Bara ini tidak boleh dibiarkan! Mama nggak terima dengan perlakuan di El. Masa iya diam-diam dia sudah gugat kamu tanpa persetujuan dan juga izin dari kamu. Ini namanya istri yang menginjak-injak harga diri suami.""Benar kata mama, Mas. Kalaupun kalian pisah. Kamu harus menuntut pembagian dari harta gono-gini. Rumah ini dan juga perusahaan harus dibagi rata.""Kenapa kita nggak kepikiran sampai ke sana. Mama setuju dengan ide Keysa, Bara. Kamu harus menuntut balik atas pembagian harta gono-gini ini."Bara masih terdiam sementara istri dan ibunya sibuk dengan jalan pikiran mereka untuk mencari jalan keluar."Mas, kamu dengerin kita ngomong nggak sih?" sungut Keysa yang kesal karena sikap diam Bara."Bara masih bingung, Ma. Tapi Bara juga dengar ide kalian dan Bara akan coba itu.""Harus kamu coba Bara. Masa iya kamu mau kita hidup susah sementara El hidupnya enak dan menikmati harta peninggalan orang tuanya."."Om, Tante El lebih baik balik ke apartemen saja, ya. El juga rencananya m
Bara dan keluarganya terduduk lemas. Setelah mengobrak-abrik isi kamar Ellena, mereka bertiga tidak menemukan apa yang mereka cari.Kecewa dan marah itu yang sedang dirasakan oleh ketiganya."Bagaimana ini Bara. Semua surat-surat penting sudah tidak ada. Jangan-jangan El sudah lama menyembunyikan surat-surat itu dari kita.""Bisa jadi, Ma. Tanpa kita duga ternyata El diam-diam menyewa orang untuk memata-matai kita. Buktinya di saat yang tepat dia sengaja memblokir kartu milik kita tanpa sepengatahuan kita juga. Ternyata El selama ini bermain rapi.""Aku kira El itu tidak pandai. Ternyata dia lumayan cerdik juga. Tapi meski begitu kamu harus tetap menuntut hak kamu, Mas. Kita tidak mau hidup susah setelah kita tidak lagi bekerja di perusahaan El dan terlebih kamu juga sudah bukan suaminya lagi."Ting! Tong!Ting! Tong!Ting! Tong!Terdengar bel pintu rumah berbunyi."Mas, siapa yang malam-malam gini bertamu?" "Mana aku tahu, Key.""Coba kamu lihat dulu. Siapa tahu ada tamu, Mas."Keti
"Ada apa ini!" teriak Bara yang baru saja keluar dari kamar berserta istri barunya."Mas, mereka siapa?" Keysa nampak kebingungan dengan kehadiran orang-orang asing di rumahnya. "Ma, Bara, mereka semua orang yang sama yang datang ke rumah ku dan mengambil semuanya. Mereka semua adalah orang-orang suruhan El," celetuk Tamara yang juga baru keluar dari kamarnya dan melihat orang-orang yang sama yang beberapa waktu lalu mendatangi rumah yang ia diami bersama dengan suaminya."Jadi, kalian ini orang-orang suruhan Ellena?" "Mas, ini nggak bisa kita biarkan. Ellena sudah keterlaluan sekali!" geram Keysa namun tidak di depan orangnya.Bara dan keluarganya tidak bisa mempertahankan apa yang mereka klaim adalah harta mereka karena yang sebenarnya adalah semuanya itu milik Ellena jauh sebelum mengenal Bara juga keluarganya.Kini mobil milik Ellena yang dipakai oleh Bara telah kembali pada pemiliknya yang asli.*"Bara kamu mau kemana pagi-pagi gini?" sapa Tamara pada adiknya."Aku mau ada uru
Bara segera pulang setelah mendapatkan kabar dari ibunya tentang kondisi yang dialami oleh istrinya.Widya berinisiatif untuk membawa menantunya itu pergi ke puskesmas terdekat. Sengaja mereka tidak membawa Keysa ke rumah sakit atau klinik karena keterbatasan biaya. Setelah Bara sampai di puskesmas yang di maksud oleh ibunya, Widya lantas menceriakan semuanya ada putranya."Bagaimana keadaan Keysa, Ma?" Bara yang langsung pergi ke kamar rawat istrinya karena mengkhawatirkan kondisi perempuannya tersebut."Istri kamu hamil, Bara." Raut bahagia menyelimuti keluarga tersebut."Akhirnya kamu akan jadi seorang ayah dan benar dugaan mama kalau si El itu memang mandul. Buktinya kamu baru menikah dengan Keysa. Keysa sudah isi saja."Keysa tersenyum kecut. Tanpa sepengetahuan ibu mertua dan juga suaminya. Diam-diam Keysa sengaja mengganti obat Ellena untuk penyubur kandungan dengan obat lain yang menyebabkan Ellena sulit untuk hamil."Benar juga ucapan mama." "Tapi, seandainya kamu punya an
"Bagaimana semuanya? Sudah beres pekerjaan kalian?" Ellena sedang menghubungi seseorang."Semua sudah beres, Nona. Mereka semua sudah keluar dari rumah itu.""Oke, setelah ini kalian cek. Aku akan melunasi upah kalian." El segera mengakhiri percakapannya.'Syukurlah semuanya sudah beres. Tapi kenapa aku merasa belum puas?' ucap El bermonolog.Tidak berselang lama. Ponsel milik El kembali berdering. El segera mengecek panggilan yang baru masuk tersebut."Ada kabar apa?" tanya El tanpa basa-basi karena mengetahui siapa orang yang sedang menghubunginya tersebut."Maaf, Nona ternyata rumah tersebut sudah berpindah tangan.""Apa? Jadi rumah tersebut bukan milik atas nama Bara atau Keysa?""Benar Nona. Ternyata rumah tersebut juga baru pindah kepemilikan.""Baiklah. Terimakasih atas informasinya."El dibuat kecewa dengan kabar yang baru saja ia dengar dari informannya.'Kurang ajar. Aku sudah kalah satu langkah dari mereka,' geram Ellena.El merasa gerakannya tidak secepat dulu karena masih
Perasaan El lebih lega karena di belakang mobil yang ia kemudikan ada mobil Abi yang membuntutinya. Sementara Bara yang berusaha untuk mengintainya sengaja dilecehkan oleh anak buah Abimanyu.Klakson mobil Abimanyu terdengar di kala mobil yang dikendarai oleh El telah masuk ke dalam halaman rumahnya. Pak Tarjo mengangguk ke arah pria tersebut sebagai balasannya."Non El tumben pulang telat." Bi Ira yang tidak lain adalah asisten rumah tangga di rumah tersebut segera menghampiri majikannya yang baru saja masuk ke dalam rumah. Perempuan paruh baya itu mengikuti majikannya yang berjalan ke arah kamarnya."Iya, Bi, maaf. Saya tadi lupa kasih kabar. Pasti bibi juga sudah menyiapkan makanan untuk El. Tadi ada sedikit masalah di jalan. Tadi ada yang membuntuti El, jadi El mencoba mengalihkan penguntit itu." El menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya itu."Tapi, Non El tidak apa-apa?" Bi Ira terlihat mengkhawatirkan kondisi dari majikannya.El menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke ar
Bara berkali-kali menghempaskan tangannya ke atas roda kemudi kendaraan miliknya. Pria tersebut nampak emosi bagaimana tidak salah satu sahabat baiknya terang-terangan mengatakan pada dirinya jika ia tidak sanggup untuk membantu Bara."Maaf, Bar. Tapi aku sangki karena rekam jejakmu di tempat sebelumnya sudah menjadi rahasia umum.""Maaf, Bar, Aku sibuk lain waktu saja kamu menghubungi aku.""Lagi kosong, Bar. Nggak ada posisi kosong di tempatku."Bara kesal karena harapannya untuk bisa kembali bekerja telah pupus."Dasar kacang lupa kulitnya! Kalian melupakan aku ketika kondisiku seperti saat ini!" Bara merutuki teman-temannya yang tidak bisa membantunya.Bara merasa emosi karena dirinya sudah tidak lagi dihargai oleh kawan-kawannya setelah apa yang sudah terjadi dan menimpa dirinya."Ini semua karena El. Pasti dia yang sudah menyebarkan keburukanku sehingga aku dibuat sulit untuk bisa mendapatkan pekerjaan." Bara kembali menyalahkan El atas kesalahan yang sudah ia perbuat sendiri."
Bara buru-buru pulang ke rumahnya usai mendapatkan kabar tentang ibunya dari sang istri.[Mas, kamu ada di mana?][Buruan kamu pulang, Mas. Kondisi mama lagi gawat. Aku nggak bisa berbuat banyak.]Bara segera memutar arah kendaraannya dan segera melaju ke arah jalan pulang ke rumahnya.Isi kepala Bara dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Bagaimana mungkin kondisi ibunya tiba-tiba drop. Apa ada hubungannya dengan pagi saat dirinya membangunkan sang ibu tetapi tidak mendapatkan respon.Bara memacu kendaraan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pria tersebut hampir saja membuat celaka pengguna jalan yang lain."Kalian punya mata nggak sih!" umpat Bara karena mobilnya hampir saja menyerempet gerobak bakso kaki lima."Baru punya mobil sudah sombong. Situ yang nggak punya mata. Ini jalan umum bukan jalan nenek moyang kamu. Seenaknya saja ugal-ugalan di tempat umum!" penjual bakso yang dikata-katain oleh Bara balik membalas.Bara yang sudah diliputi oleh amarah segera turun dari mobilnya. Tidak b
"Lepas! Lepaskan aku!" Bara di seret oleh pihak keamanan rumah sakit yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Abi. Sebelum dibawa ke kantor polisi, terlebih dahulu pria tersebut diamankan di kantor keamanan pihak rumah sakit."Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Abi yang sudah berada di sebelah ranjang yang ditempati oleh Ellena.Ellena menggeleng ke arah pria tersebut. "Syukurlah kamu datang tepat waktu. Pria itu masih berambisi untuk merebut seluruh harta warisan milikku." Tangan El mengulurkan lembaran kertas yang tadi dibawa oleh Bara.Abi mengambil kertas tersebut dari tangan Ellena dan mulai mengamati setiap tulisan yang tertera di atas kertas tersebut."Ini surat kuasa untuk pengalihan seluruh harta warisan atas nama kamu." El mengangguk. "Benar-benar manusia yang tidak punya malu."Derit suara pintu kamar El terdengar dan setelahnya pintu ruangan tersebut terbuka. Dua orang menyembul dari balik pintu tersebut. "El, apa kamu baik-baik saja, Nak?" Mirna menghambur, menghampiri dan langsu
Keesokan paginya Bara kembali berniat untuk pergi ke rumah sakit tempat di mana dirinya mengantarkan sang ibu untuk berobat sekaligus di tempat itu pula dirinya bisa kembali dipertemukan dengan Ellena. Sebuah ide kembali terlintas di otaknya. Suami dari Keysa tidak mau membuang kesempatan yang ada di depannya itu begitu saja."Mas, kamu mau ke mana? Ini masih gelap loh?" Keysa menangkap gelagat aneh dari suaminya itu.Bara mendekati istrinya dan duduk di ujung ranjang. "Key, aku mau melanjutkan rencana kita. Kamu tahu di rumah sakit kemarin aku ketemu dengan siapa?" Keysa menggeleng tidak mengerti dengan maksud dari ucapkan suaminya tersebut."Aku bertemu dengan Ellena. Iya, Ellena ternyata ada dan di rawat di rumah sakit tempat aku memeriksakan mama. Aku lihat sendiri. Dan kamu tahu apa rencanaku?""Memangnya kamu punya rencana apa, Mas?""Aku mau mendesak Ellena agar dia mau untuk menandatangani berkas yang sudah aku persiapkan." Bara tersenyum penuh arti."Tapi apa itu nggak berba
"Mas, apa nggak ada rumah yang lebih baik dari pada rumah ini." Mata Keysa menyusuri bangunan yang akan mereka tempati sebagai tempat tinggal pengganti sebelumnya. Rumah yang berada di pemukiman cukup padat penduduk berjarak kurang lebih satu jam perjalanan dari tempat sebelumnya. Iya, Bara buru-buru menjual rumah mereka yang sebelumnya dengan harga di bawah rata-rata karena terdesak oleh keadaan."Syukur i saja, Key dari pada kita mati konyol sama para preman itu. hitung-hitung kita juga menghindar dari El dan juga orang-orangnya. Bisa saja kan mereka juga mengincar kita, bahkan mungkin mereka sudah membuat laporan dan segera menindaklanjuti laporan si El untuk kita." Bara mencoba untuk memberikan pengertian pada istrinya itu. "Iya, aku tahu itu, Mas. Tapi nggak harus jual rumah dengan harga murah dan dapat pengganti rumah yang seperti ini.""Kalau mau rumah kita laku dengan harga tinggi nggak mungkin keburu, Key. Bisa-bisa preman-preman itu sudah menghabisi kita duluan. Yang pentin
Mas muka kamu kenapa ditekuk gitu? Kamu juga aku telpon-telpon kenapa tidak diangkat?" cerca Keysa pada suaminya yang baru saja pulang. "Kamu masih tanya aku kenap, hah! Kalau kamu nggak keras kepala pasti kejadian ini tidak akan terjadi dan semua harta dan aset milik Ellena sudah ada di tangan kita!" Bara memuntahkan emosinya. Bara berpikir jika semua ini terjadi juga karena ulah dari istrinya yang tidak mau mendengarkan ucapannya."Maksud kamu apa, Mas? Aku nggak ngerti? Kamu pulang-pulang langsung marah-marah." Keysa protes tidak terima dengan sikap suaminya. Dan dia juga dibuat bingung karena sikap Bara yang baru saja sampai rumah dan tiba-tiba meluapkan emosinya."Kamu masih tanya maksud aku apa? Kamu nggak usah ngeles, Key. Aku tahu beberapa hari lalu kamu mendatangi tempat aku menyembunyikan si El, kan?" Keysa terkejut dengan pernyataan dari suaminya itu."Ba-bagaimana kamu bisa tahu, Mas?""Karena aku sudah mengikuti kamu. Aku yakin kamu pasti tidak akan mendengarkan omongank
Pyarrr!Bara dan anak buahnya yang berada di dalam rumah tersebut dibuat kaget dengan suara pecahan kaca."Cepat periksa keluar! Jangan-jangan ada orang lain juga di tempat ini!" Bara memberikan perintah pada abdi buahnya. Bara juga sudah berjaga-jaga untuk bersembunyi dan menyembunyikan identitasnya. Pria tersebut berlari ke arah gudang yang ada di bagian belakang."Nggak ada siapa," ujar preman berbadan cungkring pada dua kawannya tersebut."Coba lihat itu!" tunjuk pria berambut keriting pada bungkusan kertas yang dibulatkan yang jatuh tidak jauh dari tempat jendela yang kacanya sudah pecah dan berserakan di atas lantai akibat lemparan suatu benda.Pria bertubuh cungkring itu segera mengambil kertas tersebut dan segera memeriksa bungkusan apa yang mereka temukan itu. "Batu? Ini juga ada pesannya." Si cungkring menunjukan apa yang ada di tangganya pada kawannya itu."Bos kita menemukan ini di depan sana.""Apa ini?" Bara mengambil kertas tersebut dan kemudian membacanya. "Kurang aja
Maaf, pak Danu. Kami belum berhasil menemukan keberadaan nona El. Tenyata tim saya terkecoh.""Bagaimana pun segera temukan El. Saya sangat berharap sama kamu, Abi.""Baik, pak Danu. Kami akan usahakan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan nona Ellena."*"Key, kamu seharian ini dari mana saja?" Bara ingin mengetahui seberapa jujur istrinya itu kepadanya."Di rumah lah, Mas. Memangnya mau kemana lagi." Bara sedikit kecewa mendengar pengakuan istrinya. Ternyata Keysa tidak seperti yang ia kira yang akan menjadi istri penurut kepadanya.Bara sudah tahu dan bahkan sengaja mengikuti kemana istrinya itu pergi. Keysa tega meninggalkan sang ibu mertua dengan kondisinya saat ini."Aku masih suap in mama dulu, Mas. Kamu makan saja dulu sudah aku siapin juga semuanya di atas meja makan." Bara baru saja pulang ke rumah dan selesai membersihkan diri, ia turun ke lantai dasar untuk menemui ibu dan juga istrinya serta menikmati makan malamnya di rumah.Hari itu Bara belum berhasil mendapatkan
Melihat pergerakan sang istri yang diintai oleh musuh mereka membuat Bara harus bergerak cepat. Bara buru-buru menghubungi dan memerintahkan orang-orang suruhannya itu untuk segera berpindah tempat karena posisi mereka sudah tidak lagi aman.Bara memilih bersembunyi di antara semak-semak dan sebelumnya juga pria tersebut terlebih dahulu mengamankan mobilnya di tempat yang aman. Bara sudah menukar mobil milik El yang berhasil ia ambil tanpa sepengetahuan si pemiliknya dengan mobil baru atas namanya sendiri dengan harga di bawah mobil yang baru ia jual itu. Bara berani menjual mobil milik mantan istrinya tersebut karena surat-surat mobil tersebut sengaja disimpan oleh El di dalam mobilnya itu. Bara tahu akan hal tersebut karena sebelumnya mereka pernah bersama dan sedikit banyak Bara tahu kebiasaan mantannya itu."Kamu nggak bakalan nemuin si El, Key."*Keysa terus berjalan menyusuri jalan setapak yang mana di kanan kirinya masih ditumbuhi rerumputan liar. Jalan yang dilaluinya itu ter
Abi, saya baru saja dapat telepon dari orang tidak dikenal. Orang itu sepertinya tahu tentang keberadaan si El dan meminta saya untuk menyiapkan sejumlah uang jika ingin El kembali dengan keadaan masih hidup." Danu segera menghubungi Abimanyu usai dirinya mendapatkan panggilan dari nomer baru dan tidak di kenal."Saya juga sudah menduganya, pak Danu.""Maksud kamu, Abi? Atau kamu mencurigai seseorang?""Ini pendapat saya, pak Danu. Saya kira El tidak punya musuh. Bapak tahu sendiri bagaimana dengan sifat asli nona Ellena. Tapi pengecualian untuk keluarga dari mantan suaminya. Alasan saya karena mungkin bisa saja mereka kecewa dari cerita yang saya dengan dari David jika sebelumnya keluarga dan juga mantan dari nona El mempermasalahkan tentang harta gono-gini."Di seberang sana Danu nampak berpikir. "Kamu benar juga, Abi. Bisa saja telepon tadi itu adalah orang suruhannya si Bara atau bisa saja itu adalah Bara sendiri. Gila saja ba**ngan itu memeras dengan meminta tebusan 10 milyar.""
"Halo, Abi, apa kamu tahu keberadaan Ellena?" Abi yang saat itu sedang sibuk dengan pekerjaannya menyempatkan diri untuk menerima panggilan telepon dari Danu, sahabat orang tua dari Ellena sekaligus orang tua angkatnya."Saya kurang tahu, Pak. Pasalnya beberapa hari El tidak pernah lagi menghubungi saya." Rasa tidak enak mulai menyergap dalam hati Abimanyu. "Ellena sudah dua hari tidak masuk kantor dan juga tidak ada di rumahnya. Kata orang rumah terakhir melihat El, ketika El akan berangkat kerja dua hari yang lalu." Di seberang sana Danu dan istrinya sedang mencemaskan kondisi dan keberadaan dari puteri angkat mereka."Baik, Pak. Saya akan coba cari dan lacak keberadaan El. Bapak jangan terlalu khawatir. Jika ada titik terang, saya akan segera memberitahu pada pak Danu."Abi segera mengakhiri rapat yang ia pimpin dan ia serahkan pada orang kepercayaannya. Pria tersebut segera meninggalkan ruang rapat. Ia buru-buru menuju ke arah tempat mobilnya di parkir. Mobil jenis Rubicon yang