Laura merentangkan pandangannya ke depan, fokus pada lawannya yang berdiri tegak di hadapannya. Pria itu memiliki tubuh yang tinggi dan besar, otot-ototnya terlihat mengencang di balik seragam latihan yang ia kenakan. Aura kekuatan dan pengalaman bertarung yang dimilikinya terpancar jelas dari tatapan tajamnya.Laura berdiri tegak dengan napas teratur. Matanya memandang tajam lawan bertandingnya. Adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya, siap menghadapi tantangan ini. Alexa, berdiri di sisi lapangan. "Kerahkan kemampuanmu, Laura. Dia tak akan segan-segan memukul dan menyakitimu, bersiaplah!" suaranya terdengar tegas, menggetarkan udara di sekitarnya. Laura mengangguk sebagai tanggapan, menyatakan kesiapannya untuk memulai pertarungan ini. Pertarungan ini bukanlah pertandingan biasa, ini adalah latihan untuk mengajarkan Laura bagaimana bertahan dari serangan bahaya.Pria berbadan besar itu berdiri dengan postur yang mengesankan, dia melangkah maju dengan percaya diri. Pandangannya taj
Jantung Laura berdetak kencang saat Adam Ashford menatapnya dengan sorot yang tak terbaca. Matanya yang tajam seakan merasuki dirinya, memaksa Laura untuk menghadapi situasi ini dengan kepala tegak. Ketegangan terasa di udara saat Adam menyipitkan mata, mengawasinya dengan intensitas yang hampir tidak tertahankan. Dalam keheningan yang berat, Laura berusaha mengatur napasnya. Dia harus menjelaskan situasi ini dengan baik, meskipun hatinya berdebar keras. Laura mengangkat wajahnya, menatap Adam. “Aku …,” suaranya agak tergagap, tapi Laura berusaha untuk tetap tenang, “aku selama ini selalu memerah air susuku, sehingga ASI-ku tetap berproduksi lancar. Jangan khawatir, Nick akan mendapatkan nutrisi terbaik yang dia butuhkan. Sebab aku makan dengan baik selama di sini. Mereka menyediakan makanan yang sehat dan bergizi.” Rasanya detik-detik yang berlalu begitu lambat, sedangkan Adam masih tetap diam dengan ekspresi serius. Laura merasa sedikit cemas, tak tahu apa yang akan diucapkan oleh
Adam duduk di sebuah kursi, membiarkan dirinya tenggelam dalam suasana yang tenang di ruangan itu. Matanya tertuju pada pemandangan di depannya, di mana Laura sedang duduk dengan Nicholas dalam pelukannya. Diam-diam Adam tersenyum melihat bagaimana Laura dengan lembut mengelus-elus punggung bayi itu sambil tersenyum penuh kasih. Dan Nicholas terlihat sangat tenang dalam dekapan Laura, tidur pulas setelah puas menyusu. “Letakkan saja dia di tempat tidurnya. Dia tak akan terbangun kalau sudah kenyang minum susu,” tegur Adam yang langsung direspons oleh gelengan keras dari Laura.“Aku masih ingin memeluknya selama mungkin.” Laura berkata pelan tapi tegas. Wanita itu menghela napas, ada kesedihan di wajahnya. Dia ingin memanfaatkan setiap detik yang ia miliki untuk mendekap bayinya seperti ini. Tak ada yang tahu apa yang ada dalam pikiran Adam Ashford. Belum tentu kesempatan emas ini menghampiri Laura lagi.Sementara itu, Adam seperti memandang potret kebahagiaan yang paling murni. Sesa
"Tuan Adam memintamu bersiap-siap, Nona Laura," tegur Joanna, salah satu asisten pribadi Adam, sambil mendekati Laura yang sedang bercengkerama dengan Nicholas. Sorot mata Joanna penuh ketegasan, menunjukkan bahwa ini adalah hal yang harus dilakukan tanpa banyak perdebatan.Laura mengangkat alis, sedikit terkejut oleh kehadiran Joanna. Dia sedang asyik membacakan buku cerita untuk Nicholas. "Tinggalkan dulu Nicholas, biarkan tim baby sitter yang menjaganya," pesan Joanna dengan nada tegas."Aku sudah bersiap sejak tadi," jawab Laura sambil mengangguk. Dia memahami bahwa tugasnya sebagai pengasuh Nicholas tak bisa diabaikan begitu saja.Joanna menggeleng-gelengkan kepala dengan sedikit penilaian. "Kau bilang seperti ini sudah siap? Jangan buat Tuan Adam kecewa dan menembak kepalaku di tempat!" cetusnya sambil dengan lembut menarik Laura ke sebuah tempat duduk.Laura tersenyum kecut. "Aku tahu, aku tahu. Aku akan segera bersiap," ujarnya, mencoba menenangkan Joanna.“Tidak, kau tidak ak
Adam mengulurkan tangannya dengan gerakan lembut, menjadikan telapak tangannya sebuah panggilan yang tak terucapkan. Laura tersenyum seraya melangkah ringan menuju Adam. Dengan hati yang berdegup cepat, dia menempatkan tangannya di dalam genggaman kokoh Adam.Mereka berdiri berhadapan di balkon yang menyajikan pemandangan laut yang tenang, rembulan yang memancarkan cahaya lembut dan irama musik jazz melatarbelakangi gerakan mereka.Adam memandang Laura dengan intens, mata mereka bertemu dalam keheningan yang hanya diiringi oleh alunan musik. Mereka bergerak, langkah demi langkah, seolah-olah tarian ini adalah bahasa diam mereka. Laura membiarkan Adam memimpin, mengikuti setiap gerakan yang dia tunjukkan.Meskipun Adam terlihat begitu tegas dan kuat dalam segala hal, Laura melihat kekakuan dalam gerakannya. Beberapa kali, kakinya tanpa sengaja menginjak kaki Laura, dan Laura hanya bisa meringis kecil sambil menahan rasa sakit. Dia mengisyaratkan permintaan maaf dengan senyuman, dan Ada
Kabar tentang rencana pernikahan Adam Ashford dan Laura Pertiwi benar-benar menjadi buah bibir di seluruh kota Montreal. Berita ini tersebar begitu cepat sehingga tidak butuh waktu lama bagi Charlotte, Helena, dan teman-teman Laura untuk mendengarnya. Mereka semua terkejut dan tidak percaya ketika mendengar bahwa Laura akan menjadi istri dari salah satu bujangan terkaya di kota tersebut."Sejak kapan Laura bercerai dari Bimo?" tanya Charlotte, mencoba mencerna berita ini dengan heran."Dia akan menikahi Adam Ashford, kakaknya Brian? Keren sekali dia," tambah Helena, dengan tatapan kagum.Teman-teman Laura yang lain turut berkomentar, menciptakan berbagai spekulasi tentang hubungan Laura dan Adam. Mereka semua terkesan dengan keberuntungan Laura."Bahkan Adam sampai memutuskan pertunangannya dengan Jessica Brown, sesama keluarga konglomerat, demi Laura," seorang teman menambahkan lagi, menciptakan kekaguman yang lebih besar."Wah, keren sekali Laura," kata yang lain, sambil mengangguk
“Selamat datang, Nyonya dan Tuan,” sapa Adam Ashford saat menerima kedatangan Hana dan Richie ke rumahnya. Adam kemudian mendampingi keduanya melewati ruang tamu. Hana dan Richie terpesona oleh kemewahan dan keindahan rumah yang sebesar istana itu. Dinding-dinding marmer, hiasan seni yang indah, dan taman yang luas membuat mereka merasa seperti sedang berada di istana yang sesungguhnya.“Bagiku, kalian bukanlah sekadar tamu, tapi juga bagian dari keluargaku. Dan ini adalah ruangan khusus yang diperuntukkan bagi keluarga Ashford yang datang berkunjung,” kata Adam dengan keramahan yang jarang-jarang terlihat. Adam pria yang tak suka berbasa-basi, tetapi dia tahu tipikal orang Indonesia yang ramah dan suka berbasa-basi sehingga dia ingin menarik simpati orang tua Laura dengan cara itu. Dan senyuman pun tersungging di bibir Adam ketika melihat orang tua Laura mulai terlihat nyaman.Sementara itu di sebelahnya, Laura yang menggendong Nicholas terlihat gugup dan sedikit kaget melihat peru
Pernikahan antara Adam Ashford dan Laura Pertiwi di Kanada menjadi peristiwa besar yang mencuri perhatian banyak kalangan. Acara tersebut diselenggarakan dengan sangat mewah dan menjadi pembicaraan hangat di seluruh Montreal. Hanya para elit dan undangan khusus yang diizinkan hadir, dan pengamanan sangat ketat. Pernikahan tersebut berlangsung di sebuah gedung ballroom yang megah, dihiasi dengan bunga-bunga segar yang indah dan ornamen-ornamen mewah. Ruangan itu dipenuhi cahaya gemerlap dari lampu gantung kristal yang menggantung di langit-langit, menciptakan atmosfer yang begitu romantis dan elegan. Tamu-tamu yang hadir terlihat begitu anggun dalam pakaian mereka yang mewah. Mereka duduk dengan sopan di kursi-kursi yang telah disusun dengan rapi. Sebuah orkestra memainkan lagu-lagu klasik yang mengisi udara dengan melodi yang indah. Saat Laura berjalan di lorong menuju altar, pandangan semua orang tertuju padanya. Aura kecantikan terpancar lembut di wajahnya. Adam nyaris tak berkedi