Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 268.  Itu Apa?

Share

Bab 268.  Itu Apa?

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-30 00:22:40

“Orang Jawa, menyebut suami istri itu adalah garwo yang kepanjangan dari sigarane nyowo artinya belahan jiwa. Biasa saat ada, dan sakit saat terpisah, karena suami istri itu adalah satu.”

Kalimat ini yang pernah ibuku katakan.

Teman hidup itu, dalam keseharian rasanya biasa. Bahagia, walaupun tak jarang muncul rasa kesal bahkan amarah. Namun saat kita berjauhan, kerinduan dan kekosongan menyeruak tak terkendali. Apalagi saat kehilangan, membayangkan saja hati ini sudah tidak sanggup.

*

“Mas Suma, kecelakaan ini menyita perhatian satu kawasan. Bahkan, mereka meningkatkan pengamanan. Kata Pak Maman, ada perwakilan mereka yang datang meminta maaf.”

“Itu yang sebenarnya dari dulu aku protes ke mereka,” sahut Mas Suma menanggapi ucapanku. “Penjaga hanya fokus memeriksa orang memasuki kawasan yang menggunakan sepeda motor, atau mobil barang. Mereka ditanya-tanya detail, bahkan disuruh meninggalkan kartu identitas. Memang ciri-ciri orang jahat seperti itu? S.O.P nya aneh, kan?”

Aku mengang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
linda
bikin terus dan asyik terus ya hamil deh haha
goodnovel comment avatar
Mizla Wati
hamil lg ... pak Suma emang luar biasa bibitnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 269.  Prosentase

    Prosentase hanya sebuah dugaan. Apapun kemungkinan bisa terjadi, walaupun itu hanya nol koma sekian persen. Kalau yang di Atas menghendaki, semua bisa terwujud. Kedua tangan bertumpu di meja wastafel. Berkali-kali kupejamkan mata, dan mengeratkan jemari, tetapi semua masih terasa sama. Sambil merapatkan ke meja, aku membasuh wajah. Rasa tidak nyaman ini tidak pergi sepenuhnya. Namun, kesegaran membuatnya berkurang. Dugaan kalau ada sesuatu yang tumbuh di rahim ini, masih dalam keraguan. Dulu Dokter bilang, kemungkinan hamil itu ada. Akan tetapi karena keadaanku yang tidak sekuat dulu dan usia yang tidak muda, itu memperkecil kemungkinan. Hanya satu cara untuk memastikan hal ini, melakukan tes kehamilan. Masih ada test pack yang aku simpan di lemari obat, sisa yang aku punya dulu. Aku siapkan di wadah kecil, dan alat itu dicelupkan sesuai petunjuk. Dengan hati yang masih gamang, diri ini menunggu hasil dengan harap-harap cemas. Sekian detik, cairanku itu seakan terserap dan memperj

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 270.  Ingin Suami

    Buat apa bebas finansial tetapi tidak disertai bebas waktu?*Tahapan seperti suamiku ini, bisa saja dia menarik diri dari perusahaan. Menyerahkan tanggung jawab kepada jajaran direksi untuk bertanggung jawab menjalankan perusahaan. Dia bisa ongkang-ongkang kaki dan menerima laba dari prosentase saham.Hasilnya, lebih dari cukup bahkan berlebihan walaupun untuk tujuh turunan. Namun, kenapa harus capek-capek menghabiskan waktu, pikiran, dan tenaga, seperti sekarang ini.Terlihat mengejar materi untuk menumpuk harta. Bukankah itu tidak di bawa saat kita mati. Bukankah lebih baik seusia Mas Suma fokus di rumah atau memperbanyak ibadah saja.Itu yang terlintas di pikiran ini, sesaat setelah perbincanganku dengan Mas Suma tadi. Rasa kesal mematik pertanyaan seperti itu. Buat apa bebas finansial tetapi tidak disertai bebas waktu?“Ran, aku bekerja tidak sekadar mencari uang. Ini karena tanggung jawab.” Aku teringat ucapannya dulu.“Di pundak suamimu ini, ada banyak keluarga yang menggantung

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 271.  Resiko

    Yang di Atas memberikan yang tertepat bagi kita. Tidak ada alasan yang benar untuk menolaknya, walaupun itu mengandung resiko. Karena, pasti ada rencana indah di balik semua itu. * Dokter menjelaskan semua tentang resiko kehamilanku ini. Di usia di atas empat puluh tahun, ada beberapa yang harus diperhatikan. Keadaan tubuh yang tidak sekuat sebelumnya, tekanan darah, dan ini bisa berpengaruh pada janin atau sang ibu sendiri. “Satu minggu ini, Bu Rani saya anjurkan untuk bed rest, istirahat total. Mengingat kemarin sempat flek. Kita pantau dulu kekuatan janinnya, baru setelah itu kita putuskan apakah bisa aktifitas seperti biasa.” “Kalau saya dikasih vitamin atau obat saja untuk penguat janin, Dok?” “Iya. Saya pasti memberikan itu. Namun, tetap Bu Rani tidak boleh stress dan terlalu kecapekan. Apakah sedang ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan?” Aku mengerti apa yang dimaksud. Namun dalam keadaan seperti ini, apakah bisa aku hanya berdiam diri di ranjang? Sedangkan masalah ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 272.  Tidak Menganggap

    Darah lebih kental daripada air, ikatan keluarga lebih penting daripada hubungan dengan orang-orang yang tidak "sedarah. Apakah ungkapan ini masih benar? * Tubuh menjadi segar setelah istirahat yang cukup. Aku terbiasa tidur tidak terlalu lama. Bagiku, tidur yang berlebihan justru membuat pegal seluruh badan, dan tubuh terasa berat. Kalau mengikuti saran dokter, yang bed rest nya sepanjang hari di ranjang dan hanya boleh beranjak saat ke toilet. Kalau seperti itu, aku justru akan stress, karena bosan. Lebih baik, aku ke luar kamar san melakukan aktifitas seperlunya. Dalam keadaan sakit, bukan berarti kita terlihat lemah. Justru membersihkan diri dan mematut diri sesegar mungkin, bisa meningkatkan semangat untuk sembuh. Aku memoles make-up tipis, minimal tidak terlihat menyedihkan dan mengundang kekawatiran pada Amelia dan Wisnu. Sudah aku putuskan, nanti sore aku akan memberitahu kabar kehamilanku ke Mas Suma. Bukankah mengabarkan kabar baik, sebaliknya tidak ditunda. Siapa tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 273.  Bukan Rahasia

    Tidak memberi tahu itu, apakah sama dengan merahasiakan?*Tanganku saling terkait, mengurai resah yang mempercepat detak jantung. Ucapannya seakan menunjuk, kalau aku menghianati perasaannya. Rasa serba salah, seketika menyeruak lekat. Menyisakan kepasrahan dengan apa yang akan diucapkan mertuaku ini.Sekilas aku memindahi wajah yang dihiasi keriput, tetapi tetap menunjukkan kecantikan dan ketegasan. Menunjukkan dimana kelas wanita yang aku hormati ini.“Kamu kan tahu, Kusuma itu wataknya keras. Mami saja angkat tangan terhadapnya. Justru Mami sering meminta tolong kepadamu. Tapi, kalau kamu juga bersikap sama dengan Kusuma, terus bagaimana?”“Iya, Mami.”Nyonya Besar lah yang sebenarnya menarikku ke keluarga ini. Dia sosok yang tidak terduga. Mempunyai kekuasaan dan taktik yang sering kita tidak menyadarinya. Itu yang sering menjadi benturan antara Mas Suma dan Nyonya Besar. Mertuaku yang selalu mengurus ini itu, menentukan hal terbaik menurut versinya, sedangkan Mas Suma juga bersi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 274.  Tidak Mau Terulang

    Kalau dengan suami, aku masih bisa menyangkal atau nakal sedikit terhadap aturannya. Namun dengan mertua, bagaimana aku bisa berkutik? Apalagi mertuanya seperti Nyonya Besar.*Masih lekat di ingatan, bagaimana perlakuan Mas Suma saat kehamilan Danish dan Anind. Suamiku sampai menyewa suster, bahkan membuatkan ruangan khusus di galleri sebagai tempat istirahatku. Itu pun karena aku merajuk supaya tetap diperbolehkan melakukan kegiatan di luar rumah. Menunjukkan kesal-kesal sedikit sambil melancarkan segala bentuk rayuan.Nah, kalau sekarang dengan Nyonya Besar, apa yang bisa aku lakukan, selain menuruti kemauannya dia.“Mama diapakan sama Eyang?” tanya Amelia yang terlihat bergegas masuk ke kamarku, setelah Nyonya Besar pergi. Di belakangnya diikuti Wisnu dengan ekspresi yang sama.Keduanya menarik kursi dan mendekatkan diri di tepi ranjang.“Eyang hanya menunjukkan kasih sayang ,” jawabku sambil tersenyum menunjukkan aku baik-baik saja.“Apa Eyang sudah pulang?” tanyaku penasaran. T

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 275. Ada Yang Membahagiakan

    Kecewa. Hanya meminta waktu luang sebentar saja tidak dikabulkan. Padahal tidak lebih dari lima menit. Hati ini merasa tersisih dan diduakan.Aku juga pernah bekerja, dan itu tidak sampai seperti ini. Bukankah Mas Suma pemimpin sekaligus pemilik perusahaan? Harusnya dia bisa membagi waktu atau mendelegasikan pekerjaan kepada bawahannya.Ini bekerja dari pagi sampai sore, dan sekarang menjelang malampun bekerja lagi.Apa, kenapa, mulai memenuhi pikiran ini. Tidak tahan dengan rasa penasaran, aku menghubungi Desi, sekretaris yang mengikutinya.“Desi maaf, ya. Aku menghubungimu untuk memastikan Mas Suma sudah makan atau belum.”“Sudah, Bu Rani. Kami sudah makan bersama tadi setelah rapat.”“Kasihan kamu diperas suamiku. Padahal kamu masih aura pengantin baru,” ucapku memancing keadaan di sana sebenarnya.Terdengar suara tawa kecil Dewi. “Bu Rani ini ada-ada saja. Saya sudah pengantin uzur, Bu”“Tapi sekarang rapat lagi, gitu?”“Sudah selesai dari tadi sore. Ini saya sedang santai di kama

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 276. Yang di Pikiran

    Tangan ini masih menggenggam ponsel, walaupun sudah bergelung dalam selimut. Panggilan telpon dariku tidak diangkat oleh Mas Suma. Aku kirim pesanpun tidak dibaca, apalagi dibalas. Sibuk pekerjaan apa, sih dia? Seakan berkejaran dengan jarum jam, aku berusaha menghubunginya. Namun, tidak ada balasannya. Sedangkan waktu yang diberikan Nyonya Besar semakin tertinggal hitungan detik. “Mama….Mama?” suara Amelia sambil mengetuk pintu. Aku tahu, ini pasti jebakan. Kalau aku menyahut, pertanda aku belum tidur. Secepatnya, aku tarik tangan yang masih menggenggam ponsel masuk ke dalam selimut. Secepatnya aku memejamkan mata, dan pura-pura mendengkur halus. Benar dugaanku. Pintu terbuka pelan. Terdengar langkah Amelia masuk. “Hmm….Mama sudah tidur,” ucapnya lirih, kemudian terdengar bunyi saklar dan ruangan pun terganti dengan temaran dari lampu sorot di dinding. Mata ini masih terpejam, sampai terdengar pintu di tutup kembali. Huuft! Aku seperti anak kecil yang diharuskan tidur cepat. Be

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status