"Nggak ada orangkan ya. Nanti diketawain lagi Gua begitu," lirih Jimin. "Aaah! Bodo amat. Gua lelah. Letih. Lesu. Capek. Laper. Dan haus. Seandainya saja ada minuman dingin yang menyegarkan. Pasti bisa lari secepat kilat seperti super Hero ni Gua," Oceh Jimin sendirian. Jimin kembali duduk. Dan beristirahat. Sedangkan Jhope yang sejak tadi masih mencari dilorong arah yang ia lewati. Namun Harupun belum terlihat. Jhope duduk sejenak dan melihat kekanan dan kekiri, untuk mencari keberadaan Haru. Mengeluarkan benda pipih dari saku celana miliknya. Tuuuuuut.. Suara nada telfon tersambung.. "Ke mana sih ni bocah lama amat angkat telfonnya," Ucap Jhope melihat kearah ponselnya. Triiing.. Suara ponsel Jimin berdering. Jimin merogoh saku dan mengambil benda pipih yaitu ponsel miliknya. "Kenapa ya J-Hope kok menelfon. Apa jangan jangan dia udah ketemu Haru kali ya,?" Ucap Jimin melihat kontak nama yang menelfon dirinya. Tak lama kemudian Jimin mengangkat telfon miliknya. ["Hallo."
Haru yang terdiam saat mendengar printah Suga. Beberapa menit merekapun telah sampai. Suga menurunkan Haru. "kak, terima kasih banyak," ucap Haru. "Emm," Suga mengangguk dan lalu berlalu pergi. Haru yang melihat Suga hingga tak terlihat bayang bayangnya. Barulah Haru hendak masuk ke rumah. Namun saat Haru hendak masuk, suara seruanpun tiba. "Haru," Jimin dan Jhope. Menoleh ke arah suara.Dengan nafas ngos-ngosan Jimin dan Jhope menghampiri Haru yang berdiri didepan pintu penginapan. "kak," ucap Haru kaget. "St-stop Haru. Biarkan Kami bernafas dulu," Jimin yang mengatur nafasnya dan begitu pula dengan Jhope. Setelah beberapa saat merekapun. Akhirnya angkat bicara. "Kamu ke mana aja?" "Nona baik baik saja?" "Ada yang luka nggak?" "Tadi pulang diantar siapa Nona?" "Kamu kok nggak bilang sih sama Aku kalau udah sampai dirumah?" "Jam berapa sampainya Haru?" "STOP," Pekik Haru. Jimin dan Jhopepun berhenti. "kak Jimin dan kak Jhope. Kalau bertanya satu satu ya. Haru bingung i
"Bagaimana ini Tuhan ataukah Aku akan menjawab pertanyaan Suga," Gumam Haru.Suga yang sejak tadi seperti menunggu jawaban dari Haru."Kenapa? Kamu bingung," celetuk Suga."Jika tidak ingin memberi jawaban Aku tidak akan memaksamu," sambungnya."Sebenarnya_" terhenti."Apa?" Nada bicara Suga yang lembut."Aku ingin menjauh dari Jimin""Kenapa. Ada masalah dengan Jimin?""Mbak Rani sudah dua kali ini menemui ku""Rani!" Suga terkejut."Iya. Sudah dua kali menemui ku. Waktu itu pas Jimin mengajakku ke taman untuk hanya sekedar melihat pemandangan taman. Tapi jujur Aku tidak memiliki hubungan yang Spesial apapun itu""Apa karena Rani cemburu denganmu?""aku tidak tahu. Tapi sungguh Haru tidak memiliki hubungan apapun. Haru juga tidak berniat untuk menghancurkan hubungan Jimin dengan Mbak Rani kok. Haru di sini hanya berkerja. Tidak lebih. Haru juga sadar diri kok kak. Yang dibilang Mbak Rani benar""Emang Rani bilang apa denganmu?""Katanya Haru nggak pantes Deket sama Jimin. Haru itu bu
Karina dan juga Adnan berniat untuk menjemput Haru putri mereka, "aku sepertinya tidak tenang jika haru berlama-lama ikut audisi, aku mendengar banyak aduan dari orang kepercayaan kita jika Adnan telah dianya dengan salah salah wanita yang diduga itu adalah kekasih artis itu." "Jika kita kesana dan menjemput Haru apakah dia akan setuju?" ujar David. "Kita akan bicara baik baik padanya, aku yakin dia juga pasti mau ikut bersama kita untuk pulang." David pun menurut pada Karina dan mereka bersiap siap untuk datang ke kota S dengan tujuan menjemput Karina. saat di perjalanan begitu banyak halangan seperti kemacetan jalan raya dan lainnya. sesampainya di sana Karina dan juga David menemui Karina meminta izin pada staf jika akan menjenguk peserta bernama Haru. David dan Karina kini telah sama sama mencintai apalagi semenjak kehadiran haru didalam hidup mereka. perlahan Karina menerima adanya David. dan David selalu memberi perhatian serta menunjukkan rasa cinta pada Karina. bahk
"Ambil ini untuk beli susu anakmu!" Mertuaku menghempaskan uang diranjang tempat tidurku. Mataku membulat sempurna menantap uang itu. "Kenapa masih kamu pelototi itu uang!! Kamu nggak mau???" Seketika aku terkejut dan mengedipkan mata dengan menunduk. Dengan perlahan aku meraih uang yang telah berada diranjang tempat tidurku. "Ambil!!!" Bentak ibu mertua. "I-iya Bu," jawabku lalu mengambil uang yang telah ia berikan kepadaku berjumlah lima belas ribu. Aku memandangi uang itu dengan masih duduk menyusui Shifa yang baru saja aku lahirkan. Tak lama saat mertuaku keluar dari dalam kamar saat memberikan uang, mas Danang masuk kedalam kamar untuk mengambil baju kerjanya. "M-mas," ucapku dengan masih menggenggam uang yang ada ditanganku. "Ada apa?" Menoleh kearahku saat mas Danang mau mengambil baju didalam lemari. "Mas, ibumu memberiku uang, tapi_" ucapku belum saja terselesaikan namun tiba-tiba saja. "Kenapa? Ada yang salah!!" Bentak ibu mertua saat mendengar komplain dariku. Mas
"Mas, aku mau beli vitamin dan Susu ibu hamil boleh tidak? Soalnya sejak usia kehamilan aku dari kandungan pertama, kamu tak memberiku uang, untuk membeli susu dan vitamin hamil, Mas." "Apa, aku boleh meminta uang untuk membelinya," sambungku meminta kepada Mas Danang. "Apa Hana!! Susu, sama vitamin hamil!" Kata ibu mertua yang tiba-tiba saja muncul saat mendengar permintaanku kepada Mas Danang. Aku menantap kearah Ibu yang menghampiriku dengan raut wajah tak enak bila dipandang. "Hana! Kamu itu hamil banyak sekali maunya. Jangan-jangan, ini akal-akalan kamu saja, agar uang Danang itu habis untuk foya-foya kamu, dan kamu mengatas namakan calon anakmu ini, untuk tumbalnya. Begitu!!" Ujar Ibu mertua. Aku mengelus dadaku dan menarik nafas panjang, saat mendengar ucapan dari Ibu mertuaku. Memang sejak awal menikah ibu mertua selalu ketus padaku, hingga aku hamil-pun, sifatnya yang ketus itu tak juga kunjung hilang. "Astaghfirullah Bu. Saya tidak begitu, Hana hanya berkata terus tera
Hingga pada malam tiba aku hanya duduk terdiam tanpa kata. Melihat bintang yang ada disudut malam ini. Aku meratapi nasibku yang malang. Memiliki suami namun sepertinya ia lebih menyayangi ibunya dari pada diriku. Hingga pada akhirnya, mas Danang menghampiriku dengan raut wajahnya yang sumringah. Aku menantapnya dengan penuh tanda tanya. "Ada apa mas??" "Kamu tau nggak Hana. Mbak Dewi udah lahiran anaknya laki-laki. Yaampun gemes banget tau, tadi dia ngirim foto ke aku dan udah aku sampaikan juga ke ibu. Ibu seneng banget, dapat cucu laki-laki dari Mbak dewi." Ucapnya dengan penuh senang. Aku hanya melirik foto yang diperlihatkan suamiku pada saat ini. "Lihat deh sayang, lucukan." "Hmm." Jawabku dengan malas. Lalu aku masuk kedalam untuk segera tidur didalam kamar. Didalam kamar aku hanya berbaring kekiri dengan posisi membelakangi suamiku, ketika ia berbaring disampingku. Tak lama aku mendengar suara batuk suamiku menuju kedalam kamarku. Sepertinya masihku lihat tangannya mem
"Aduh-aduh, kenapa kamu tidak bilang kalau mau datang, sayang?" "Kalau tahu begitukan, ibu sama bapak bisa jemput kamu distasiun." Suara mertuaku yang terdengar begitu gembira. Aku belum melihat siapa yang datang diruang tamu itu. Nampaknya begitu ramai dan dikerumuni banyak orang, sebenarnya siapa yang datang. Karena hati merasa penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk mengintip sebentar dipintu kamarku, meninggalkan Shifa diranjang tempat tidur dengan perlahan aku mengintip dibalik pintu kamar. Ternyata mbak Dewi yang datang, dan wajar saja, suara ibu terdengar begitu sangat bahagia. Setelah aku tahu siapa yang datang, kemudian menutup pintu kamar dan aku melanjutkan untuk mengganti baju Shifa, karena putri kecilku telah selesai aku mandikan. Tak lama saat aku didalam kamar, suara seruan akhirnya tiba. Terdengar suara ibu mertua yang memanggilku dengan suara lantangnya. Seakan memanggil pembantu. Aku segera menghampiri dan meninggalkan Shifa didalam kamar. "Lama banget sih kamu