"Lepas! Lepaskan gue!" teriaknya murka dan mencoba melepaskan diri dari cekalan tangan Dodi dan Evan. Kemarahan yang lama dipendam kini mencoba dikeluarkannya. Dodi dan Evan merasa kewalahan hingga Ryu bisa lepas dari mereka. Dia menghambur dan akan menerjang lagi ke arah Jason yang terkapar dan bersimbah darah ketika tiba-tiba Agatha menghambur dan memeluknya.
"Hentikan, Nak. Adikmu bisa mati. Hentikan mama mohon …."
"Lepaskan, Ma. Dia pantas mati," desisnya dengan wajah merah seperti bara api dan mata yang juga memerah dan berkabut.
Agatha menggeleng dan tetap memeluk putranya dengan kuat."Mama mohon … mama moh
Hamparan laut biru berkilauan bak mutiara terkena sinar mentari dengan ombaknya yang bergulung menciptakan buih putih di lautan. Beberapa burung camar terbang melintasinya.Pemadangan yang sangat indah terlihat dari sebuah rumah di atas bukit.Dean memandang semua keindahan alam itu dengan wajah datar."Masalah papi belum selesai, tapi kau membuat masalah baru," ucapnya dingin dengan netra memandang hamparan laut luas di bawahnya.Jason duduk terpekur dengan beberapa kali meringis menahan sakit di wajah dan tubuhnya. Hajaran Kakaknya sangat sakit dia rasakan. Dia menggeram dan berjanji akan membalas perbuatan laki-laki itu.Dean membalikkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah sang putra."Bagaimana bisa, kau menghajar gadis itu? Dulu kau sangat menginginkannya sampai memperkosanya. Sekarang kau sakiti tubuhnya." Kata-kata Dean tajam bagai hunusan sebilah pedang.Jason terdiam dan menunduk. Dia tidak berani menatap s
Satu tahun kemudian, September 2005.Dodi berdiri di hadapan Tuan Prayoga dengan wajah sedikit tegang."Bagaimana bisa?" Pria tua itu menatapnya dengan wajah cemas dan takut."Kami tidak tahu, Tuan. Semuanya begitu tiba-tiba. Penyerang itu datang ke villa dan menembakkan begitu banyak peluru. Untung saja Tuan Ryu langsung sigap dan segera memberondong mereka dengan tembakan juga." Dodi menelan salivanya, getir saat mengingat malam penuh ketegangan dengan baku tembak dengan sekelompok orang tak dikenal."Apa ada dari pihak kalian yang tewas?""Satu orang, Tuan. Wanita malam Tuan Ryu."Tuan Prayoga mengusap wajahnya kasar. Ryu--cucunya sekarang benar-benar berubah. Dia suka main perempuan dan mabuk-mabukkan.Wajahnya sekarang juga sedingin es. Dia banyak mendengar, bahwa Ryu menjadi kejam pada bawahannya. Dia tidak pandang bulu ketika ada pegawainya yang melakukan kesalahan.Dan sudah satu tahun sejak kejadi
Ryu baru saja keluar dari mobil saat terdengar suara Mamanya."Uncle Ryu!"Laki-laki itu tertegun melihat sang Mama yang menggendong seorang gadis kecil."Mama udah dari tadi?""Udah dong, Uncle. Sena sampe capek nunggunya." Agatha menirukan suara bocah kecil dan membuat gadis kecil itu tergelak.Ryu memandangnya. Baru kali ini dia melihat wajah Brisena saat dia semakin besar. Raut wajahnya sangat mirip dengan Bella. Namun, juga ada garis wajah Jason di sana. Laki-laki itu meneguk salivanya.Pantas jika sang Mama tidak bisa berpisah lama-lama dengannya. Gadis kecil itu sangat lucu dan menggemaskan dengan kedua pipi yang gembul."Sena … ini Uncle Ryu. Sena mau di gendong sama Uncle?""Eh, eh, Mah …." Ryu terkejut saat Mamanya memberikan gadis kecil itu padanya.Agatha tertawa geli melihatnya. "Tangan kamu seperti mama tadi. Nah iya, begitu."Gadis kecil itu tergelak seperti tahu tang
Sebuah mobil sedan hitam mengedipkan lampu sebanyak empat kali dan terbukalah sebuah gerbang besi hitam yang menjulang tinggi.Mobil meluncur masuk dan berhenti tepat di depan pintu sebuah rumah yang besar.Ryu dan Evan keluar dari mobil dan disambut oleh Bono. Markas black house."Selamat datang, Tuan muda," sapanya sambil nyengir dan langsung mendapatkan pukulan dari Ryu."Gasah basa-basi, Bang. Bos Deri ada?""Tentu, Tuan muda. Ada di atas," jawab Bono masih dengan nyengir.Ryu melirik Bono dengan wajah pura-pura jengah dan langsung masuk ke dalam rumah. Semua anak buah Simon yang bersamanya sejak dia masih kecil memang sangat akrab dengan dirinya. Dan dia malah merasa canggung, jika mereka memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'.Ryu menaiki sebuah tangga berukuran lebar. Dia melewati beberapa ruangan kamar yang tertutup rapat dan langsung menuju kantor Deri."Masuk." Terdengar suara bariton seorang pria sa
Jason membanting botol minuman di depannya dengan murka. Laki-laki itu sangat marah dan kecewa. Dia mengamuk sejadi-jadinya di ruangan itu hingga membuat Rio keluar dari ruangan itu."Hentikan, Jason!" teriak Dean yang baru saja masuk.Laki-laki itu duduk dengan lemas dan terengah-engah."Ada apa lagi? Papi dengar dari tadi pagi buta kamu sudah datang ke sini dan mengamuk." Dean menatapnya lekat.Laki-laki itu menelan salivanya masih dengan napas memburu. "Opa keterlaluan, Pi. Dia sudah membuat surat ahli waris dan gembel itu yang akan mewarisi perusahaan. Gue hanya dapat anak perusahaan. Dan yang lebih membuat gue marah, putri gue, Brisena, juga tidak mendapatkan apa-apa." Wajah Jason geram hingga dia menangis.Dean terhenyak dan diam. Dia sudah menduga sejak awal jika mertuanya itu lebih memilih Ryu daripada putranya. Tapi yang membuatnya tidak habis pikir, bagaimana Brisena sebagi cicit Tuan Yoga juga tidak mendapatkan
Bella termenung di pinggir kolam renang dengan memandang putri kecilnya sedang berlarian di taman. Gadis cilik itu baru saja bisa berjalan dan membuatnya semakin menggemaskan saat berlari karena sering terjatuh. Wanita itu memegang sebuah bandana lucu berwarna pink dengan motif Hello Kitty.Kata Mama mertuanya, bandana itu pemberian dari Ryu.Sang Mama juga bercerita jika Ryu sangat menyayangi Brisena, bahkan tidak membolehkan mereka pulang dengan cepat saat Agatha datang ke rumah Ryu bersama Brisena.Sudah lebih dari satu tahun, sejak kejadian Ryu memukuli Jason saat itu, dia tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di rumah ini. Rasanya seperti ada yang hilang dalam jiwa Bella. Laki-laki humoris itu pasti menghindar darinya dan tak ingin bertengkar lagi dengan adiknya.Bella mendesah pelan.Dan sejak kejadian itu pula, Jason tidak pernah berbuat kasar lagi. Namun, meski laki-laki itu sudah tidak bermain tangan lagi, ucapan d
Hingar bingar suara musik yang menghentak serta aroma alkohol dan asap rokok mendominasi sebuah night clubs elit di bilangan Jakarta Selatan.Di lantai atas, Ryu sedang bersantai dengan meneguk Vodka ditemani beberapa orang wanita dan Jefri.Jemari nakal para wanita itu menggoda beberapa area sensitif pria itu membuatnya memejamkan mata menikmatinya.Jefri selalu tertawa riang dengan meneguk minumannya. Dia senang karena pada akhirnya bisa mendekati Ryu, cucu dari pamannya, calon pewaris perusahaan gurita, Saloka grup.Sedangkan Ryu sendiri sebenarnya merasa jengah dengan pria seusia Papi tirinya itu. Tapi karena lagi-lagi atas nama keluarga, dia merasa tidak enak."Anak muda, bagaimana jika kita lanjut di hotel langgananku saja?" ujar Jefri menawarkan untuk pindah tempat."Maaf, Tuan Jefri. Tidak boleh. Tuan Ryu harus berada dalam hotel yang telah kami rekomendasikan," timpal Evan tegas."Waoww … waoww …
Dengan sedikit merangkak, Ryu hampir mendekati pintu. Pria itu tetap berusaha untuk meraih tubuh Ryu dan menghujamkan pisaunya. Lagi-lagi Ryu berhasil berkelit dan pisau itu menancap pada pintu. Pria itu mencabutnya dengan cepat dan menghujamkan lagi ke arah Ryu. Kali ini, tangan Ryu meraih sebuah cantelan mantel dari besi dan memukul kepala pria itu. Darah segar keluar dari kepalanya.Pria itu menggeram marah. Sedangkan Ryu berkali menggelengkan kepalanya dengan kuat agar tetap sadar. Pandangannya semakin kabur, tapi dia tetap berusaha kabur dari kamar itu.Pria dengan pisau mengejar dia lagi, tapi kali ini Ryu berhasil membuka pintu dan keluar. Dia melihat semua anak buahnya yang terkapar tak sadarkan diri."Evan! Evan!" Dia mengguncang tubuh Evan yang terlelap.Pria itu berhasil keluar dengan kepala berdarah. Ryu yang mengetahui pria itu menuju ke arahnya segera lari dengan terhuyung. Namun, tiba-tiba dia terjatuh karena tersandung tubu
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.
Bella menelisik seorang pria yang berdiri di samping Dean dengan wajahnya tertutup sebuah topi."Jason?" ucap Bella pelan, membuat pria itu melepas topinya dengan kesal."Kenapa sih, kalian selalu muncul di saat yang tidak tepat?" seru Jason.Dan di saat bersamaan, Agatha dan Angel muncul. Wanita itu menutup mulut saat melihat putranya berdiri dengan wajah kesal di depannya."Jason …." Ingin sekali wanita itu merengkuh putra yang telah lama menghilang. Meski dia benci dengan sifat Jason, bagaimana pun juga, pria itu adalah putranya."Halo, Mami. Apakah mami merindukan aku?" Jason menatap sang Ibu dengan tatapan benci membuat wanita itu terpukul."Untuk apa kalian datang ke sini lagi?" Ryu menatap mereka tajam."Tentu saja untuk mengambil hak kami," jawab Dean ketus."Tunggu, Pi. Sepertinya ada yang tidak beres." Jason menatap murka pada Bella."Kamu hamil? Pria mana yang menidurimu, jalang!" teriak J
Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan seorang istri jika bukan cinta dan perhatian dari seorang suami. Seperti hal nya apa yang dirasakan oleh Bella sejak menikah dengan Ryu. Wajah bahagia selalu terpancar dari wajahnya.Perhatian dan kasih sayang yang diberikan padanya tidak pernah berbeda dengan Angel.Sore yang cerah dengan semilir angin yang menyejukkan.Brisena berlari kecil dengan riang saat melihat Ryu datang."A … yah …." Dia menyongsong putri kecilnya dan mengangkatnya tinggi membuat gadis kecil itu terkekeh senang."Sena dah maem?" Ryu menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Dah …," jawabnya dengan kegelian."Yah … Nda …." Brisena menunjuk pada Bella yang sedang duduk di taman dengan melihat mereka dan tertawa kecil.Ryu menghampiri Bella sambil menggendong Sena."Sayang, Ayah capek baru pulang kerja. Sena sama Bunda di sini, biarkan ayah ganti baju dulu."
Bau harum sabun menguar harum dari tubuh Ryu ketika Bella memeluknya dari belakang, saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Ryu tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya. "Kenapa? Kok kelihatannya bahagia banget.""Makasih udah dibelikan makanan siap saji dan kamu yang membelinya langsung dengan turun dari mobil," ucap Bella bahagia."Kok kamu tahu, aku yang membelinya sendiri?""Ya tanya sama Evan lah," jawab Bella tertawa."Oh gitu. Jadi kamu jadikan Evan sekarang mata-mata buat aku?" Ryu menatap masam sambil menggelitik tubuh Bella membuatnya tertawa kegelian."