Share

11. Kekesalan Nia

Author: Mkarmila
last update Last Updated: 2022-05-18 14:06:30

Nia menghembuskan napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Hatinya sakit dengan ucapan Bara, namun dia bisa apa. Tentu saja yang dia lakukan adalah hanya diam dan menganggap tidak terjadi apa-apa.

“Anda tenang saja,” balas Nia menahan sesak di dadanya. “Saya termasuk orang yang tahu diri koq, bahkan saya tidak berpikir ke arah situ.”

Bara langsung menatap remeh ke arah Nia yang masih tersenyum meski hatinya terluka di lecehkan seperti itu.

“Bagus kalau seperti itu jadi saya tidak perlu lagi menjelaskan padamu dan tetaplah dibatasmu,” kata Bara. “Kamu masak dulu saja, saya sudah lapar.”

“Oke.”

“Kenapa dia nurut saja, biasanya bibirnya itu nyerocos untuk membantah,” keluh Bara sambil mengerutkan keningnya. “Atau dia masih kesal soal tadi malam? Ah, kenapa aku yang repot memikirkan itu, terserah maunya dia kayak apa!”

Yang dilakukan Nia sekarang adalah berdiri di depan wastafel. Matanya mulai sembab, di depan Bara tadi dia menguatkan hatinya tapi sekarang buliran bening ini tidak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   12. Hinaan Bara

    Hari ini terasa sangat lama sekali berada di rumah Bara. Datang setelah waktu subuh dan hingga kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Akhirnya Nia dapat menyelesaikan semua pekerjaan di rumah itu.Tidak ditemani Mbok Ijah karena wanita berusia lanjut itu nyatanya tidak datang. Mungkin ucapan Bara tadi memang benar kalau Mbok Ijah pulang kampung, kalau seperti ini Nia jadi merasa sendirian karena tidak ada teman ngobrol.“Akhirnya aku bisa langsung ke kampus karena pekerjaanku sudah selesai,” gumam Nia. Namun baru saja gadis itu akan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badannya lagi tiba-tiba suara sang Tuan Muda terdengar sangat keras.“Nia ...! Nia ... Nia ...!”“Aduh, kenapa lagi sih dia!” dengus Nia kesal. Pada akhirnya dia menurut dan mendatangi sang majikan itu.Sampai di depan pintu kamarnya, Nia mengetuk pelan sambil memanggilnya. “Ada apa, Tuan Muda?”“Masuk!” bentak Bara dari dalam.“Duh, apalagi sih ini,” gerutu Nia tapi tak urung dia membuka pelan pintu kama

    Last Updated : 2022-06-02
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   13. Tugas Mendadak

    “Sebel ... sebel ... sebel deh sama manusia seperti dia,” geram Nia dengan kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.Tidak lagi di rumah Bara. Sekarang Nia sudah tiba di kampusnya. Duduk di kantin kampus hanya berdua dengan Tina. Setelah kepergian Bara tadi, Nia buru-buru melakukan yang diperintah Bara untuk mengganti spreinya dan usai dari situ Nia langsung menuju kamar mandi untuk mandi dulu sebelum berangkat ke kampus.“Aduh, aku sebenarnya kasihan sama kamu,” ucap Tina-sang sahabat. “Tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, semoga kamu sabar aja ya!”Tidak bisa melihat sahabatnya sedih lagi, Tina merentangkan tangannya agar Nia bisa berada dipelukannya. Tak butuh lama untuk Nia bisa berada dalam dekapan sang sahabat. Kini keduanya saling berpelukan seolah saling merasakan kesedihan satu sama lain.“Terima kasih, Tin. Kamu adalah sahabat aku yang terbaik, aku gak tahu dengan siapa lagi aku bisa curhat seperti ini,” ungkap Nia dalam pelukan Tina.“Iya, sama-sama,” jawab Tina seraya

    Last Updated : 2022-06-03
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   14. Temani Saya Olah Raga

    “Aduh, yang mana ini?” gumam Nia.Tidak lagi di kampus. Pembantu sang Rektor itu sudah memasuki rumah sang majikan. Mendengar ancaman akan menerima hukuman kalau melebihi waktu yang telah ditentukan, membuat gadis itu tidak mengulur waktu lagi menuju rumah mewah Bara.Namun setelah sampai di kamar sang Tuan Muda, mendadak dia binggung harus memilih baju yang seperti apa, pasalnya banyak sekali baju yang bisa dikategorikan baju olah raga sedangkan Nia sendiri tidak tahu sang majikan akan berolah raga apa.Pada akhirnya Nia memutuskan untuk menghubunginya daripada menghabiskan waktu untuk berpikir baju mana yang akan dia berikan. Salah bisa jadi, benar belum tentu. Setidaknya itu yang ada di benak Nia sekarang.Tidak lama kemudian panggilan Nia sudah tersambung dan Bara langsung menjawabnya.“Tuan, baju olah raga apa yang harus saya ambil?” tanya Nia begitu panggilannya tersambung.[Ambil saja tas yang bertuliskan Adidas karena saya sudah masukkan sendiri bajunya!] perintah Bara singkat

    Last Updated : 2022-06-06
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   15. Ancaman Untuk Nia

    “Hah? Apa, Pak?”Kali ini Nia yang melongo mendengar permintaan sang majikan. “Memangnya pembantu juga berkewajiban menemani majikannya ya?” lirihnya yang ditanggapi lirikan tajam oleh Bara.“Memang kamu bisa menolak semua ucapan saya!” ucapnya seraya tersenyum meremehkan status Nia yang seorang pembantu.Tidak bersikap biasa lagi, nyatanya Nia kini menatap dengan tidak suka dengan mengepalkan kedua tangan di kedua sisi badannya, andai dia bisa menghajar makhluk di depannya mungkin kesempatan itu tidak akan dia lewatkan.“Kenapa, gak terima?”“Tapi sa-saya ada mau ngasih les privat sebelum datang ke rumah Bapak,” balas Nia sedikit ragu karena Bara masih tajam lirikannya.“Saya gak mau ada penolakan, dan bawa tas ini!” sahut Bara cepat lalu berjalan mendahului Nia.Nia merasa berhak menolak karena jam kerjanya belum dimulai. “Tapi, Pak. Saya tidak bisa!”Bara menghentikan langkahnya, kesal karena Nia tetap menolaknya. “Ada apa lagi?”“Maaf, Pak. Saya harus kerja juga sekarang sebelum

    Last Updated : 2022-06-06
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   16. Bara Terluka

    “Dasar gadis sok jual mahal,” gerutu Bara.Tidak lagi di kampus, pria itu sekarang sedang di mobil dan dalam perjalanan menuju lapangan untuk bertemu dengan teman-temannya. Bukan olah raga seperti golf, ternyata olah raga yang dimaksud Bara adalah sepak bola. Tidak sedikit yang menyukai olah raga yang pemainnya seorang laki-laki semua.Saat mobil yang dikendarai melaju dengan kecepatan kencang, mendadak tak sengaja matanya tertuju pengendara motor yang berboncengan dengan seorang pria. Awalnya biasa saja namun mata Bara seperti mengenali motor yang lain tapi masih berhubungan dengan pengendara pria tersebut.“Seperti motor, Nia!” gumam Bara.Mata Bara terbelalak ketika melihat pengendara pria itu yang selalu memepet motor yang dia yakini milik Nia. Entah apa yang terjadi karena pandangan matanya yang jauh sehingga tidak dapat melihat dengan jelas. Namun, ada yang aneh saat mata Bara melihat motor yang diyakini milik Nia itu tiba-tiba melaju dengan kencangnya. Bara pun juga melajukan

    Last Updated : 2022-06-07
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   17. Bara Sadar

    “Gimana keadaan Pak Bara?”Nia hanya mengeleng tanpa mau berucap. Pasalnya dia sendiri juga tidak tahu bagaimana keadaan sang Rektor sekaligus majikannya itu.“Ya, sudah sabar ya!” ucap Tina lalu memeluk Nia seraya mengucapkan. “Semoga tidak terjadi hal yang buruk pada beliau.”Bukan orang lain, ketika Nia dalam waktu yang sulit berpikir siapa orang yang harus dia kabari saat melihat Bara jatuh tak berdaya sedang darah mengucur dari punggung pria itu dan Tina satu-satu orang yang ada di pikirannya.“Tin!” panggil Nia pelan, dia tidak tahu kenapa perasaannya sangat bersalah sekali. Bagaimanapun Bara seperti ini karena menolongnya.Tina menatap sahabatnya itu dengan tatapan aneh. Namun saat matanya menuju ke arah pinggang Nia seperti ada noda merah di sana. Tidak jelas terlihat karena tertutupi oleh jaketnya. “Bentar, ini kenapa?”“Hem, gak papa,” sahut Nia cepat karena dia tidak ingin membahas lukanya.Tina yang tidak percaya sekali lagi menarik jaket Nia sehingga terpampang jelas ada

    Last Updated : 2022-06-08
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   18. Mengingat

    “Bapak gimana keadaannya?”Bukan lagi di depan pintu, ketika pertanyaan Nia meluncur dari bibirnya yang bergetar. Sekarang gadis itu sudah berada di dalam bersama sang majikan. Butuh keberanian untuk sampai di hadapan pria yang menurut Nia sangat menyebalkan ini.“Gak penting kondisi saya!”Bagai di sambar petir hati Nia ketika mendengar jawaban Bara. Dalam hati dia merutuki bibirnya yang bertanya seperti itu. Harusnya dia diam saja dan tanpa peduli sekalipun, namun hati kecilnya menolak secara Bara yang menolong dari penjahat-panjahat itu.Untuk beberapa saat keadaan hening, tidak ada yang mau bersuara. Nia sendiri memalingkan pandangan ke arah lain, pokoknya tidak melihat ke arah Bara. Sedang Bara menatap ke arah langit-langit kamar.“Kamu ... apa ada yang terluka?” tanya Bara pada akhirnya lalu memandang ke arah Nia, menelisik dari bawah sampai atas. “Saya lihat mereka sepertinya mengarahkan sesuatu sama kamu?”Tidak langsung menjawab. Gadis itu perlahan melirik ke arah Bara yang

    Last Updated : 2022-06-09
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   19. Kan Ada Kamu

    Setelah kepulangan kunjungan beberapa orang dari kampus. Sekarang hanya ada Bara dan Nia saja. Kecanggungan mulai dirasa gadis itu. Sesekali melihat layar ponselnya hanya sekedar untuk melihat apa ada pesan atau telepon masuk. Padahal Nia sadar itu kemungkinan kecil.Akan tetapi mata elang Bara menyadari hal itu. Tidak lagi hanya diam, sang Rektor mulai bersuara.“Kalau mau pulang, pulang saja!”“Hah?”“Iya, kamu dari tadi lirik-lirik ponsel saja. Apa itu artinya kalau kamu mau pulang tapi sungkan sama saya kalau bilang begitu!” jelas Bara karena Nia sepertinya belum paham.Nia mengeleng seraya tersenyum simpul. “Kalau saya pulang, Bapak sama siapa?”“Ternyata sok perhatian juga nih cewek,” batin Bara tersenyum dalam hati.“Sudah, pulang saja kalau mau pulang!” tekan Bara sambil melirik Nia. “Tapi beneran kamu gak ada yang luka atau lecet mungkin?”“Ehm ... gak ada,” jawab Nia mengelengkan kepalanya. Saat mata Bara tidak sengaja melihat sedikit noda di balik jaket yang dikenakan Nia.

    Last Updated : 2022-06-09

Latest chapter

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   146. Bhalendra Al Ghifari

    Pyar!Aldo berlari kencang ketika suara benda jatuh seperti pecahan kaca terdengar pada indera pendengarannya ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar. Pikirnya sesuatu telah terjadi pada istri dan anaknya.“Hun …!”Tina menoleh pada suara seseorang yang memanggilnya dengan lembut.“Mas, kamu koq sudah pulang?”Mengabaikan ucapan sang istri, Aldo mendekat dengan wajah panik. Kemudian menatap sekitarnya dan mendapati sang anak sedang tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Tetapi mendapati pigura foto istrinya dengan sahabatnya ada di lantai. Dari situ Aldo paham kalau yang jatuh tadi pigura tersebut.“Kamu kenapa?” tanya Aldo setelah menatap sekilas wajah wanita masa lalunya yang sudah tidak ada lagi di hatinya sekarang.Tina tidak paham ucapan Aldo sampai ia melihat manik Aldo yang melirik pigura tersebut.“Oh, tadi aku gak sengaja menjatuhkannya,” jawab Tina. “Ah, maaf ya, kamu khawatir ya?” Wanita itu beranjak berdiri dan hendak memungguti pecahan kaca tersebut.Aldo menahan tangan

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   145. Kontraksi Palsu

    “Sayang,” sapaan itu masuk berbarengan dengan pintu kamar terbuka dan menampilkan sesosok pria yang selalu Nia rindukan. Siapa lagi kalau bukan Bara, sang suami.Setelah beraktifitas seharian di rumah sakit, ia selalu bersiap untuk pulang ke rumah lebih cepat untuk menemui istri tercintanya.Ya, Nia telah membuat keputusan untuk berhenti bekerja. Nia ingin fokus menjadi ibu rumah tangga daan mengurus bayinya sendiri. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika ia bisa mengurus keluarganya sendiri bukan ditangan seorang ART.Toh, uang Bara masih sanggup membiayai hidupnya dengan anak-anak mereka. Jadi untk maasalah keuangan Nia yakin sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Mas …!”Nia merentangkan kedua tangannya, bersiap memeluk suaminya itu. Tanpa ragu pria itu merangkak naik dan ikut berbaring di sebelah Nia. Memeluk wanita itu dari samping dan melabuhkan kecupan-kecupan di keningnya.Sekarang usia kandungan Nia sudah mendekati HPL.“Kenapa gak bangun, hmm?” tanya Bara setelah meng

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   144. Bye, Papa

    “Gak kerja?”Nia mendengus sambil menatap kesal pada sang suami ketika pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Berjalan menuju tempat tidur untuk mendekati istrinya yang duduk bersandar di tepi tempat tidur.Kalau bukan karena kejujuran Bara kemarin mungkin Nia akan dengan senang hati berangkat kerja hari ini. Tetapi saat ini sepertinya ia belum bisa berhadapan langsung dengan penghuni rumah sakit yang pastinya akan memberondong dengan banyak pertanyaan.“Kalau saja kamu gak bil-”Ucapan Nia terhenti karena Bara mencuri kecupan pada bibir wanita itu. “Semalam sudah dibahas jadi gak perlu diulang lagi!”Semalam memang membahas tentang bagaimana Nia akan menjawab seputar hubungannya dengan Bara dan mereka berdua setuju dengan keputusan yang dibuat, cuman Nia merasa tidak yakin dengan itu.“Mas!” hardik Nia sambil memukul keras dada sang suami karena Bara kembali mencuri ciuman saat Nia akan melempar sanggahan. “Kamu tuh, bisa diem gak? Jangan sentuh-sentu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   143. Menjaga Miliknya

    “Dokter Bara, Suster Nia pingsan di cafetaria. Saya binggung harus memberitahu siapa, mungkin Dokter bisa membantu saya karena dulu kan Suster Nia adalah asisten, Dokter.”Bara tersentak kaget mendengar serentetan kata dari salah seorang suster yang bertugas di poli UGD.“Koq bisa?” Pria itu beranjak berdiri dari meja kerjanya kemudian menghampiri Suster tersebut. Sekarang Bara sudah tidak lagi bertugas di poli UGD karena ia sudah pindah ke poli Jantung sesuai dengan spesialisnya, sedangkan Nia masih tetap menghuni poli UGD. “Sekarang masih di cafetaria?”Belum juga mendapat jawaban Dokter spesialis Jantung itu berjalan lebih dulu namun langkahnya terhenti ketika Suster tersebut menyebutkan tempat yang lain dari yang tadi.“Sekarang sudah di UGD, Dok.”Bara pada akhirnya memutar haluan untuk menuju poli UGD, karena poli tersebut berbeda arah dengan jalan yang sudah dilalui tadi.Sampai di poli UGD.Bara langsung masuk begitu saja sembari bertanya pada Dokter yang ada di sana. “Dimana

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   142. Perlakuan Manis

    “Mas, Tina sudah melahirkan. Aku boleh jeguk kan?”Satu pertanyaan Nia berhasil mengusik konsentrasi sang suami. Pria itu sedang serius menatap layar laptop untuk membaca riwayat kesehatan pasien-pasiennya yang hendak dioperasi.“Tanya dulu apa suaminya itu ada atau tidak! Aku gak mau kamu ketemu dengan pria itu.”Bara memang sudah antipati dengan yang namanya Aldo. Ia hanya sedang menjaga miliknya agar tetap berada di batasnya.Nia mendesis kesal, suaminya itu kalau sudah cemburu seperti itu membuatnya tidak bebas. Tetapi paham juga kekhawatiran Bara. Beruntung Bara tidak tahu kalau Aldo saat itu pernah mengatakan kalau masih mencintainya. Kalau tahu, mungkin pria itu sudah melarang sepenuhnya berhubungan dengan Tina.“Ish … terus kalau Aldo di rumah suruh pergi gitu?”“Sekarang sudah di rumah?” tanya Bara memastikan.“Eh, gak tahu ya. Tina cuman bilang kalau dia sudah melahirkan, bayinya perempuan, cantik kayak dirinya,” sahut Nia tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. “Ben

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   141. Bantu Aku

    Enam bulan kemudian.Tepat pukul satu siang, Tina melahirkan anak pertamanya. Bayi berjenis kelamin perempuan itu tampak cantik sekali, perpaduan wajah Tina dan Aldo. Suara tangisnya terdengar keras sekali di ruangan persalinan. Wajah Aldo juga terlihat lega setelah menemani sang istri yang masih lemas itu.Aldo mengambil alih untuk mengumandangkan adzan di telinga putri kecilnya itu. Rasa haru dan takjub menyelimuti pria itu. Tidak menyangka ada anak yang akan memanggilnya dengan sebutan Papa di hidupnya.Beberapa menit berlalu. Pria itu menyandarkan bayi mungilnya di dada dan ia dapat merasakan hangat nafas bayi tersebut. Selama ini ia hanya mengenal Bima saja dan ketika melihat putrinya ini Aldo lebih sangat bahagia.Sedangkan, Tina sendiri hanya melihat dengan bibir yang sedikit tertarik antara bahagia dan sedih. Bahagia karena anaknya sudah lahir ke dunia, sedih karena belum ada perubahan yang lebih baik, hubungannya dengan sang suami.Meski cinta belum hadir di hati suaminya itu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   140. Memintanya Lagi

    “Wah, cucu Oma sudah pulang ya? Gimana acaranya seru gak?”Suara Maria sudah terdengar ketika Bara membuka pintu dengan mengendong Bima yang sudah tertidur pulas. Kebetulan hari ini akhir Minggu dan waktunya berlibur ke rumah Maria.“Eh, Bima tidur ya?” Maria melanjutkan bertanya.“Iya, Bun,” jawab Bara singkat. Suasana hatinya masih buruk sejak melihat Aldo mengenggam tangan istrinya. “Maaf, Bunda. Bima boleh tidur sama Bunda gak?”Tanpa bertanyapun, Maria setuju saja. Lagian dengan adanya Bima dia jadi tidak sendirian tidurnya.“Boleh dong, ya sudah cepat bawa ke kamar Bunda!” pinta Maria pada Bara.Kaki panjang Bara melangkah menuju kamar sang mertua. Tidak lama Nia datang dan melihat Bara yang berjalan tidak ke kamar mereka.“Lho, Bima mau dibawa ke mana, Mas?” teriaknya. Namun, Bara tidak peduli pertanyaan wanita itu. Sedangkan Maria yang sudah berjalan di depan Bara tidak mendengar ucapan putrinya itu.Kesal, lagi-lagi Bara melakukan tindakan tanpa memberitahukannya. Nia berjala

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   139. Sekali Kamu Melangkah

    “Om Ayah!”Teriakan bocah yang mengema itu membuat Aldo tersentak kaget. Bukannya tidak suka tapi ia tidak akan menyangka kalau dipertemukan lagi dengan Bima setelah semua masalah diantara dirinya dengan Nia. Bima, bocah yang ia sayangi dan sudah dia anggap seperti anak kandungnya sendiri.Manik Aldo menyiratkan kebahagiaan. Pria itu seketika berjongkok dan merentangkan kedua tangannya ke samping agar bocah tersebut masuk ke dalam dekapannya. Benar saja, begitu melihat yang dilakukan Aldo, Bima langsung berlari kemudian membenamkan wajahnya di leher Aldo. Seolah mereka tidak bertemu puluhan tahun.“Aku kangen sama Om Ayah!” celetuk Bima yang membuat Aldo makin teriris hatinya.Aldo membisu, tidak menjawab ucapan Bima. Membiarkan indera penciumannya untuk beberapa saat menikmati aroma minyak telon yang ada di tubuh Bima.“Kata Mama, aku sudah gak boleh ganggu Om Ayah lagi! Karena Om Ayah mau punya adik bayi.”Aldo semakin menekan tubuhnya pada tubuh Bima. Detak jantungnya berpacu lebi

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   138. Tatapan Penyesalan

    Di ruangan Bara.Baik Nia dan Bara terkesiap menatap isi amplop coklat pemberian Dokter Kalandra.“Mas, sepupu kamu itu ternyata diluarnya saja yang galak ya tapi dalamnya … tidak diragukan lagi,” puji Nia sambil terkikik, masih sulit mempercayai sikap Dokter Kalandra.“Dalamnya?” Bara mengulangi ucapan istrinya itu sambil menatap curiga. “Memang kamu sudah tahu dalamnya dia seperti apa, hah?”“Yee … malah sewot ini orang! Maksud aku itu kan secara yang terlihat diluar itu dia adalah pria galak, buktinya marahin OG tadi seperti punya salah besar banget padahal kan cuman terlambat saja. Itupun beberapa menit saja. Tetapi koq dia bisa-bisanya ngasih kado seperti ini. Sehingga aku mikirnya dia itu pria yang perhatian gitu lho!” Nia menjelaskan dengan panjang lebar agar Bara mengerti maksudnya.Bukannya tidak paham, Bara hanya sedikit tidak suka kata dalamnya yang diucapkan Nia seolah wanita itu tahu seperti apa sosok sang sepupu.“Iya, aku sudah tahu maksudmu!” balas Bara santai. Pria it

DMCA.com Protection Status