke dua Jack tertipu oleh Barnard, Barnard menggunakan nama pengawalnya untuk kerjasama dengan Jack, tak lain tujuannya untuk merebut perusahaan Jack lagi. "Ada masalah kah, Tuan? Bisnis tetaplah bisnis sedangkan aku akan tetap menjadi musuhmu bukan?" Barnard terlihat santai menanggapi perkataan Jack. Tampilan dan gaya Barnard saat ini sungguh bukan lagi dirinya yang dulu, pakaia
Dor.... Dor.... Brandal yang sebelumnya telah di bayar oleh nyonya besar yang memiliki banyak uang dalam jumlah besar kini telah mendatangi rumah Barnard dan mereka mencari keributan dengan Barnard. "Banjingan kau, Jack!" umpat Barnard lalu bangkit dari duduknya. Cukup lama ia tidak menyelesaikan laporan keuangan di kantornya, kini pekerjaannya menumpuk tapi pengacau datang dan merusak konsetrasi yang ada. Sebelumnya Barnard berpikir kalau yang datang mengacau adalah Jack tapi ia salah, nyatanya ada beberapa berandal yang sedang terbahak di luar rumahnya sementara Jack masih berada di rumah Edgar. "Berani sekali!" Barnard tersenyum sinis lalu berjalan masuk ke dalam ruangan rahasianya dan mengambil sejatanya. "Tuan ... Tuan belum sehat betul, jadi saya mohon jangan seperti ini." Salah satu dari pengawal yang mengikutinya kini berucap sambil meraih senjata yang Barnard simpan juga. "Lalu, apa kalian berdua rela mati demi aku?" Keduanya saling menatap namun Barnard justru menin
"Tak ada wanita yang setia, semuanya pelacur ketika uang yang berbicara," maki Barnard lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia teramat kesal pada Flow saat ini, ia berpikir kalau Flow hanya menginginkan harta dan harta. Tak lama masuk kedua orang yang sebelumnya mengawal Barnard. Meraka terlihat tergesa-gesa dan saling dorong mendorong. "Mau apa lagi!" Barnard memasang wajah kesalnya. "Kami bertugas melindungi Anda, Tuan." Kedua pengawal yang di tugaskan untuk melindungi Barnard sama-sama membungkuk di hadapan Barnard. Laki-laki yang bernama Bobby dan Candra itu terseyum ke arah Barnard seolah mengisyaratkan agar diri mereka tidak di usir sari rumah Barnard. "Baiklah, duduk! Tapi jika kalian berani macam-macam maka kalian berdua yang akan aku habisi dengan tanganku sendiri," pungkas Barnard lalu pergi meninggalkan mereka berdua setelah mengepalkan tangannya, kedua pengawal itu bergidik ngeri tapi mereka harus melakukan ini semua karena perintah. ***Di tempat lain, wanita yang be
"Kau sudah sadar?" Edgar tersenyum sinis menatap Jack yang terbaring lemah di atas ranjang tanpa alas, sementara Starla terikat di kursi besi di sudut kamar. Wanita itu terlalu banyak bicara sejak kemarin hingga membuat Edgar muak. Sebelumnya Starla menolak kalau ayahnya di bawa ke dalam rumah oleh Edgar karena Starla ingin ayahnya mendapatkan perawat yang layak dan hendak membunuh Edgar menggunakan pisau dapur namun Edgar yang licik tidak membiarkan Starla begitu saja lolos dari genggamannya. "Bajingan. Aku menyesal telah percaya padamu!" pekik Starla yang baru saja tersadar dari pingsannya, namun Edgar bersifat masa bodo pada wanita yang sempat ia katakan cinta itu. "Apa? Menyesal? Sudah terlambat, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup puas atas pelayanan yang kau berikan jadi ...." "Diam!" Jack berteriak lalu memegang tangan Edgar yang berada tidak jauh dari ranjang di mana ia tertidur. Walaupun hanya tangannya yang bisa ia gerakkan namun Jack tidak ingin d
"Kenapa kita ada di sini?" tanya Barnard pada Flow yang datang menjenguk Barnard dalam ruangan pengobatan. "Aku yang membawa kau kemari, itu pun karena mereka," tutur Flow, ia merasa begitu canggung karena ada Carlos yang mendengarkan percakapannya. Di samping Flow ada Carlos yang menatap ke arahnya sembari mencoba membuang angin dalam suntikan. Setiap dia jam sekali Carlos akan mengecek keadaan Barnard. "Mereka." Barnard mencoba mengingat dua orang yang di tunjukkan oleh Flow. Orang-orang itu tak terlihat begitu asing, Barnard yakin pernah melihat mereka tapi ia tidak bisa memastikan di mana. "Maaf, Tuan. Beberapa bulan lalu kami ingin membawa Anda pada seseorang namun Anda memberontak," terang dua orang yang kini berada tidak jauh dari Flow. Pikiran Barnard kembali berputar pada beberapa bulan silam, ia mengingat kembali kejadian yang membuatnya jatuh ke dalam sungai hingga terhanyut ke lautan dan berakhir terdampar di bibir pantai dengan luka sayatan ranting dan gigitan binat
Dua kali tembakan ke arah Jack. Jack segera bersembunyi di balik tembok untuk menghindari tembakan mereka, Jack pun segera mengeluarkan senjatanya yang berada dalam saku jasnya dan segera menembak ke arah dua orang yang mengikuti Barnard sebelumnya, namun saat Jack menoleh ia terkejut karena telah kehilangan jejak sosok pelindung Barnard. Begitu pun dengan Barnard yang sudah tidak ada lagi di lantai, Flow juga ikut menghilang. "Bajingan!" Jack berdecak kesal, ia seakan tidak percaya telah kehilangan dua tawanannya sekaligus. "Di mana kalian?" tanya Jack sesaat setelah panggilan di terima oleh anak buahnya. "Di luar bos, kami melihat Barnard dan wanita itu di bawa oleh orang suruhanmu. Mereka sepertinya melebihi kami hebatnya, kami berdua salut, Bos," jelas anak buah Jack, Jack berdecak kesal, giginya menggertak. Ia tidak menyangka kalau anak buahnya benar-benar bodoh, kedua anak buahnya membiarkan orang asing yang telah membawa Barnard begitu saja tanpa ada pencegahan sedikit pu
"Misi apa lagi?" Barnard menghela napas berat, ia menatap lurus ke depan walaupun lawan bicaranya saat ini berada di sampingnya. Sejujurnya Barnard cukup muak dengan printah dari orang yang menindas dirinya terus menerus. Walaupun telah melakukan apa yang di mau oleh pria yang berada di sampingnya namun pria itu masih bersikeras untuk membuat Barnard hancur. Xiauli tersenyum menatap wajah Barnard yang kini terlihat kesal. "Tidak banyak, aku hanya ingin kau membunuh wakil pejabat negeri, dia terlalu banyak alasan dan menghindar dariku," ucap Xiauli lalu tersenyum. Bukan tanpa alasan, Xiauli ingin membunuh pejabat negara sekaligus temannya itu agar ia dapat bebas dari hukuman yang telah di tetapkan, namun Barnard tidak menyadarinya, Barnard hanya menganggap Xiauli terlalu serakah dengan kedudukan dan tahta. "Bagaimana?" lanjut Xiauli saat melihat Barnard terdiam. Tidak mudah bagi Barnard untuk menerima misi lagi dari Xiauli karena ia akan mendapatkan lebih banyak musuh dan masalah