Haru berusaha keras untuk menenangkan hatinya dan mengendalikan emosinya, agar tidak terbawa suasana. Dia menarik napas dalam dalam. "Mau ke mana?" tanya Jimin sambil mengangkat alis. "Nggak ada, ini lagi ngajak Haru jalan jalan. Soalnya kata Haru sedang tidak enak badan. Jadi, aku mencoba mengajaknya mencari angin di sekitar sini," sahut J-Hope sambil menepuk pundak Haru. Haru mencoba tersenyum saat melihat Jimin dan kekasihnya, yang sejak tadi nemplok di dekat Jimin seperti bayangan. Meskipun hati Haru terasa perih, namun ia tetap berusaha membuat keadaan terlihat biasa saja. Dia tak ingin menampakkan wajah keperihannya itu. "Sedang tidak enak badan, kok jalan jalan, Haru? Seharusnya kamu istirahat di rumah, dan makan makanan yang sehat," ujar Jimin dengan nada penuh perhatian dan suara yang lembut. Haru merasa hatinya meleleh, namun ia mencoba menjawab dengan semangat. "Tidak apa apa, kak. Lagi pula ini jalan jalan sama kak Jhope, jadi ada yang nemenin Haru kok," sahut
Adnan yang tengah menyandera Karina sebagai sandera untuk menguasai perusahaan milik Harmoko, sedang menyusun rencana licik bersama Lidya. "Tunggu saja saat semua orang tahu di mana kalian berada, kalian akan kubuang ke penjara seumur hidup!" ucap Karina dengan kesal. Senyuman sinis Lidya dan Adnan tersungging di bibir mereka. Dalam sekejap, Adnan menjambak rambut Karina yang telah terikat kaki tangannya bagaikan penjahat. "Lepaskan aku, Adnan!" teriak Karina. "Jika kamu mau aku lepaskan, tanda tangani surat ini," sahut Lidya sambil mengulurkan kertas putih yang isinya mengenai perjanjian serah terima perusahaan Harmoko ke tangan Adnan dan Lidya. "Hanya sebuah surat perjanjian. Gimana?" "Aku tidak akan menandatanganinya! Aku akan menunggu sampai David, suamiku, datang!" balas Karina dengan tatapan tajam pada Adnan dan Lidya. "Keras kepala!" Adnan menggebrak meja, amarah terpancar jelas dari ekspresi wajahnya. Tak lama kemudian, beberapa polisi mengepung tempat itu. Adnan dan Lidy
Saat bangun pagi Haru memutuskan untuk jogging. Hari ini Haru bangun lebih awal dari pada biasanya.Haru mulai jogging sendirian. Tanpa seorangpun yang menemaninya.Namun siapa sangka langkah kakinya yang terus mengajaknya berlari, hingga dirinya lupa bahwa ia belum banyak mengenal tetang daerah ini tentunya. Haru tersesat di suatu tempat entah itu di mana. Yang bahkan Haru sendiri tidak tahu.Haru terus berusaha tidak panik. Terus menelusuri jalan. Hingga lelah. Hingga suatu saat ia memutuskan untuk duduk sejenak. "Aku di mana?" Melihat sekeliling tempat di mana Haru duduk. "Kenapa tidak ada orang yang Aku kenal, kalau Aku diculik bagaimana?" Haru mulai sedikit panik. Dan muncul sedikit pikiran gila. Namun ia tetap berusaha tenang. tapi siapa sangka Haru tak kuat menahan rasa takut bila dirinya tak bisa kembali kepenginapan. Haru menangis dengan posisi kaki ditekuk dan wajah yang berada dilulut. Tiba tiba ada sosok tangan yang memegang pundaknya hingga mengagetkan dirinya. "Ini
"Memangnya kenapa?" "Nanti tambah kedalem hidungnya. Dan nggak mau mancung dianya" "Haha," Harupun tersenyum melihat Jimin yang tertawa. Bahkan tak disangka saat ini Haru bisa melihat sosok Jimin yang telah lama ia kagumi. Dan bahkan hal seperti inilah yang Haru idam idamkan sejak lama. Bahkan saat ini ia telah merasakannya. Tak terduga kebahagiaan telah berada didepan mata. Senyuman indah dan manis Jimin telah membuat Haru bahagia. Belum lagi tatapannya yang begitu dalam membuat Haru semakin hanyut dalam asmara. Dan hari hari Haru menjadi ceria. Walaupun masih terasa mimpi dan tak yakin ini semua nyata. Namun setelah Haru menginjakkan kakinya diseoul ini. Semua telah berubah menjadi kebahagiaan untuk Haru. Setelah selesai mereka berbincang bincang. Dan haripun sudah mulai sore. Haru dan Jimin langsung begegas pulang. Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di penginapan Haru. "kak jimin" "Iya ada apa?" "Terima kasih sudah mau repot repot anterin Haru pulang" Jimin tersen
"Astaga bicara apa sih Aku. Bikin malu saja," Gumam Haru. Haru memberikan senyum tipisnya dengan wajah malu. "Nona kenapa?" "Ah tidak. Tidak apa apa kok" "Nona" "Iya ada apa?" "Nona. Aku ingin bertanya tapi Nona jangan marah ya?" Dug..Dug..Dug.. Suara jantung berdetak tak beraturan. "Astaga mau tanya apa lagi ini J-Hope ya kira kira," Gumamnya. "Nona suka ya sama Jimin?" "Hah," Dengan kebingungan Haru harus menjawab apa. "Jawab Nona?" "Apakah Nona suka sama Jimin" Saat J-Hope menunggu jawaban itu. Tiba tiba entah dari arah mana Jimin datang menghampiri mereka. Dengan nafas ngos ngosan dan penuh keringat diwajahnya. "Ha, Ru," Dengan nafas ngos ngosan ia mencoba mengatur Nafas. Jhope dan Haru terkejut melihat kedatangan Jimin. "Minum dulu kak," Haru memberikan air minum yang telah dibelikan Jhope untuknya. Lalu Haru menarik tangan Jimin untuk mengajaknya duduk. Jhope yang sejak tadi hanya diam melihat Haru yang begitu perhatian terhadap Jimin. "kakak lelah sekali ya? dim
"Nggak ada orangkan ya. Nanti diketawain lagi Gua begitu," lirih Jimin. "Aaah! Bodo amat. Gua lelah. Letih. Lesu. Capek. Laper. Dan haus. Seandainya saja ada minuman dingin yang menyegarkan. Pasti bisa lari secepat kilat seperti super Hero ni Gua," Oceh Jimin sendirian. Jimin kembali duduk. Dan beristirahat. Sedangkan Jhope yang sejak tadi masih mencari dilorong arah yang ia lewati. Namun Harupun belum terlihat. Jhope duduk sejenak dan melihat kekanan dan kekiri, untuk mencari keberadaan Haru. Mengeluarkan benda pipih dari saku celana miliknya. Tuuuuuut.. Suara nada telfon tersambung.. "Ke mana sih ni bocah lama amat angkat telfonnya," Ucap Jhope melihat kearah ponselnya. Triiing.. Suara ponsel Jimin berdering. Jimin merogoh saku dan mengambil benda pipih yaitu ponsel miliknya. "Kenapa ya J-Hope kok menelfon. Apa jangan jangan dia udah ketemu Haru kali ya,?" Ucap Jimin melihat kontak nama yang menelfon dirinya. Tak lama kemudian Jimin mengangkat telfon miliknya. ["Hallo."
Haru yang terdiam saat mendengar printah Suga. Beberapa menit merekapun telah sampai. Suga menurunkan Haru. "kak, terima kasih banyak," ucap Haru. "Emm," Suga mengangguk dan lalu berlalu pergi. Haru yang melihat Suga hingga tak terlihat bayang bayangnya. Barulah Haru hendak masuk ke rumah. Namun saat Haru hendak masuk, suara seruanpun tiba. "Haru," Jimin dan Jhope. Menoleh ke arah suara.Dengan nafas ngos-ngosan Jimin dan Jhope menghampiri Haru yang berdiri didepan pintu penginapan. "kak," ucap Haru kaget. "St-stop Haru. Biarkan Kami bernafas dulu," Jimin yang mengatur nafasnya dan begitu pula dengan Jhope. Setelah beberapa saat merekapun. Akhirnya angkat bicara. "Kamu ke mana aja?" "Nona baik baik saja?" "Ada yang luka nggak?" "Tadi pulang diantar siapa Nona?" "Kamu kok nggak bilang sih sama Aku kalau udah sampai dirumah?" "Jam berapa sampainya Haru?" "STOP," Pekik Haru. Jimin dan Jhopepun berhenti. "kak Jimin dan kak Jhope. Kalau bertanya satu satu ya. Haru bingung i
"Bagaimana ini Tuhan ataukah Aku akan menjawab pertanyaan Suga," Gumam Haru.Suga yang sejak tadi seperti menunggu jawaban dari Haru."Kenapa? Kamu bingung," celetuk Suga."Jika tidak ingin memberi jawaban Aku tidak akan memaksamu," sambungnya."Sebenarnya_" terhenti."Apa?" Nada bicara Suga yang lembut."Aku ingin menjauh dari Jimin""Kenapa. Ada masalah dengan Jimin?""Mbak Rani sudah dua kali ini menemui ku""Rani!" Suga terkejut."Iya. Sudah dua kali menemui ku. Waktu itu pas Jimin mengajakku ke taman untuk hanya sekedar melihat pemandangan taman. Tapi jujur Aku tidak memiliki hubungan yang Spesial apapun itu""Apa karena Rani cemburu denganmu?""aku tidak tahu. Tapi sungguh Haru tidak memiliki hubungan apapun. Haru juga tidak berniat untuk menghancurkan hubungan Jimin dengan Mbak Rani kok. Haru di sini hanya berkerja. Tidak lebih. Haru juga sadar diri kok kak. Yang dibilang Mbak Rani benar""Emang Rani bilang apa denganmu?""Katanya Haru nggak pantes Deket sama Jimin. Haru itu bu