Pagi hari di rumah Ellena. Keadaan masih sama. Rumah akan tetep kotor dan berantakan jika bukan dirinya sendiri yang bergerak untuk membersihkannya. Ibu mertuanya hanya ongkang-ongkang kaki di rumah tersebut tanpa ingin sedikit pun membantu menantunya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan rumah tersebut. Sebelumnya, El memperkenalkan dua orang asisten rumah tangga. Tetapi setelah kedatangan Widya, perempuan itu bertindak seolah dialah penguasa di rumah tersebut. Dua asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh El dipecatnya tanpa izin dari Ellena. Ellena tidak keberatan pikirnya ia ingin tulus berbakti untuk melayani suami dan juga ibu mertuanya sebelum dirinya mengetahui belang dari keluarga suaminya tersebut."El kenapa meja makan masih kosong? Kamu juga pagi-pagi sekali sudah rapi. Mau pergi lagi, Kamu?" sungut Widya karena kesal di saat perutnya kosong. Dirinya tidak menemukan satu apa pun di atas meja makan."El sibuk, Ma. Ada urusan penting.""Kamu jangan sok-sokan deh, El.
Bara dan Keysa sudah dalam perjalanan menuju tempat kerja mereka. Keysa bersikap manja pada Bara selama mereka dalam perjalanan. Tangannya tidak mau lepas dari lengan pria yang sekarang menjadi suaminya.Berbeda dengan Keysa. Bara justru pikirannya sedang tidak pada tempatnya. Meskipun raganya bersama dengan Keysa. Pikiran pria tersebut sibuk memikirkan tentang sikap istrinya yang mulai berubah dan seolah berusaha untuk menghindari dirinya. Bara merasa jika ada yang sengaja disembunyikan oleh Ellena."Mas, kira-kira nanti kita akan bulan madu kemana?" Keysa masih bergelayut manja sambil menatap nakal ke arah Bara yang fokus kemudikan kendaraannya. "Aku nanti juga mau ganti mobil baru pokoknya. Oh iya, Mas. Kamu habis beliin El tas baru lagi? Aku baru tas baru yang dipakai El tadi pagi. Itu tas mahal loh, Mas. Kenapa kamu beliin tas untuk El tapi tidak beli untuk aku juga." Keysa mulai protes dan merajuk. Pagi tadi Keysa memang sempat memperhatikan penampilan El yang berubah dari pad
"El ...?" Raut wajah Bara berubah tegang."Kamu nggak usah kaget kaya gitu, Mas. Biasa saja toh kalian juga sudah lama mengkhianati aku. Kalian menikmati hubungan kalian di belakangku." El masih menatap miring ke arah suami dan sahabatnya."Kamu, Key. Tidak sia-sia juga kan usahamu untuk bisa mendekati suamiku. Selamat kamu sudah berhasil dan aku akui kekalahan ku. Kamu menang telak atas suamiku. Dan aku akan serahkan mas Bara sepenuhnya buat kamu. Aku tidak ingin memperjuangkan pasangan yang memang tidak layak untuk diperjuangkan."Bara menatap kalut pada istrinya. "Maksud kamu apa, El?"El segera menepis tangan Bara yang ingin menyentuhnya. "Seperti yang kalian inginkan. Aku akan memilih mundur. Lebih baik kalian berdua siap-siap untuk menghadap ke Om Danu karena beliau sudah menunggu kedatangan kalian."El segera meninggalkan kedua. "El mau kemana kamu?" El tidak lagi mempedulikan suara suaminya. "Mas, jadi selama ini El sudah mengetahui hubungan kita." Keysa menghampiri Bara ya
Mas mau ditaruh mana muka kita, ini. Masa iya seorang direktur tiba-tiba jadi OB!" gerutu Keysa saat mereka keluar dari ruangan Danu."Mau bagaimana lagi. Kamu mau kita masuk penjara? Tapi kita tidak boleh menyerah. Kita harus bisa menyakinkan Ellena agar Om nya itu mau percaya lagi sama aku. Untuk sementara kita jalani saja dulu." Keysa terus memasang wajah masamnya."Wah, ada pegawai baru rupanya," celetuk karyawan yang biasanya bekerja menjadi bawahan Bara juga Keysa."Iya, baru dipecat dari atasan atau baru menjabat sebagai OB maksudnya." "Pasangan serasi juga, Ya.""Itu lah kalau manusia tidak bersyukur dan tidak punya rasa terimakasih.""Benar. Tangan Tuhan langsung bekerja memberikan balasan dengan membuka kedoknya."Bara dan Keysa baru saja muncul dengan seragam baru dan juga pekerjaan yang baru pula. Sementara Bara dengan timba dan tongkat pel di tangannya. Keysa dengan kain lap dan juga sabun pembersih yang menjadi alat tempurnya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai kar
Ya ampun kasihan banget. Niat mau pamer dan senang-senang malah jadi gembel.""Iya, kasihan banget, tapi syukur in juga salah sendiri senang-senang di atas penderitaan orang lain.""Karma dibayar tunai nggak sih? Karena pakai uang haram makanya Tuhan saja tidak ridho.""Seru banget plus malu banget kalau aku jadi orang. Lihat story' nya pas naik pesawat nggak sih. Tapi sayang, story yang ngembel kenapa nggak dipajang.""Ha ... ha ... ha ..."Foto dan video Keysa serta Bara beserta keluarganya telah tersebar di jagat dunia maya dan kini telah sampai pada orang-orang kantor tempat di mana mereka bekerja.Keysa yang sedang mengepel lantai sontak langsung menghentikan gerakannya. Ia melemparkan gagang pel tersebut di atas lantai. Tentu saja karena telinganya terasa panas dan ia merasa dirinya lah yang menjadi bahan gunjingan mereka. Ia menetap tajam ke arah sekumpulan perempuan yang sedang bergosip di meja yang saling berhadapan satu sama lain tersebut."Eh, lihat ada yang marah!" seru pe
Keluarga Bara dibuat terkejut atas pengumuman yang baru saja disampaikan oleh Danu.Riuh tepuk tangan tidak membuat mereka lekas berada pada kesadarannya."Mama, coba cubit lengan Bara!" pinta Bara pada ibunya untuk menyakinkan bahwa dirinya berada di dunia nyata atau di alam mimpi."Aduh sakit banget, Ma. Pelan-pelan saja kenapa! Mama kaya nyimpan dendam saja sama Bara!" protes Bara pada ibunya karena merasa jika cubitan dari Widya sangat terasa sakit untuk dirasakannya."Kamu minta mama cubit ya mama cubit sekenanya.""Tapi nggak perlu juga pakai tenaga dalam.""Sudah-sudah kenapa kalian malah ribut sendiri." Jika pengumuman tersebut tiba-tiba menjadi kabar baik untuk Bara dan ibunya, tetapi tidak untuk Keysa. Keysa merasa sangat kesal dan kedengkian semakin bertambah pada El. Sia-sia usahanya untuk menyabotase vitamin yang biasa dikonsumsi oleh El dengan obat yang membuat hormon El menjadi tidak stabil. El yang aslinya memiliki kulit putih bersih tiba-tiba setelah mengikuti program
Bara ini tidak boleh dibiarkan! Mama nggak terima dengan perlakuan di El. Masa iya diam-diam dia sudah gugat kamu tanpa persetujuan dan juga izin dari kamu. Ini namanya istri yang menginjak-injak harga diri suami.""Benar kata mama, Mas. Kalaupun kalian pisah. Kamu harus menuntut pembagian dari harta gono-gini. Rumah ini dan juga perusahaan harus dibagi rata.""Kenapa kita nggak kepikiran sampai ke sana. Mama setuju dengan ide Keysa, Bara. Kamu harus menuntut balik atas pembagian harta gono-gini ini."Bara masih terdiam sementara istri dan ibunya sibuk dengan jalan pikiran mereka untuk mencari jalan keluar."Mas, kamu dengerin kita ngomong nggak sih?" sungut Keysa yang kesal karena sikap diam Bara."Bara masih bingung, Ma. Tapi Bara juga dengar ide kalian dan Bara akan coba itu.""Harus kamu coba Bara. Masa iya kamu mau kita hidup susah sementara El hidupnya enak dan menikmati harta peninggalan orang tuanya."."Om, Tante El lebih baik balik ke apartemen saja, ya. El juga rencananya m
Bara dan keluarganya terduduk lemas. Setelah mengobrak-abrik isi kamar Ellena, mereka bertiga tidak menemukan apa yang mereka cari.Kecewa dan marah itu yang sedang dirasakan oleh ketiganya."Bagaimana ini Bara. Semua surat-surat penting sudah tidak ada. Jangan-jangan El sudah lama menyembunyikan surat-surat itu dari kita.""Bisa jadi, Ma. Tanpa kita duga ternyata El diam-diam menyewa orang untuk memata-matai kita. Buktinya di saat yang tepat dia sengaja memblokir kartu milik kita tanpa sepengatahuan kita juga. Ternyata El selama ini bermain rapi.""Aku kira El itu tidak pandai. Ternyata dia lumayan cerdik juga. Tapi meski begitu kamu harus tetap menuntut hak kamu, Mas. Kita tidak mau hidup susah setelah kita tidak lagi bekerja di perusahaan El dan terlebih kamu juga sudah bukan suaminya lagi."Ting! Tong!Ting! Tong!Ting! Tong!Terdengar bel pintu rumah berbunyi."Mas, siapa yang malam-malam gini bertamu?" "Mana aku tahu, Key.""Coba kamu lihat dulu. Siapa tahu ada tamu, Mas."Keti
"Lepas! Lepaskan aku!" Bara di seret oleh pihak keamanan rumah sakit yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Abi. Sebelum dibawa ke kantor polisi, terlebih dahulu pria tersebut diamankan di kantor keamanan pihak rumah sakit."Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Abi yang sudah berada di sebelah ranjang yang ditempati oleh Ellena.Ellena menggeleng ke arah pria tersebut. "Syukurlah kamu datang tepat waktu. Pria itu masih berambisi untuk merebut seluruh harta warisan milikku." Tangan El mengulurkan lembaran kertas yang tadi dibawa oleh Bara.Abi mengambil kertas tersebut dari tangan Ellena dan mulai mengamati setiap tulisan yang tertera di atas kertas tersebut."Ini surat kuasa untuk pengalihan seluruh harta warisan atas nama kamu." El mengangguk. "Benar-benar manusia yang tidak punya malu."Derit suara pintu kamar El terdengar dan setelahnya pintu ruangan tersebut terbuka. Dua orang menyembul dari balik pintu tersebut. "El, apa kamu baik-baik saja, Nak?" Mirna menghambur, menghampiri dan langsu
Keesokan paginya Bara kembali berniat untuk pergi ke rumah sakit tempat di mana dirinya mengantarkan sang ibu untuk berobat sekaligus di tempat itu pula dirinya bisa kembali dipertemukan dengan Ellena. Sebuah ide kembali terlintas di otaknya. Suami dari Keysa tidak mau membuang kesempatan yang ada di depannya itu begitu saja."Mas, kamu mau ke mana? Ini masih gelap loh?" Keysa menangkap gelagat aneh dari suaminya itu.Bara mendekati istrinya dan duduk di ujung ranjang. "Key, aku mau melanjutkan rencana kita. Kamu tahu di rumah sakit kemarin aku ketemu dengan siapa?" Keysa menggeleng tidak mengerti dengan maksud dari ucapkan suaminya tersebut."Aku bertemu dengan Ellena. Iya, Ellena ternyata ada dan di rawat di rumah sakit tempat aku memeriksakan mama. Aku lihat sendiri. Dan kamu tahu apa rencanaku?""Memangnya kamu punya rencana apa, Mas?""Aku mau mendesak Ellena agar dia mau untuk menandatangani berkas yang sudah aku persiapkan." Bara tersenyum penuh arti."Tapi apa itu nggak berba
"Mas, apa nggak ada rumah yang lebih baik dari pada rumah ini." Mata Keysa menyusuri bangunan yang akan mereka tempati sebagai tempat tinggal pengganti sebelumnya. Rumah yang berada di pemukiman cukup padat penduduk berjarak kurang lebih satu jam perjalanan dari tempat sebelumnya. Iya, Bara buru-buru menjual rumah mereka yang sebelumnya dengan harga di bawah rata-rata karena terdesak oleh keadaan."Syukur i saja, Key dari pada kita mati konyol sama para preman itu. hitung-hitung kita juga menghindar dari El dan juga orang-orangnya. Bisa saja kan mereka juga mengincar kita, bahkan mungkin mereka sudah membuat laporan dan segera menindaklanjuti laporan si El untuk kita." Bara mencoba untuk memberikan pengertian pada istrinya itu. "Iya, aku tahu itu, Mas. Tapi nggak harus jual rumah dengan harga murah dan dapat pengganti rumah yang seperti ini.""Kalau mau rumah kita laku dengan harga tinggi nggak mungkin keburu, Key. Bisa-bisa preman-preman itu sudah menghabisi kita duluan. Yang pentin
Mas muka kamu kenapa ditekuk gitu? Kamu juga aku telpon-telpon kenapa tidak diangkat?" cerca Keysa pada suaminya yang baru saja pulang. "Kamu masih tanya aku kenap, hah! Kalau kamu nggak keras kepala pasti kejadian ini tidak akan terjadi dan semua harta dan aset milik Ellena sudah ada di tangan kita!" Bara memuntahkan emosinya. Bara berpikir jika semua ini terjadi juga karena ulah dari istrinya yang tidak mau mendengarkan ucapannya."Maksud kamu apa, Mas? Aku nggak ngerti? Kamu pulang-pulang langsung marah-marah." Keysa protes tidak terima dengan sikap suaminya. Dan dia juga dibuat bingung karena sikap Bara yang baru saja sampai rumah dan tiba-tiba meluapkan emosinya."Kamu masih tanya maksud aku apa? Kamu nggak usah ngeles, Key. Aku tahu beberapa hari lalu kamu mendatangi tempat aku menyembunyikan si El, kan?" Keysa terkejut dengan pernyataan dari suaminya itu."Ba-bagaimana kamu bisa tahu, Mas?""Karena aku sudah mengikuti kamu. Aku yakin kamu pasti tidak akan mendengarkan omongank
Pyarrr!Bara dan anak buahnya yang berada di dalam rumah tersebut dibuat kaget dengan suara pecahan kaca."Cepat periksa keluar! Jangan-jangan ada orang lain juga di tempat ini!" Bara memberikan perintah pada abdi buahnya. Bara juga sudah berjaga-jaga untuk bersembunyi dan menyembunyikan identitasnya. Pria tersebut berlari ke arah gudang yang ada di bagian belakang."Nggak ada siapa," ujar preman berbadan cungkring pada dua kawannya tersebut."Coba lihat itu!" tunjuk pria berambut keriting pada bungkusan kertas yang dibulatkan yang jatuh tidak jauh dari tempat jendela yang kacanya sudah pecah dan berserakan di atas lantai akibat lemparan suatu benda.Pria bertubuh cungkring itu segera mengambil kertas tersebut dan segera memeriksa bungkusan apa yang mereka temukan itu. "Batu? Ini juga ada pesannya." Si cungkring menunjukan apa yang ada di tangganya pada kawannya itu."Bos kita menemukan ini di depan sana.""Apa ini?" Bara mengambil kertas tersebut dan kemudian membacanya. "Kurang aja
Maaf, pak Danu. Kami belum berhasil menemukan keberadaan nona El. Tenyata tim saya terkecoh.""Bagaimana pun segera temukan El. Saya sangat berharap sama kamu, Abi.""Baik, pak Danu. Kami akan usahakan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan nona Ellena."*"Key, kamu seharian ini dari mana saja?" Bara ingin mengetahui seberapa jujur istrinya itu kepadanya."Di rumah lah, Mas. Memangnya mau kemana lagi." Bara sedikit kecewa mendengar pengakuan istrinya. Ternyata Keysa tidak seperti yang ia kira yang akan menjadi istri penurut kepadanya.Bara sudah tahu dan bahkan sengaja mengikuti kemana istrinya itu pergi. Keysa tega meninggalkan sang ibu mertua dengan kondisinya saat ini."Aku masih suap in mama dulu, Mas. Kamu makan saja dulu sudah aku siapin juga semuanya di atas meja makan." Bara baru saja pulang ke rumah dan selesai membersihkan diri, ia turun ke lantai dasar untuk menemui ibu dan juga istrinya serta menikmati makan malamnya di rumah.Hari itu Bara belum berhasil mendapatkan
Melihat pergerakan sang istri yang diintai oleh musuh mereka membuat Bara harus bergerak cepat. Bara buru-buru menghubungi dan memerintahkan orang-orang suruhannya itu untuk segera berpindah tempat karena posisi mereka sudah tidak lagi aman.Bara memilih bersembunyi di antara semak-semak dan sebelumnya juga pria tersebut terlebih dahulu mengamankan mobilnya di tempat yang aman. Bara sudah menukar mobil milik El yang berhasil ia ambil tanpa sepengetahuan si pemiliknya dengan mobil baru atas namanya sendiri dengan harga di bawah mobil yang baru ia jual itu. Bara berani menjual mobil milik mantan istrinya tersebut karena surat-surat mobil tersebut sengaja disimpan oleh El di dalam mobilnya itu. Bara tahu akan hal tersebut karena sebelumnya mereka pernah bersama dan sedikit banyak Bara tahu kebiasaan mantannya itu."Kamu nggak bakalan nemuin si El, Key."*Keysa terus berjalan menyusuri jalan setapak yang mana di kanan kirinya masih ditumbuhi rerumputan liar. Jalan yang dilaluinya itu ter
Abi, saya baru saja dapat telepon dari orang tidak dikenal. Orang itu sepertinya tahu tentang keberadaan si El dan meminta saya untuk menyiapkan sejumlah uang jika ingin El kembali dengan keadaan masih hidup." Danu segera menghubungi Abimanyu usai dirinya mendapatkan panggilan dari nomer baru dan tidak di kenal."Saya juga sudah menduganya, pak Danu.""Maksud kamu, Abi? Atau kamu mencurigai seseorang?""Ini pendapat saya, pak Danu. Saya kira El tidak punya musuh. Bapak tahu sendiri bagaimana dengan sifat asli nona Ellena. Tapi pengecualian untuk keluarga dari mantan suaminya. Alasan saya karena mungkin bisa saja mereka kecewa dari cerita yang saya dengan dari David jika sebelumnya keluarga dan juga mantan dari nona El mempermasalahkan tentang harta gono-gini."Di seberang sana Danu nampak berpikir. "Kamu benar juga, Abi. Bisa saja telepon tadi itu adalah orang suruhannya si Bara atau bisa saja itu adalah Bara sendiri. Gila saja ba**ngan itu memeras dengan meminta tebusan 10 milyar.""
"Halo, Abi, apa kamu tahu keberadaan Ellena?" Abi yang saat itu sedang sibuk dengan pekerjaannya menyempatkan diri untuk menerima panggilan telepon dari Danu, sahabat orang tua dari Ellena sekaligus orang tua angkatnya."Saya kurang tahu, Pak. Pasalnya beberapa hari El tidak pernah lagi menghubungi saya." Rasa tidak enak mulai menyergap dalam hati Abimanyu. "Ellena sudah dua hari tidak masuk kantor dan juga tidak ada di rumahnya. Kata orang rumah terakhir melihat El, ketika El akan berangkat kerja dua hari yang lalu." Di seberang sana Danu dan istrinya sedang mencemaskan kondisi dan keberadaan dari puteri angkat mereka."Baik, Pak. Saya akan coba cari dan lacak keberadaan El. Bapak jangan terlalu khawatir. Jika ada titik terang, saya akan segera memberitahu pada pak Danu."Abi segera mengakhiri rapat yang ia pimpin dan ia serahkan pada orang kepercayaannya. Pria tersebut segera meninggalkan ruang rapat. Ia buru-buru menuju ke arah tempat mobilnya di parkir. Mobil jenis Rubicon yang