Tut, tut, tut! Panggilan seketika berakhir. Seorang Dirga yang begitu bermartabat malah memakai cara seperti ini. Sungguh memalukan!Roselia berkata, "Bisa dibilang, hari ini kamu selamat dari kematian. Kita harus merayakannya. Aku akan mentraktir kalian!"Erna dan Jeje setuju. Sebenarnya, pemikiran Roselia adalah membuat Erna dan Jeje mabuk supaya Yoga menjadi miliknya malam ini.Ponsel Yoga berdering lagi. Ambar yang menelepon. Yoga segera menjawab panggilan. Terdengar teriakan Ambar dari ujung telepon. "Dasar berengsek! Apa yang kamu lakukan pada Karina? Dia jadi gila gara-gara kamu! Kamu harus tanggung jawab!""Apa maksudmu mengatakan Karina gila?" tanya Yoga dengan kebingungan."Jangan pura-pura bodoh! Aku sudah dengar kamu yang membawa Karina ke rumah sakit! Karina nggak mau makan dan minum. Dia terus meringkuk di pojok dan ketakutan. Selain itu, dia terus menyebut sesuatu seperti hantu perempuan berbaju putih. Semua ini pasti gara-gara kamu!" hardik Ambar.Yoga seketika merasa c
"Haha!" Pria tua itu tertawa, "Ini sudah zaman modern, masih ada saja yang percaya mistis. Nama baik pengobatan tradisional jadi rusak gara-gara orang sepertimu."Yoga menjawab, "Gejala Karina ini sebenarnya bukan penyakit, tapi terkena sihir orang sehingga memengaruhi pikirannya. Penyakit pikiran itu harus diobati dengan pikiran juga ....""Diam kamu!" Pria tua itu membentak, "Kamu bahkan berani ungkit sihir? Kamu pasti sudah sering menipu dan mencelakai orang dulu, 'kan? Kalian mau obati pasien nggak? Kalau nggak mau, aku pergi dulu. Jadwalku sangat ketat."Ambar buru-buru berkata, "Maafkan bocah sialan ini telah mengganggumu. Aku akan usir dia sekarang."Gatot memarahinya, "Yoga, cepat pergi sekarang juga. Kalau kamu mengganggu pengobatan kakakku lagi, aku nggak akan mengampunimu."Yoga berkata, "Sudah kubilang, cuma aku yang bisa menyembuhkan penyakit Karina. Kalau dia yang turun tangan, hanya akan membuat masalah jadi semakin rumit.""Omong kosong!" Ambar memakinya lagi, "Kamu kir
Gatot langsung mencegah Karina dengan memeluknya. "Kak, kamu tenang dulu. Pak Danny nggak bermaksud jahat. Dia datang untuk menyembuhkanmu."Ambar juga ikut menangis. "Karina, jangan buat Ibu kaget. Ibu pengecut .... Pak Danny, kumohon cepat obati Karina. Anda pasti bisa ...."Danny juga tidak memedulikan luka di wajahnya lagi. Dia kembali mengeluarkan jam sakunya dan ingin menghipnotis Karina. Namun, Karina jadi semakin kasar saat melihat jam itu. Dia berusaha meronta-ronta, berteriak, dan bahkan melukai Gatot. Selain itu, dia juga tidak sengaja melukai lidahnya sendiri hingga berdarah.Fakta membuktikan bahwa hipnotis tidak efektif bagi Karina dan bahkan menimbulkan efek samping.Yoga buru-buru berkata, "Semuanya keluar dulu, biarkan Karina tenangkan diri. Kalau begini terus, dia akan terluka."Tentu saja Ambar dan Gatot tidak mau mendengarkan perintah Yoga. Mereka melihat ke arah Danny untuk menunggunya mengambil keputusan. Danny juga tidak berdaya, sehingga akhirnya berkata, "Kelua
Gatot menolak tanpa ragu-ragu, "Kenapa? Apa yang mau kamu lakukan?""Kalau kamu mau menyembuhkan penyakit kakakmu, sebaiknya lakukan saja apa yang kuperintahkan," balas Yoga."Gatot, lakukan saja sesuai perintahnya. Aku mau lihat apa yang sedang direncanakannya," timpal Ambar."Baiklah." Pada akhirnya, Gatot menemukan sebuah jubah putih dokter dan mengenakannya. Setelah itu, Yoga berkata pada Gatot, "Mulai sekarang, kamu adalah wanita hantu berbaju putih yang ingin melukai kakakmu. Ingat harus galak, semakin galak semakin bagus.""Cih! Aku ini pria sejati, kenapa jadi hantu wanita? Kenapa bukan kamu yang jadi hantu wanita?" sergah Gatot."Nggak usah banyak omong, kamu mau kakakmu sembuh nggak?" balas Yoga.Gatot tidak berdaya, dia terpaksa menahan diri dan berjalan masuk ke kamar pasien. Melihat Gatot yang berpakaian serba putih, Karina langsung menggila. Dia melompat dan melemparkan semua barang ke arah Gatot. "Hantu! Jangan mendekat, jangan mendekat .... Kumohon ampuni aku. Aku akan
Gatot tidak sanggup membantahnya, sehingga terpaksa menelan semuanya sendirian. Danny menatap Yoga dengan antusias, "Pak Yoga, kamu benar-benar membuka wawasanku hari ini. Aku ... salut padamu!" Dalam seketika, dia tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikan perasaannya.Yoga enggan menggubris Danny. Namun, Danny malah tidak peduli sama sekali. Dia terus memuji Yoga, "Selama ini, kami selalu memikirkan berbagai cara untuk membuat pasien yakin bahwa semua yang dilihat dan didengarnya itu adalah khayalan. Tapi kamu malah berbeda, kamu membuat pasien percaya semua ini adalah kenyataan, lalu mengatasi semua kesulitan dalam 'khayalan' ini. Cara ini benar-benar genius. Bisa dibilang, ini adalah sebuah terobosan baru. Mohon terima sujud dariku. Inovasi baru ini mungkin akan meruntuhkan semua sistem pengobatan dalam bidang kejiwaan dan menolong banyak orang. Kamu benar-benar genius, aku minta maaf telah meremehkanmu."Yoga membalas, "Kecilkan suaramu. Pasien butuh istirahat sekarang, jangan gan
Begitu mengungkit hal ini, Karina kembali menjadi gugup. Namun, untungnya dia telah sadar sekarang. Ditambah lagi ada keluarga yang menemaninya, Karina jadi merasa lebih aman dan tidak bereaksi agresif.Karina mulai bercerita, "Tadi ada perawat pria yang mengantarkan obat untukku. Setelah minum obat itu, kepalaku jadi terasa berat dan ingin tidur. Tepat di saat aku hampir terlelap, perawat pria itu tiba-tiba jadi hantu wanita berbaju putih. Rambutnya berantakan, nggak punya pupil, lidahnya panjang, wajahnya juga penuh dengan darah. Sama persis dengan hantu yang kita tonton di film horor. Dia menginginkan Liontin Duo Giok yang kamu berikan padaku. Aku nggak mau kasih, tapi dia mengancam mau membunuhku .... Benar-benar menakutkan sekali. Yoga, aku sedang mimpi tadi, 'kan? Semua itu bukan kenyataan, 'kan?"Melihat reaksi Karina yang ketakutan, Yoga merasa kasihan. Dia membujuk Karina, "Tenang saja, aku sudah tanya dokter. Obat yang kamu konsumsi itu ada efek samping untuk psikis. Kamu mun
Danny buru-buru mengingatkannya, "Pak Yoga, aku akan menjemputmu langsung ke acara seminar psikologi tiga hari lagi. Kamu jangan lupa ...."Saat dalam perjalanan ke Restoran Floran, Yoga menelepon Ayu untuk menanyakan tentang Liontin Duo Naga itu. Liontin itu telah dipakai Yoga sejak masih kecil. Kemudian, dia memberikan liontin itu kepada Karina sebagai tanda kasih mereka.Meski namanya adalah Liontin Duo Naga, sebenarnya liontin itu hanya ada satu naga. Yoga pernah menanyakan Ayu mengenai masalah ini, tetapi Ayu hanya membalasnya dengan senyuman.Tak lama kemudian, Ayu menjawab panggilan tersebut. Saat ini Ayu sedang menyiapkan makanan untuk para karyawan di Perusahaan Farmasi Sehat Abadi. "Yoga, ada apa kamu meneleponku? Sudah hampir jam makan siang, aku sangat sibuk sekarang. Kalau ada yang mau dibicarakan, cepat katakan saja."Yoga mengeluh, "Ibu, aku memintamu untuk bantu-bantu di dapur karena nggak mau kamu terlalu bosan. Kamu jangan anggap itu jadi pekerjaanmu. Kalau sampai kel
Lompat ke jurang? Mendengarnya, Wenny hanya berkata dengan nada dingin, "Yoga, apa kamu tahu kenapa aku mengundang Fargo hari ini?""Nggak tahu dan nggak berminat untuk cari tahu," jawab Yoga.Wenny melanjutkan, "Fargo bisa mengenalkanku pada Pak Kusuma dari Perusahaan Farmasi Hansa. Ini yang kamu namakan lompat ke jurang?""Oh ya?" Yoga bertanya dengan penasaran, "Kenapa kamu mau ketemu Pak Kusuma?"Wenny menjawab, "Pertama, mau berterima kasih atas bantuannya selama ini. Kedua, seharusnya kamu juga sudah dengar beberapa hari lagi ada seminar psikologi yang akan diadakan di Kota Pawana, 'kan? Tiba saatnya nanti, orang yang mengobati Raja Naga akan ikut hadir. Pak Kusuma sudah berjanji akan membawaku kenalan dengan dokter ajaib itu."Mendengar hal ini, Yoga merasa semakin lucu. Padahal dia adalah "Pak Kusuma" dan juga orang yang menyembuhkan Raja Naga. Sekarang Wenny malah ingin "Pak Kusuma" memperkenalkannya pada dokter ajaib itu. Yoga benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaska