Suara dering dan getar ponselnya tak terdengar olehnya. Tidak lama kemudian, dia mematikan rokoknya pada sebuah asbak dan hendak beranjak menuju kamar mandi saat sudut matanya menatap layar ponsel yang baru saja berkedip dan mati. Pemuda itu menghampiri ponsel yang dia letakkan diatas nakas. Terlihat hingga dua belas kali panggilan tak terjawab. Ryu melihat namanya dan terhenyak karena itu panggilan dari Bella. Dia melihat jam pada ponsel, hampir pukul dua malam. Ada apa Bella menelepon dia pada tengah malam begini?
Dengan cepat Ryu menekan ponselnya dan mencoba menghubungi gadis itu. Namun, hanya suara operator yang menjawab panggilannya. Dia mencoba berkali-kali menghu
Mentari bersinar cerah dan langit terlihat biru bersih dengan sedikit awan tipisnya.Agtha mondar-mandir dengan gelisah mengenakan gaun kebaya berwarna peach sambil memegang ponselnya."Atha … gimana keadaan Ryu?" Nyonya Merry menghampiri putrinya dengan cemas."Nggak pernah diangkat, Mi. Ponselnya mati." Matanya berkabut karena cemas dan sedih.Nyonya Merry duduk di sofa dengan lemas. Tina dengan sigap memberikan minuman untuk majikannya.Sudah lebih dari satu bulan cucunya itu tidak pulang sejak kejadian pertengkaran saat itu. Bahkan Dodi dan Evan juga seperti ikut menghilang dan tak ada kabar."Mami, kenapa masih di sini? Semua sudah siap tinggal menunggu kalian." Dean muncul dan mengajak mereka untuk keluar.Agatha mengusap sedikit sudut matanya yang berair lalu mengikuti Dean. Sedangkan Nyonya Merry berjalan perlahan dengan di papah oleh Tina. Mereka semua masuk dalam mobil. Ada sekitar kurang lebih s
Dengan dibantu Simon, akhirnya Evan bisa membawa pulang pemuda itu ke rumah. Dodi yang cemas menunggunya tersenyum saat melihat mereka bertiga.Dia ikut membantu memapah Ryu dan membaringkannya di ranjang.Simon menatap prihatin pada pemuda itu."Jason sudah menikahi Bella, tiga hari yang lalu."Dodi dan Evan sedikit tertegun dengan berita itu. Meski mereka tahu hal itu akan terjadi, tapi mereka tidak menyangka jika secepat itu keluarga Saloka memutuskan tanggal pernikahan."Lu sebaiknya pulang dan mengabarkan pada ibunya bahwa dia baik-baik saja," ujar Simon pada Dodi."Kenapa tidak sekalian membawa pulang Tuan muda?" sahut Dodi sedikit keberatan."Lu tahu 'kan, psikis dia masih labil. Apalagi saat dia tahu mereka benar-benar menikah. Biarkan dia di sini bersama Evan." Simon menatap tajam manik mata Dodi.Pria itu diam dan mengalah. Mau tidak mau memang dia harus pulang dan meninggalkan Tuannya di sini se
Dua orang pria duduk di pinggir danau Luke Lugano yang airnya sedingin es.Salah satu diantaranya merapatkan mantel bulu dan syal yang melilit di lehernya."Tentang Alvren. Aku janji akan membalas kematiannya." Suara serak pria itu sarat dengan dendam dan kebencian."Saya tidak menyalahkan Anda, Tuan. Meski saya tahu, kematiannya berhubungan dengan Anda." Ryu mendesah pelan."Kematiannya adalah kematian juga buatku. Dengan kepergian Alvren, maka aku juga sudah mati untuk orang-orang yang aku cintai."Ryu melirik pria disampingnya. Matanya yang tajam sedikit berembun. Wajahnya yang tampan tampak dingin dan seperti menyimpan beribu luka kesakitan. Bahkan rahangnya ikut mengeras saat dia mengungkit kematian Alvren.Tercipta keheningan di antara mereka untuk beberapa saat."Aku udah dengar semuanya tentang kamu." Faris memandang pegunungan Alpen yang membentang luas dan tinggi di hadapannya."Yeah. Sangat
Pemuda itu beringsut turun dari ranjang dengan memberi isyarat pada Jenny untuk diam. Dia memakai celananya dan mendekati jendela kayu, lalu duduk di sisinya. Dia mengangkat ponsel yang sudah berbunyi sebanyak tiga kali. Dia diam saat mendengar suara wanita yang sangat dicintainya terisak di seberang sana."Ryu … apa kamu sudah melupakan mama? Pulang, Nak … pulang … semua merindukanmu. Mama tidak sanggup berpisah lagi denganmu begitu lama seperti ini." Agatha tersedu. Namun, putranya tetap diam dan bergeming. Hanya telinga yang mendengarkan isakan sang Mama dengan hati tersayat.Sudah hampir delapan bulan sejak pertengkarannya dengan Jason saat itu, dia tidak pulang sama sekali. Ratusan kali Agatha menelponnya, tapi pemuda itu sengaja mematikan ponselnya. Saat dia menghidupkan ponselnya, ratusan SMS berlomba masuk, dan semua dari sang Mama dan tidak ada satu pun yang dibalasnya."Jangan hukum mama seperti ini, Nak. Pulang
Dari ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut, Ryu duduk termenung dalam pesawat dengan Evan di sampingnya. Dia memikirkan banyak hal. Terutama dengan sikapnya nanti saat bertemu dengan Jason dan Bella.Ah, Bella. Kini mereka menjadi saudara ipar. Dia memejamkan matanya yang tiba-tiba memanas."Van … gue mau ke toilet." Ryu berdiri dan melewati Evan yang mengangguk. Seorang pramugari dengan kulit hitam eksotis yang cantik mengarahkannya ke toilet dengan ramah.Dia menatap wajahnya di cermin. Bahkan dia enggan untuk mencukur bulu-bulu halus di sekitar dagu dan rahangnya.Ryu membenarkan kerah kemejanya dan tak sengaja sudut matanya melihat sebuah tanda merah di leher. "Ah, that shit!" umpatnya.Ini pasti kerjaan Jenny kemarin. Wanita itu bahkan menangis tersedu saat dia dan Evan memutuskan untuk pulang. Jenny memeluknya lama sebelum dia masuk ke dalam terminal bandara.Pemuda itu mendesah lalu keluar toilet dan k
Engga membawa mobil meluncur meninggalkan rumah beserta kebun teh-nya. Ryu menyandarkan tubuhnya pada jok mobil sambil matanya mengedarkan pandang ke arah luar menikmati pemandangan kebun teh yang membentang luas.Evan yang duduk di depan sedang mengganti lagu-lagu kesukaannya.Sekitar dua jam kemudian, mobil mulai masuk ke dalam kota Jakarta. Macet menyambut mereka di mana-mana.Dengan arahan Evan, Engga meluncur masuk ke dalam gerbang kediaman Saloka. Pria itu teringat pada Alvren, karena mereka pernah bersama dulu bersenang-senang di pantai bersama Faris dan juga kekasihnya, Almeera.Dan kini dia datang ke rumah keluarga pemuda yang tewas mengenaskan itu. Engga mengusap sudut matanya saat mengenang kebaikan Alvren.Dodi terkejut saat melihat Ryu keluar dari mobil. Pria itu segera menghampirinya dan mengangguk hormat."Apa kabar, Tuan muda."Ryu menanggapinya dengan tersenyum tipis. "Apa ada orang di rumah?"
Mereka berbincang hangat di sela makan malam itu. Terlihat Ryu yang bersikap biasa dan tak acuh membuat Jason gusar. Berkali dia melirik pada sang istri yang juga tak acuh dan tetap makan dengan tenang."Jadi semua desa sepanjang pegunungan Alpen kamu kunjungi semua?" tanya Dean kagum."Iya, Pi. Aku tinggal berpindah-pindah dari desa satu dan lainnya.""Pantas saja Dodi tidak bisa menemukanmu." Tuan Prayoga tertawa menatap cucunya."Maaf, Opa. Karena semuanya indah, jadi aku tidak mau melewatkan kesempatan," pungkas Ryu dengan tertawa."Ya, ya. Kamu masih muda. Bagus untukmu menjelajahi semua tempat di dunia ini." Tuan Prayoga mengangguk senang.Ryu meneguk air putih. Dia menatap bergantian pada Kakeknya dan sang Papi."Ryu kembali, karena besok lusa mau masuk dalam perusahaan lagi," kata pria itu dan sukses membuat Dean juga Jason terhenyak. Bahkan Jason sempat tersedak makanannya."Apakah kalian keberatan?"
Agatha memeluk putranya berkali-kali dan menciumi pipinya. Nyonya merry dan Tuan Prayoga juga menatapnya sendu."Oma, Opa, Mama … jaga kesehatan kalian. Aku akan sering mampir ke rumah ini. Lagipula, Mama juga bisa berkunjung ke kafe itu.""Kamu yang jaga kesehatan. Jangan telat makan dan jangan sering minum. Jangan buat mama cemas dan khawatir. " Agatha mengusap pipinya kasar."Ryu akan sering telepon Mama, janji." Dia tersenyum dengan menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking sang Mama.Setelah memeluk Kakek dan Neneknya, dia segera masuk mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Dodi. Mobil yang di kemudikan Engga meluncur pergi dengan tatapan sendu ke tiga orang itu.Dari lantai atas, Bella juga menatap kepergian Ryu dengan pilu. Dia telah kehilangan separuh jiwanya. Kini hatinya telah mati dan membeku. Tidak ada lagi cinta di hatinya untuk laki-laki mana saja.Dia tahu, kepergian laki-laki itu karena diri
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.
Bella menelisik seorang pria yang berdiri di samping Dean dengan wajahnya tertutup sebuah topi."Jason?" ucap Bella pelan, membuat pria itu melepas topinya dengan kesal."Kenapa sih, kalian selalu muncul di saat yang tidak tepat?" seru Jason.Dan di saat bersamaan, Agatha dan Angel muncul. Wanita itu menutup mulut saat melihat putranya berdiri dengan wajah kesal di depannya."Jason …." Ingin sekali wanita itu merengkuh putra yang telah lama menghilang. Meski dia benci dengan sifat Jason, bagaimana pun juga, pria itu adalah putranya."Halo, Mami. Apakah mami merindukan aku?" Jason menatap sang Ibu dengan tatapan benci membuat wanita itu terpukul."Untuk apa kalian datang ke sini lagi?" Ryu menatap mereka tajam."Tentu saja untuk mengambil hak kami," jawab Dean ketus."Tunggu, Pi. Sepertinya ada yang tidak beres." Jason menatap murka pada Bella."Kamu hamil? Pria mana yang menidurimu, jalang!" teriak J
Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan seorang istri jika bukan cinta dan perhatian dari seorang suami. Seperti hal nya apa yang dirasakan oleh Bella sejak menikah dengan Ryu. Wajah bahagia selalu terpancar dari wajahnya.Perhatian dan kasih sayang yang diberikan padanya tidak pernah berbeda dengan Angel.Sore yang cerah dengan semilir angin yang menyejukkan.Brisena berlari kecil dengan riang saat melihat Ryu datang."A … yah …." Dia menyongsong putri kecilnya dan mengangkatnya tinggi membuat gadis kecil itu terkekeh senang."Sena dah maem?" Ryu menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Dah …," jawabnya dengan kegelian."Yah … Nda …." Brisena menunjuk pada Bella yang sedang duduk di taman dengan melihat mereka dan tertawa kecil.Ryu menghampiri Bella sambil menggendong Sena."Sayang, Ayah capek baru pulang kerja. Sena sama Bunda di sini, biarkan ayah ganti baju dulu."
Bau harum sabun menguar harum dari tubuh Ryu ketika Bella memeluknya dari belakang, saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Ryu tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya. "Kenapa? Kok kelihatannya bahagia banget.""Makasih udah dibelikan makanan siap saji dan kamu yang membelinya langsung dengan turun dari mobil," ucap Bella bahagia."Kok kamu tahu, aku yang membelinya sendiri?""Ya tanya sama Evan lah," jawab Bella tertawa."Oh gitu. Jadi kamu jadikan Evan sekarang mata-mata buat aku?" Ryu menatap masam sambil menggelitik tubuh Bella membuatnya tertawa kegelian."