Lala tertatih kembali ke kamarnya, hari ini dia bolos kuliah. Luka di kakinya masih terasa nyeri. Di depan laptop gadis itu fokus merangkai untaian kata, menyambung satu demi satu menjadikan kalimat. Terkadang terjeda sejenak karena butuh berpikir, setelah mendapat inspirasi jemari lentik itu kembali menari di atas keyboard.
Sudah beberapa sinopsis berhasil ia kirimkan, dari platform lokal dulu baru merambah ke platform yang lebih besar dan banyak di kenal. Apalagi yang bisa ia lakukan selain mengandalkan kerajinannya menulis. Guru bahasanya pernah berkata Apa pun pekerjaanmu jika di tekuni dengan baik pasti mendatangkan rezeki. Bukankah kerja hannyalah cara paling indah dalam menjemput rezeki, setelah itu biarkan doa bertarung di angkasa demi merayu sang Maha pemberi rezeki.
Thing.
Lala membuka ponselnya. d
[Sudah makan]_Glenn.
Lala menatap angka di sudut atas ponselnya pukul 14.00. Astaga dirinya dari pagi baru makan roti. Tetapi ada yang aneh, t
Sepanjang perjalanan pulang, Sabila terus mendiamkannya. Semua jurus sudah di coba Glenn, tetapi tetap saja tiada guna. Mulai dari merayu, menawari barang branded, mengajak ke salon untuk perawatan, sampai ngajak nonton. Sabila tetep saja bertahan pada posisi marah. Pikirannya buntu. Glenn memutuskan mengantarnya pulang saja. Besok dia akan memikirkan cara untuk mencairkan hati beku kekasih. “Cill, aku sudah pulang? Kamu di mana?” Sebenarnya percuma saja teriak-teriak. Lala nggak bakal menyahutnya. Glenn mencari pembantu kecilnya itu, di mana lagi kalau bukan di kamar? “Enak ya, pembantuku makan gaji buta. Kerjanya di kamar, main hape, main laptop, makan, tidur!” sindir Glenn dan tanpa basa-basi langsung ngeloyor masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Lala menutup laptop, sebenarnya dirinya sedang membaca kontrak untuk novelnya, tapi membaca dengan buru-buru itu sungguh tidak bagus dan memperbesar resiko kesalahan. Lala me
Pagi masih begitu dingin tapi Lala sudah terbangun, setelah buang air kecil dan cuci muka gadis itu sudah duduk di depan laptop. Ceritanya Curi start, sebelum semua rutinitasnya hari ini. Ya. Lala harus pintar membagi waktu antara, menjadi pembantu, kuliah dan kegiatan menulisnya. Sesaat dirinya melirik cangkir kopi yang masih penuh itu, “Maksudnya apa coba? Pas meminta begitu memaksa tapi akhirnya di sentuh pun tidak sama sekali, untung ganteng kalau jelek sudah pasti kusiramkan ke mukanya,” ucap Lala sebal. Lala mulai berkonsentrasi, sebagai penulis pemula dirinya menyukai hening sewaktu menulis. Karena untuk menghadirkan tulisan bagus perlu penjiwaan, dirinya tidak mengejar jumlah kata yang banyak. Menulis sedikit nggak apa-apa asalkan dirinya bisa memberi rasa nikmat untuk tulisan itu. Terutama untuk dirinya dulu. Setelah di rasa cukup, gadis itu membawa keluar kopi Glenn semalam ke dapur, baru dua langkah dari pintu kamarnya. BRAKKK!!! Tu
Serapuh hati wanita, jangan sekalipun berani menyakitinya. Asal kamu tahu, jika kau pernah menorehkan luka, maka rasa sakit itu akan kekal dan tidak mudah terhapus oleh kata maaf. Meskipun sudah terdengar kata maaf dari mulutnya. Bukan berarti dia sudah baik-baik saja. Satu hal lagi wanita itu lebih kuat dari apa pun, apalagi ketika harus menanggung luka seumur hidupnya. Jangan sekali pun kau meremehkannya, atau kau akan dibuatnya menyesal. Selesai kelas paginya Lala masih mendapati Alan menunggunya di depan gedung. Mau apa lagi dia, kalau tidak untuk memperjuangkan cintanya. Setelah bertemu dengan Glenn di mall itu. Pikiran Alan baru terbuka, dan menyesal sempat tidak mempercayai Lala. Dia menyadari jika sudah dikendalikan emosi dan mengambil keputusan salah. “La, aku ingin bicara,” ucapnya kaku. Lala menatap Alan sesaat kemudian mengangguk. Bagaimanapun dia harus menyelesaikan masalah yang sebenarnya sudah selesai sejak lama. Bahkan se
“Glenn, kamu sudah pulang?” tanya Lala berbasa-basi. Sekilas dirinya melihat raut muka Glenn yang tidak suka. “Hmm iya ... Tolong kamu simpan tas ini di kamar ya, setelah itu siapkan air hangat, dan handuk putih yang kemarin kamu cuci itu, setelah itu siapkan juga makan malam. Oya aku mau makan sup iga pake lada yang agak banyak biar pedes. Jangan lupa wortel dan kentangnya jangan terlalu matang karena aku tidak suka,” ucap Glenn dengan gaya bossy dan mengulurkan tasnya. Lala sudah paham, pasti ini semua cuma akal-akalan Glenn untuk mempermalukan dia di depan Alan. Karena biasanya tidak pernah sekalipun menyuruh membawa tasnya masuk. Meskipun Lala jengkel, apa boleh buat akhirnya Lala bangkit dan menerima tas itu. “Kalau begitu aku permisi pulang saja, La. Sepertinya kamu sangat sibuk, oiya besok pagi aku akan menjemputmu,” ucap Alan. Perasaannya mengatakan jika Glenn tidak suka dengan dirinya. Mengingat perlakuan Glenn di mall tempo hari. “Oh
Setelah mengirim pesan untuk Alan, Lala mengunci pintu dan meletakan kuncinya di atas meja dekat laptop. Lala sudah tidak peduli lagi dengan rentetan tugas yang sudah diberikan Glenn. Dirinya sudah lelah. Gadis itu berbaring dan menunggui pesan balasan dari Alan. Benar saja tak lama kemudian ponselnya bergetar. Lala tersenyum ketika mengetahui Alan membalas pesannya. [Maaf baru balas, aku baru sampai kos La, besok pagi aku jemput ya?] [Nggak usah Al, aku sudah langganan ojek purple kok. Lagi pula kalau sampai ketahuan Glenn, bisa tambah marah nanti majikanmu itu]_ balas Lala. [Majikanmu itu sudah keterlaluan La. Aku takut kamu tertekan atau dia Cuma memanfaatkan, mending kamu keluar saja cari pekerjaan lain, nanti kubantu]_Alan. [Nggak Al, lagian aku cuma dua ratus hari dan kesepakatan itu sudah hampir selesai]_Lala. [Oh ya]_Alan. [Iya, Al. Dua bulan lagi aku sudah bebas]_Lala [Syukurlah, ya sudah kamu banyak-banyak sab
“Jangan khawatir aku akan menjagamu,” ucap Glenn dalam hati, sambil mempererat pelukannya kemudian menghirup pucuk kepala Lala. Tidak tahu kenapa Glenn tiba-tiba ingin melindungi gadis dalam pelukannya itu dan tidak rela jika Lala balikan dengan Alan. Gadis ini berbeda, tidak seperti kebanyakan gadis seusianya. Bahkan dirinya terlihat mandiri dan tidak manja sama sekali. Bahkan sangat sederhana dan tidak silau dengan harta. Seperti wanita-wanita di kantornya, yang terkadang menggodanya terang-terangan tanpa tahu malu. Glenn melepaskan tubuh kecil dengan muka tersipu itu, sepertinya Lala malu, Glenn menyadari itu. “Kita makan, yuk!” ajak Glenn mencairkan suasana. Karena sepertinya Lala masih larut dalam suasana sebelumnya, sejujurnya Glennpun demikian bahkan jiwa laki-lakinya meronta ingin menandai gadis itu. Tetapi itu tidak akan terjadi, karena Sabila masih bertahta di hatinya. Kenapa Glenn sedemikian egois, sebentar lagi bahkan dia akan tunangan. Di
Lala turun dari mobil Glenn. “Nggak bilang makasih dulu, Cil?” Glenn mulai menggoda Lala lagi, pasalnya sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam. “Terimakasih,” ucap Lala tanpa menatap Glenn sama sekali. Kemudian membiarkan mobil itu melesat pergi. Nggak tahu sejak kapan tiba-tiba Alan sudah datang menghampirinya, sepertinya laki-laki itu menunggu kedatangan Lala. “Maaf ya, Al. Soalnya tadi Glenn memaksa bareng,” ucap Lala tidak enak hati. Alann mengangguk kemudian tersenyum, “Oh, ya nggak apa-apa La,” “Eum tapi kelasku hampir dimulai, Al. Aku tidak mau terlambat,” ucap Lala sambil melihat arloji di tangannya dan sedikit bingung. Memang tadi kondisi jalan macet jadi memakan waktu lebih lama untuk sampai di kampus. “Oke, La. Kamu masuk dulu saja, kebetulan aku juga ada kelas kok, nanti kita bertemu di tempat biasa ya,” jawab Alan. Lala mengangguk kemudian menuju kelasnya dengan tergesa. Ya. Dirinya tidak boleh terlambat
Lala menarik tangannya perlahan bukan karena Ingin membuat Alan kecewa tapi dia harus masuk untuk mata kuliah selanjutnya. “Maaf, Al. Aku harus masuk kelas dulu,” putusnya dan berjalan meninggalkan Alan. Alan menyesal telah mempercayai Dewi. Saat Glenn memukulnya dua baru tersadar atas kesalahannya. Sepulang dari mall waktu itu Alan dan Dewi berantem. Alan menatap Dewi penuh kemarahan, dan mengajaknya pulang saat itu juga. “Kita pulang sekarang!” “Tapi, Al, aku belum selesai belanja,” ucap Dewi merengek. Alan tidak mendengar jawaban Dewi yang tidak penting itu. Dirinya memutar tubuh dan segera mengambil langkah lebar untuk segera menuju tempat parkir. “Al .... Tunggu!” Dewi tampak membuntutinya dengan langkah yang sama tergesa menyeimbangkan dengan langkah Alan. Hingga mereka berdua sudah sampai di tempat parkir. Dewi menarik tangan Alan yang hendak meraih helm. Sejenak Dewi mengatur nafasnya yang memburu.
Setelah acara tiup lilin dilanjut acara pemotongan kue. Seperti biasa Lala memberi potongan pertama kue itu untuk Ayahnya. Harjito menerima suapan dari putrinya itu kemudian mengucapkan kalimat selamat diikuti rentetan doa.Acara cukup sederhana tetapi meriah dan keluarga inti datang semua. Setelah potong kue sudah selesai, Adrian yang bertindak seolah-olah menjadi MC. Memberitahukan acara selanjutnya yaitu hiburan yang akan diisi oleh bintang tamu.Lala bingung. Pasti Adrian hanya bercanda. Mana ada bintang tamu? Tetapi pandangan Lala seakan terkesima. Ketika dari pintu depan yang terbuka lebar datanglah rombongan tamu. di barisan paling depan Glenn, Sintia dan Herlambang. Setelah itu nampak Wijaya-Ririn, Alan-Dewi, Rega - Winda. Mereka memasuki ruangan dengan penuh senyum.Tampak para keluarga menyalami mereka sambil tersenyum."Lala maukah kamu menjadi istriku?" tanya Glenn lugas tanpa sedikitpun keraguan di depan keluarga besarnya. Pria itu mengeluarkan kotak berisi cincin yang ak
"Jadi, kamu dari mana saja?" hardik Harjito mengetahui putrinya baru saja pulang. Bahkan Lala baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah. "Euhm ...." "Jangan banyak alasan! Kamu pasti menemui laki-laki pengecut itu kan?" "Namanya Glenn, Yah!" sahut Lala pelan. "Bagiku dia laki-laki nggak punya nama, karena tidak berani menunjukkan nyalinya. Masuk ke dalam kamar dan mulai hari ini kamu di bawah pengawasan, Ayah!" perintah Harjito. "Tapi, Yah!" "Tidak ada tapi! Ayah sudah terlalu banyak memberimu kebebasan! Dan sekarang nggak! Orang yang kesana kemari bersamamu harus orang yang memiliki status jelas! Bukan para pengecut seperti yang sudah-sudah!" putus Harjito. Pria itu telah memantau aktifitas putrinya akhir-akhir ini dan sebagian besar waktunya habis bersama Glenn. Lala masuk ke dalam kamarnya. Dan memberi kabar Glenn bahwa beberapa hari ke depan mereka tidak bisa bertemu. Anehnya Glenn menanggapinya biasa saja. Semua pesan yang ia kirim panjang lebar hanya mendapat jawaban.
"Lala, Glenn, angin apa yang membawa kalian hingga sudi mampir ke gubug Bapak?" tanya Wijaya penuh haru seraya mengulurkan tangan pada dua tamunya.Lala segera menyambut uluran tangan Wijaya dan mencium punggung tangannya. Meskipun hubungannya dengan Alan kandas, beliau tetaplah calon mertuanya. Mengingat sekarang Lala menjalin hubungan dengan putranya yang lain.Melihat antusiasnya respon Lala dalam menyambut uluran tangan itu. Glenn pun melakukan hal yang sama. Kemudian Glenn kembali duduk seraya berucap, "Maaf jadi kedatanganku ke sini ingin memohon restu pada, Anda!" ucap Glenn kaku. Diperlakukan demikian Wijaya tidak sakit hati. Mungkin saja Glenn belum bisa mengakui jika dirinya adalah Ayah kandungnya. Wijaya yakin kedatangan putranya kali ini merupakan terbukanya jalan bagi hubungan mereka. Lambat laun pasti Glenn akan menerimanya."Ooh ... Apakah kamu akan menikahi, Lala?" tanya Wijaya. Sedikit banyak Wijaya tahu kisah cinta di antara mereka. "Benar! Saya akan melamarnya, se
Glenn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya masih bimbang.Dia berpikir apakah keputusannya ini sudah benar? Atau dia hanya seorang robot yang mengiyakan keinginan dua orang yang sangat disayanginya, Lala dan Sintia."Kenapa wajahmu tegang sekali Glenn?" tanya Lala setelah menilik raut muka laki-laki di sampingnya yang begitu serius. Tampak banyak beban di sana sudah seperti mau mengerjakan tugas negara dan jika gagal maka hidup akan menjadi taruhan."Ehmm ... Nggak La, aku hanya bingung mau ngomong apa nanti, jika sudah sampai!" sahut Glenn."Astaga! Kita bukan ingin wawancara kerja! Juga bukan ingin presentasi proposal! Jadi jangan terlalu serius, biarlah dialog mengalir dengan sendirinya, nanti jika sudah sampai juga bakal tahu mau ngomong apa!" sahut Lala."Tapi, La! Aku nggak enak, pasalnya kemarin aku menolak mereka! Jujur saja aku kecewa pada mereka!
"Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya."Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia."Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn."Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn."Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn."Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia.Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!""Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia."Bukan, Ma. Maksud ak
"Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus."Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali."EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya."Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag
"Kita mau ke mana Glenn?" tanya Lala penasaran. Benar saja, seusai kelas. Glenn sudah gerak cepat untuk menculik Lala. Lelaki itu sepertinya tidak mau hilang kesempatan lagi setelah menyadari perasaannya."Masa iya kamu lupa ini jalan ke mana?" Jawab Glenn sambil terus mengemudikan mobilnya."Ini jalan ke apartemenmu! Tapi mau apa kamu mengajakku ke sana?""Untuk membuat kesapakatan baru!""Kesepakatan apalagi Glenn?""Ingin mengontrakmu menjadi pembantu tuan tampan seumur hidupmu. Jadi maukah Aquilla Anaya Pribadi menjadi pembantu kaya tuan tampan, ha ha ...""Aku nggak mau menjadi pembantumu Glenn, itu namanya menjatuhkan harga diriku, dulu aku mau karena bertanggungjawab. Meskipun bukan sepenuhnya kesalahanku. Tapi kali ini untuk alasan apalagi?""Karena kamu telah bandel masuk dihatiku jadi kamu harus dihukum!"&nbs
Hari ini Lala masuk kuliah untuk yang pertama sejak peristiwa itu. Rasanya malas, karena mau tidak mau akan bertemu Alan dan Dewi. Jujur saja Lala masih sakit hati dengan perbuatan mereka berdua. Apalagi setelah semua itu tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk datang dan minta maaf. Mungkin saja harga maaf sudah mahal, sehingga mereka tidak mau mengusahakan. Mungkin pula ini perkara harga diri atau rasa malu? Ahhh ... Sepertinya Lala tidak mau menduga-duga karena takut malah jadi prasangka buruk. "La ..." panggil seseorang dan suara itu siapa pemiliknya, bahkan Lala belum lupa. Sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri sejak Lala berada di kota ini. Lala menoleh tetapi membatalkan senyumnya. "Wi, kamu pucat sekali. Apakah kamu sakit?" tanya Lala menatap wajah Dewi yang begitu pucat. "Nggak, La! Aku hanya kurang tidur," terang Dewi. "Ooh aku kira sakit,"
Lala menyelesaikan kunyahanya. Meletakkan sendok pelan-pelan kemudian meraih jus alpukat di hadapannya. Setelah selesai Lala menatap Glenn."Apa kamu menunggu jawabanku?" tanyanya kemudian."Tentu saja. Ngapain lagi aku menatapmu seperti ini jika tidak menunggu jawabanmu?" Jawab Glenn kesal."Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi jika ternyata kamu adalah saudara Alan itu sungguh tidak ada hubungannya dengan aku mau jadi pacarmu atau tidak," jawab Lala bijak."Mengapa demikian?""Kita lahir dari rahim siapa, kita lahir di hari apa, jam berapa, di tolongin siapa kemudian ternyata kita lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan ternyata kita adalah saudaranya si a, b dan c. Itu mutlak kuasa Allah. Jadi kita hanya bisa terima dan tidak boleh menolak!""Kesimpulannya kamu tetap mau jadi pasanganku? Meskipun aku bersaudara dengan Alan?" tanya Glenn pen