Usma menambahkan, "Kalau nggak, Jepana kasih saja 20 pulau dan 10 kuadriliun sebagai ganti rugi atas ribuan nyawa warga Daruna yang tewas dalam perang biokimia ini."Diplomat Jepana tampak panik. Dia berbicara dengan nada lebih lembut, "Ini salah paham. Usma, kamu salah paham. Semua ini tindakan pribadi Mori, nggak ada hubungannya dengan Jepana, apalagi perang biokimia ...."Apabila Daruna bersikeras mendefinisikan insiden ini sebagai perang biokimia, Jepana pasti akan diserang oleh negara-negara di seluruh dunia.Namun, Usma sama sekali tidak ingin mendengar penjelasan orang itu. Dia langsung menutup teleponnya.Para tokoh besar mengelilingi Yoga. Berhubung telah menghina Yoga dengan kejam barusan, kini mereka meminta maaf dengan sangat rendah hati.Dirga menepuk bahu Yoga dengan puas, lalu berkata, "Kerja bagus, Nak. Nggak disangka, kami para orang tua masih bisa berbangga diri dalam hidup ini. Nggak sia-sia kami hidup. Katakan saja, kamu mau hadiah apa?"Yoga menjawab, "Aku cuma ing
"Baik, aku segera ke sana." Usai menutup telepon, Yoga buru-buru pergi ke Lembaga Medis Daruna Timur. Setelah melaporkan identitasnya, dia dibawa ke laboratorium eksperimen oleh petugas di sana. Masalah ini sangat penting, sehingga semua bos di Kota Terlarang juga ikut berada di lokasi.Wenny sedang melaporkan hasil penelitian dari Eko dengan detail. Melihat Yoga datang, Dirga juga langsung menyambutnya, "Yoga, kebetulan sekali kamu datang. Ayo kita saksikan momen bersejarah ini sama-sama."Meneliti obat penawar untuk virus yang sedang beredar memang merupakan sebuah momen bersejarah."Baik," jawab Yoga sambil maju untuk ikut mendengarkan penjelasan. Eko melirik Yoga sekilas, tatapannya tampak tak acuh dan merendahkan.Wenny melanjutkan, "Pak Eko sudah melakukan perbandingan untuk uji coba yang tak terhitung jumlahnya dan akhirnya berhasil mensintesis obat kimia yang disebut sebagai Okreotida.""Obat ini memiliki kekuatan pembunuh virus yang sangat kuat. Setelah masuk ke dalam tubuh ma
Dirga menasihatinya, "Yoga, saat ini kita sudah nggak punya pilihan lagi. Masa-masa kritis membutuhkan penanganan yang kritis juga. Kalau menjalankan semuanya sesuai prosedur normal, obat penawar ini mungkin butuh setidaknya satu bulan lagi baru bisa dipasarkan. Saat itu entah sudah berapa orang yang nyawanya melayang."Yoga membalas, "Nggak, kalian punya pilihan. Aku juga sudah meneliti obatnya."Eko tertawa sinis, "Memangnya kamu nggak malu bicara seperti itu? Tim medisku ini adalah gabungan dari ratusan ahli terkemuka, sehingga berhasil meneliti obat penawar ini. Kamu hanya seorang diri, tapi bisa menemukan obat penawar dalam waktu sesingkat ini? Mau bohongi siapa?"Dirga dan yang lainnya juga tampak ragu.Yoga menjawab, "Aku mengekstraksi tanaman Nertera hitam dan menghasilkan sebuah zat bernama Ekstrak Akar Nertera. Zat ini bisa menekan perkembangan virus. Setelah mengonsumsi Ekstrak Akar Nertera ini, virus dalam tubuh juga tidak bisa lagi berkembang biak. Dalam waktu dua hari, vi
Yoga mengernyit, "Ada apa? Untuk apa Karina ke perusahaanmu?"Wenny menjawab, "Nggak usah pura-pura bodoh, apa perlu kukatakan dengan jelas? Dia mau minta kerja sama dengan perusahaan kami. Kamu mau ambil untung, tapi terlalu gengsi untuk datang memintanya sendiri. Makanya kamu menyuruh mantan istrimu yang datang, 'kan?"Yoga benar-benar kehabisan kata-kata, wanita ini benar-benar otaknya bermasalah. Setelah menutup telepon itu, Yoga segera bergegas ke Farmasi harmoni. Setibanya di sana, dia melihat Karina sudah siuman. Setelah minum dua gelas air, wajah Karina juga mulai perlahan-lahan merona. Namun, dia masih terlihat kurang sehat.Yoga memeriksa denyut nadi Karina dan menyadari bahwa sel kankernya telah menyebar menutupi setengah dari paru-parunya. Waktunya juga tidak lama lagi. Yoga berkata pada Karina, "Karina, biar kuantarkan pulang. Sebaiknya kamu jangan sentuh obat Okreotida ini. Cepat pulang dan banyak istirahat."Karina tersenyum getir, "Yoga, aku hanya ingin meninggalkan leb
Yoga menjawab, "Memang sudah saatnya menepati janji taruhan kita. Tapi, aku yang menang. Jadi seharusnya, semua anggota Sekte Tawang yang bunuh diri untuk menebus kesalahan.""Omong kosong!" Eko memakinya, "Mana obat penawarmu? Coba tunjukkan pada kami."Yoga menjawab, "Obat penawarku sedang diuji coba di laboratoriummu."Eko menjawab, "Ekstrak Akar Nertera itu nggak ada efeknya, untuk apa lagi diuji coba! Sepertinya kamu mau ingkar janji ya?"Wenny juga ikut mencelanya dengan lantang, "Yoga, apa kamu masih ingat apa yang kukatakan padamu sebelumnya? Aku mau kamu merobek perjanjian nikah itu dan berlutut minta maaf pada guruku. Mungkin aku bisa bantu menyuruh guruku untuk memaafkanmu."Yoga memutar bola matanya pada Wenny. "Buat onar saja.""Kamu ...." Wenny kesal hingga wajahnya memucat.Eko membalas, "Huh! Ternyata kamu memang mau ingkar janji. Kalau begitu, jangan salahkan aku pakai cara paksaan.""Semuanya, ambil alih nadi obat dan bahan obat tingkat delapan ...."Pada saat ini, po
Dengan suara gemetaran, Dirga berujar, "Teruskan laporanmu."Petugas itu melanjutkan, "Sampai saat ini, korban yang meninggal akibat efek samping Okreotida mencapai puluhan ribu orang. Angka ini jauh melebihi angka kematian akibat virus. Selain itu, virusnya sekarang sudah bermutasi, sehingga Okreotida tidak efektif lagi melawan virus tersebut ...."Dirga memandang Eko dengan tatapan tajam, "Pak Eko, kamu nggak berencana mau memberi penjelasan?"Pikiran Eko langsung menjadi kacau. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menjelaskan, "Aku sudah melakukan uji klinis dan tidak terlihat ada efek samping apa pun. Selain itu, kalian yang memberi izin edar obat ini ke pasaran ...."Dirga dan beberapa orang lainnya langsung terdiam. Memang benar, mereka juga tidak bisa melemparkan kesalahan untuk kejadian kali ini. Pada saat ini, terdengar suara keributan dari luar.Dirga bertanya, "Ada apa di luar sana?"Salah seorang petugas langsung melaporkan, "Keluarga korban telah mengerumuni lembaga medis d
Yoga buru-buru mengalihkan topik, "Selain itu, jangan umumkan ke publik bahwa aku yang menemukan obat penawar ini. Aku suka ketenangan, jadi nggak suka diganggu orang."Jika publik mengetahui bahwa obat penawar ini ditemukan oleh Yoga, rumahnya pasti akan dikerubungi wartawan."Nggak masalah," sahut semua orang.Pada akhirnya, tatapan Yoga jatuh pada Eko. "Pak Eko, aku memenangkan taruhan ini. Semoga kamu bisa menepati janjimu. Sebelum besok malam, aku harap semua anggota Sekte Tawang bunuh diri massal untuk menebus kesalahan. Kalau nggak, jangan salahkan aku yang akan mencabut nyawa kalian sendiri."Saat ini pikiran Eko seketika menjadi kosong. Dia sama sekali tidak mendengar ucapan Yoga. Sampai saat ini, dia masih belum bisa menerima kenyataan yang kejam ini. Setelah pulang, Yoga langsung menelepon Foniks Biru, "Foniks Biru, pulang dan bantu aku menangani lisensi agen Ekstrak Akar Nertera."Di ujung telepon, Foniks Biru tertegun mendengar ucapannya. "Sungguh sebuah kehormatan bagiku
"Tidak masalah," jawab Foniks Biru sambil menerima resep itu dengan hormat.Yoga melanjutkan, "Antarkan pesanan kepada Perusahaan Farmasi Sehat Abadi, Avanti, dan Magani. Selain itu, kelak juga nggak boleh berhenti memasok barang untuk pesanan mereka."Foniks Biru menjawab, "Baik." Setelah itu, Foniks Biru melaporkan berbagai data terkait Ekstrak Akar Nertera. Setelah Yoga memberikan beberapa instruksi singkat, dia bersiap untuk pergi."Raja Agoy, tunggu dulu. Aku punya sebuah permintaan yang mungkin agak lancang. Apakah Anda punya waktu luang malam ini? Aku ingin mentraktir Anda makan malam," ujar Foniks Biru.Entah seberapa besar keberanian yang dibutuhkan Foniks Biru untuk mengajukan permintaan itu. Yoga awalnya ingin menolak, tapi saat melihat sorot mata Foniks Biru yang penuh penantian, dia terpaksa berkata, "Lain kali saja, malam ini aku sudah ada janji."Wajah Foniks Biru langsung memerah karena kegirangan. "Terima kasih atas izin Raja Agoy."Setelah mengantarkan kepergian Yoga,